RELASI GURU-MURID (6)
ISI AJARAN YESUS (6)
https://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=724&res=jpz
1.Isi ajaran Yesus sebagaimana dikemukakan oleh kitab Injil sangat kaya. Artinya, dalam Kitab Injil kita melihat bahwa Yesus mengajar murid dan para pendengar-Nya untuk mengenal, mengerti, memahami bahkan mengalami relasi yang indah dengan Allah yang dapat disapa sebagai “Abba” atau “Bapa.” Ajaran Yesus mengenai Allah sebagai Bapa, sebagai Pencipta dan sebagai Raja yang penuh kasih namun tegas dan konsisten, amat mengesankan murid-muridNya. Yesus memperjelas arti, dimensi dan dinamika Kerajaan Allah atau Kerajaan Sorga pula kepada murid-murid dan audiens-Nya. Melalui pengajaran langsung, melalui perumpamaan, bahkan melalui perbuatan kasih dan kuasa, Yesus menyatakan berbagai tanda kedatangan Kerajaan Allah itu. Tak kalah pentingnya ialah bahwa dalam ajaran Yesus, Dia memperkenalkan siapa diriNya; terkadang dengan sebutan Anak, Anak Manusia dan Utusan Bapa. Misalnya dalam Injil Yohanes, berulangkali Yesus menegaskan, “Aku adalah….” (Yun.: ego eimi). Di samping itu, Dia nyatakan diri-Nya melalui perbuatan kasih dan keajaiban. Misalnya, air berubah menjadi anggur, seorang lumpuh di tepi kolam Betesta dapat berjalan dan seorang buta dapat melihat serta seorang yang mati dan terbaring di kubur selama empat hari dapat bangkit kembali.
2.Yesus sangat menekankan kehadiran Roh Kudus dalam kehidupan manusia. Dia mengajarkan siapa dan apa perbuatan Roh Kudus bagi murid-muridNya secara khusus (Yoh 14:25-26; 16:11-13). Dia juga menyatakan bahwa hujat terhadap Roh Kudus merupakan dosa yang tidak terampuni karena dengan begitu orang tidak sadar lagi terhadap dosanya dan mengenai perlunya ia menyambut anugerah Allah (Mat 12:28). Dia juga mendesak agar murid-muridNya berdoa untuk kedatangan Roh Kudus.
3.Yesus juga mengajarkan banyak perkara mengenai manusia, keadaan, asal mula dan tujuan akhir dari kehidupan. Manusia diajak, untuk mengenal kekuatan dan kelemahannya yang penuh dengan dosa dan kejahatan (Mrk 7:15-23). Manusia harus menerima kasih Allah agar dirinya bermakna dan berharga. Manusia harus mengutamakan Yesus, Anak Allah itu dalam hidupnya, serta menjadikan Dia di depan setiap langkahnya, agar hidupnya menjadi terarah dan berarti. Manusia tidak saja dipanggil mengasihi Allah tetapi juga mengasihi sesamanya sebagai diri sendiri (Mat 22:37-39). Berita Injil itu harus disampaikan juga kepada sesamanya, agar mereka juga diselamatkan (Mat 28:18-20).