Mempersiapkan Kematian secara Rasional
Jika filsafat Yunani-Romawi memandang kematian sebagai hal yang wajar dan jiwa manusia akan kembali ke alam, maka filsafat keilahian (teologi) bergerak melampaui pemahaman itu. Secara teologis, kematian tidak saja wajar, tetapi juga bukan akhir segalanya. Kematian akan mengantarkan jiwa manusia ke hadirat Sang Khalik, seperti yang Rabi Saulus katakan, “Beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan.” Bahkan, tubuh fisiknya suatu hari kelak akan dibangkitkan pada kedatangan Sang Mesias kedua kali. Keyakinan akan kebangkitan ini mendorong orang untuk melihat kematian fisik sebagai “tidur” dan menanti-nantikan masa di mana “maut tidak akan ada lagi.”
DIRINGKAS DARI TULISAN:
Bukan Filsafat Kematian
Oleh Dhimas Anugrah
Pendiri Lingkar Filsafat (Circles) Indonesia, sebuah komunitas pembelajar di bidang budaya, filsafat, dan sains. Studi di Oxford Center for Religion and Public Life, Inggris.