RELATIVISME
1.Relativisme menyangkal adanya kebenaran mutlak, maka semua nilai mutlak pun ditolak dan kebenaran yang diterimanya adalah kebenaran dalam batas relatif. Bagi penganut relativisme: nilai kebenaran sangat tergantung kepada kebudayaan, lingkungan dan orang-orang di dalamnya. Sesuatu yang dianggap benar dalam suatu kebudayaan atau lingkungan tertentu belum tentu diterima benar dalam kebudayaan dan lingkungan yang lain.
2.Relativisme sebenarnya bukan ajaran baru. Ia sudah dimulai dari sejak ratusan tahun sebelum Masehi, baik di Timur (dalam pikiran Lao Tze, Konfusius, Buddha dll), maupun pada pikiran Barat (dalam pikiran Heraklitos, Sofisme dll.), yang beranggapan bahwa di dunia ini tidak ada yang mutlak. Segala sesuatunya bersifat relatif, tergantung pada pengukurnya. Jadi sesuatu harus direlasikan dengan pengukurnya untuk mendapatkan kebenaran relatif, dan bukannya kebenaran mutlak. Pikiran ini didasarkan pada pemikiran bahwa segala sesuatu itu berubah dan tidak tetap. Dari sini muncul filsafat yang dikenal sebagai Philosophy of Becoming.
RELATIVISME MENOLAK UCAPAN YESUS
1.Firman Tuhan Yesus mengatakan bahwa : Akulah Jalan dan Kebenaran dan Hidup, tidak seorangpun dapat sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Aku (Yoh.14:6). Ini berarti bahwa Yesus mengklaim sebagai satu satunya jalan dan kebenaran dan satu satunya jalan ke sorga.
2.Firman ini akan ditolak oleh pemikiran relativisme. Menurut mereka Tidak Ada Satu Satunya Jalan dan Kebenaran. Dari sudut pandang mereka kebenaran itu sangat ditentukan oleh masyarakat atau budaya suatu tempat. Budaya masyarakat A akan menghasilkan kebenaran A yang diterima oleh masyarakat itu, demikian pula masyarakat B akan menghasilkan kebenaran B yang diterima sebagai kebenaran oleh masyarakat B tersebut. MEngingat didunia ini banyak budaya maka ada banyak kebenaran didalam dunia sebanyak budaya budaya yang ada. Konsekwensi lebih jauh Agama Agama sebagai produk budaya memiliki kebenarannya sendiri sendiri. Tidak ada kebenaran yang satu, mutlak yang berlaku segala waktu dan zaman.
Kalau pemikiran ini diterima maka tidak lah menjadi persoalan benar apapkah seseorang mau menganut Agama A, atau Agama B atau Agama C karena masing masing mempunyai kebenarannya sendiri sendiri.
CATATAN
1.Pemikiran relativisme melihat agama sebagai produk budaya masyarakat saja. Tidak ada unsur Allah yang kekal dengan FirmanNya yang kekal dan berlaku disegala tempat dan zaman. Agama Kristen memang tidak menyangkali lahir ditengah budaya Yahudi dan berkembang dalam budaya Eropah. Namun demikian agama Kristen mempercayai Allah yang kekal yang telah menyatakan Diri dan FirmanNya kepada orang orang dari budaya Yahudi dan Eropah tetapi ditujukan untuk semua bangsa, semua bahasa disegala tempat dan zaman. Allah yang berfirman ini adalah Allah pencipta manusia, budaya dan berdaulat dari selama lamanya sampai selama lamanya. Dia tidak dapat dibatasi hanya pada satu Bahasa dan budaya saja. Siapakah manusia yang mau membatasi Allah? Apakah manusia mau menjadi atasan Allah dan mengatur Dia?
2.Bangunlah ya Allah, hakimilah bumi, sebab Engkaulah yang memiliki segala bangsa . (Mazm 82:8). Allah Alkitab bukanlah Allah local dari bangsa tertentu saja tetapi Dia adalah Allah yang universal yang memiliki dan mengatur bangsa bangsa.
3. Allah Alkitab adalah Allah kekal: Tidakkah kau tahu, dan tidakkah kau dengar? Tuhan ialah Allah yang kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung. Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertianNya. (Yes.40:28)
4.Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam diantara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal BApa, penuh kasih karunia dan kebenaran. (Yoh.1:1, 14)
SUMBER:
https://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=347&res=jpz