RESILIENSI

Resilience (resiliensi)

Description

Psychological resilience is the ability to cope mentally or emotionally with a crisis or to return to pre-crisis status quickly. Resilience exists when the person uses “mental processes and behaviors in promoting personal assets and protecting self from the potential negative effects of stressors”. Wikipedia

Pengertian Resiliensi

Resiliensi adalah kemampuan seseorang dalam mengatasi, melalui, dan kembali kepada kondisi semula setelah mengalami kejadian yang menekan (Reivich & Shatte, 2002). Resiliensi berasal dari bahasa latin “re-silere” yang memiliki makna bangkit kembali (Connor & Davidson, 2003).

Seperti bola basket, waktu jatuh ke bawah, “resiliensi” membantu bola tersebut bisa memantul naik dengan cepat. Bayangkan diri kita seperti bola basket tersebut, resiliensi lah yang membantu kita bisa bangun lagi setelah jatuh.

Kemampuan ini sangat penting digunakan untuk mengelola stres dalam kehidupan sehari-hari. Individu yang mampu mengembangkan kemampuan resiliensi dengan baik maka akan lebih sukses menghadapi permasalahan hidup yang sedang dihadapi (Reivich & Shatte, 2002).

Aspek Resiliensi

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi resiliensi. Menurut Reivich dan Shatte (2002), resiliensi terbentuk dari tujuh aspek dalam diri seseorang, yaitu sebagai berikut:

  1. Emotion Regulation(Pengaturan Emosi)

Emotion Regulation adalah kemampuan seseorang untuk tetap berada pada keadaan tenang dan terkendali meskipun pada kondisi yang menekan. Dengan kata lain sejauhmana kita dapat mengendalikan emosi khusunya emosi negatif ketika kita tengah mengalami kegagalan.

  1. Impuls Control(Pengendalian diri)

Individu yang memiliki faktor pengendalian dorongan yang tinggi akan lebih mudah dalam pengaturan emosi. Kemampuan diri dalam mengatur dorongan, penting untuk menjaga agar setiap perilaku yang kita lakukan masih dalam kontrol dari diri sendiri dan tidak lepas kendali.

  1. Optimist (Optimis)

Optimis adalah kepercayaan pada diri bahwa segala sesuatu akan dapat berubah menjadi lebih baik, mempunyai harapan akan masa depan dan percaya bahwa kita dapat mengontrol kehidupan seperti apa yang kita inginkan.

  1. Causal Analysis(Analisis Penyebab Masalah)

Analisis penyebab masalah adalah kemampuan untuk mengidentifikasi penyebab dari sebuah peristiwa yang dialami. Hal ini penting untuk menjaga diri kita agar tidak mengambil tindakan yang salah dan merugikan diri sendiri ataupun orang lain.

  1. Empathy(Empati)

Empati adalah kemampuan untuk turut merasa atau mengidentifikasi diri dalam keadaan, perasaan atau pikiran yang sama dengan orang lain atau kelompok lain. Empati membantu kita untuk peka terhadap  perasaan orang lain dan mengurangi risiko terjadinya konflik.

  1. Self-Efficacy(Efikasi Diri)

Efikasi diri menggambarkan sebuah keyakinan bahwa individu dapat memecahkan masalah dan dapat meraih kesuksesan. Dengan adanya keyakinan ini, kita menjadi termotivasi untuk memecahkan masalah dan yakin bahwa masalah yang dihadapi mampu untuk dilewati.

  1. Reaching out(Kemampuan untuk meraih apa yang diinginkan)

Individu yang mampu untuk memperbaiki dan mencapai keinginan yang dituju, maka akan memiliki aspek yang lebih positif. Apabila kita takut gagal sebelum mencoba , kita tidak akan mendapat apa yang kita inginkan.

Bangkit Lagi Yuk! Mengenal Resiliensi dan Cara Meningkatkannya