- Jika kita ingin sedikit maju dalam hal kerohanian, hendaklah kita tetap takut akan Allah dan janganlah kita terlalu bebas; melainkan hendaklah kita mengendalikan keinginan kita dan janganlah kita terlalu girang secara kurang wajar.
Jika kita mempunyai hati yang remuk redam, maka kita akan mendapat bakti yang sebenarnya.
Hati yang hancur mendapatkan banyak barang yang berharga yang biasanya hilang pula karena hidup yang kacau.
Maka sungguh mengherankan, bahwa masih ada orang yang selam hidup di dunia ini masih juga dapat bergembira sepenuhnya, kalau kita ingat, bahwa kita masih hidup dalam pembuangan dan bahwa banyak bahaya yang mengancam jiwa kita.
- Karena kita lalai dalam hati dan tidak ingat akan kekurangan-kekurangan kita, maka kita tidak merasakan kesusahan jiwa kita. Tanpa pikir kita sering tertawa, justru pada saat yang kita harus menangis.
Tak ada kebebasan yang sungguh-sungguh, tak ada pula kegembiraan yang sebenar-benarnya, kecuali jika kita cinta akan Allah berdasarkan hati yang murni.
Bahagialah orang yang dapat melepaskan dirinya daripada segala sesuatu yang dapat mencemarkan dan memberatkan suara hatinya.
Hendaklah kita berjuang bagaikan seorang satriya; kebiasaan yang satu dapat dikalahkan oleh kebiasaan yang lain.
- Apabila kita dapat membiarkan orang lain dengan urusannya sendiri, maka orang lainpun tidak akan mencampuri urusan kita.
Janganlah kita suka ikut mengurusi perkara orang lain, demikian pula janganlah kita merisaukan urusan para pembesar kita.
Arahkanlah perhatian kita terlebih dahulu kepada diri kita sendiri dan bangkitkan semangat kita sendiri lebih dahulu daripada semangat mereka yang kita cintai.
Jikalau kita tidak disukai orang, janganlah hendaknya bersusah hati karenanya. Sebaliknya kita harus merasa menyesal, bahwa kita tidak berkelakuan baik, selaras dengan kedudukan kita sebagai hamba Tuhan dan seorang biarawan yang saleh.
Seringkali lebih berguna dan lebih aman jika kita selama hidup di dunia ini tidak memperoleh banyak hiburan, lebih-lebih hiburan jasmani.
Bahwa sebaliknya seringkali kita tidak atau jarang memperoleh hiburan Ilahi, maka hal itu adalah karena kesalahan kita sendiri. Sebab kita tidak mencari kesalahan-kesalahan kita sendiri dan menyesalinya, tetapi sebaliknya kita malah tidak sama sekali menolak hiburan dari luar.
- Baiklah kita mengakui, bahwa kita tidak pantas menerima hiburan Tuhan, sebaliknya bahwa patutnya kita menerima bermacam-macam percobaan.
Jikalau kita sungguh-sungguh mempunyai hati yang remuk redam, maka dunia seluruhnya hanya merupakan kepahitan belaka. Orang yang baik hati akan menginsyafi, bahwa ada cukup alasan untuk bersedih dan mencucurkan air mata.
Sebab baik pada waktu orang tersebut mawas diri sendiri, maupun pada saat dia memperhatikan orang lain, tentulah dia akan mengetahui, bahwa tak seorangpun hidup di dunia ini tanpa penderitaan. Makin dalam orang tadi mawas dirinya sendiri, makin sedihlah rasanya.
Adapun yang menimbulkan rasa sedih dan menyesal yang selayaknya itu ialah dosa-dosa dan kekurangan-kekurangan kita. Justru dosa-dosa dan kekurangan-kekurangan kita itulah yang menjerat kita, sehingga kita tidak mampu lagi memikirkan hal-hal surgawi.
- Jika kita lebih sering memikirkan ajal kita daripada berkhayal tentang umur panjang, niscaya kita akan lebih giat berusaha supaya dapat maju.
Bilamana kita mau memikirkan lebih dalam hukuman-hukuman neraka atau api penyucian yang nantinya akan datang, maka saya percaya, bahwa kita dengan suka hati akan menerima segala kesukaran dan kesakitan serta tidak akan mundur jika menghadapi kekerasan.
Tetapi karena pikiran-pikiran itu kurang meresap di dalam hati kita, dan karena kita masih suka dipuji dan disanjung-sanjung, maka kita tetap dingin dan lemah dalam hal kerohanian.
- Biasanya kekurangan tenaga jiwa itulah yang menyebabkan badan kita yang malang ini mudah mengeluh.
Oleh sebab itu marilah kita dengan segala rendah hati berdoa kehadirat Tuhan agar Tuhan memberi semangat dan rasa menyesal kepada kita, dan marilah kita bersama-sama sang nabi berseru: “Berilah saya, ya Tuhan, roti berdukacita dan basahilah saya dengan air mata (Mzm. 80 : 6).
SUMBER DIAMBIL DARI:
Judul Buku : Mengikuti Jejak Kristus (Imitatio Christi)
Penulis: Thomas A Kempis
Penterjemah: J.O.H. Padmasepotra Pr,
Penerbit : Obor Jakarta, terbitan 1986
Diakses dari : https://thomaskempis.wordpress.com/
https://thomaskempis.wordpress.com/buku-1/