RESPONS AYUB TERHADAP ELIFAS


BERANI MATI YANG SEPERTI APA?
Ayb 6:1-30

Menerima tuduhan semena-mena atau penilaian keliru tentu menimbulkan beban penderitaan Ayub semakin berat. Kini Ayub menuduh balik para sahabatnya sebagai tidak sungguh menyadari kedalaman derita Ayub (ayat 2). Juga, sikap dan komentar mereka memperlihatkan bahwa merekalah yang sebenarnya gentar menghadapi penderitaan (ayat 21). Jujur ia menggambarkan derita itu sebagai kesakitan ganda. Bukan saja karena ia harus menanggung kemalangan bertubi-tubi, tetapi juga karena kemalangan itu dalam tafsiran para sahabatnya sebagai tindakan Allah langsung melawan Ayub. Bila itu benar, Ayub melihatnya sebagai anak panah dan racun dari Allah menciptakan kedahsyatan dalam hidupnya (ayat 4).
Ucapan Ayub memohon kematian memang terasa biasa kita dengar dari orang-orang yang sedang menderita hebat. Namun, ada perbedaan antara permintaan untuk mati kebanyakan orang dari yang Ayub ucapkan ini. Bagi Ayub kematian bukanlah ungkapan keputusasaan tetapi ungkapan iman tentang kebahagiaan yang akan dimasukinya di balik kematian bersama Tuhan. Memang hal ini belum diungkapkan sampai pasal 19. Kematian adalah fakta kefanaan manusia (ayat 11-12). Tetapi lebih daripada itu, kematian merupakan kegirangan sebab ia tahu bahwa dirinya benar (ayat 10).
Kini Ayub sendiri mengulang komentar penutur kisah dan komentar Allah. Dalam kata-kata Ayub sendiri, ia tidak pernah meminta uang suap (menjauhi kejahatan — 22), jujur (ayat 25), tidak berdusta atau curang (ayat 28, 30), saleh dalam hubungan sosialnya (ayat 23, 24). Ternyata ia low profile, penilaian penutur dan Allah jauh melampaui penilaiannya sendiri tentang dirinya. Integritas moral dan spiritualnya membuat ia menatap kematiannya dengan keberanian bahkan kegirangan. Sekali lagi bukan sebagai pelarian dari dunia yang jahat dan penuh derita ini, tetapi sebagai saat kegembiraan terjadi. Perasaan itu tidak mungkin dimiliki oleh orang yang berdosa sebab kematian pasti menimbulkan kengerian.
Ingat: Orang yang hidupnya berintegritas tidak takut apa pun dan siapa pun. Karena hanya Allah saja yang ia takuti, kematian sekali pun tidak membuatnya gentar.

JANGAN LARI DARI TUHAN
Ayb 6:1–7:21

Dewasa ini ada sebagian orang Kristen yang berpandangan bahwa Tuhan akan menganugerahkan kemakmuran dan kesehatan kepada setiap anak-Nya. Mereka beranggapan, orang Kristen tidak seharusnya mengalami kesusahan, apalagi kemiskinan. Kitab Ayub membantah keyakinan ini. Ayub bukan saja kehilangan hartanya dan menjadi miskin, ia pun menderita sakit yang membuat kulitnya dipenuhi oleh cacing (ayat 7:5). Sungguh suatu penderitaan yang teramat besar!
Memang, Kitab Ayub penuh dengan kepedihan dan barang siapa membacanya dengan saksama, akan merasakan kepedihan yang dalam itu. Pasal 6 dan 7 merupakan salah satu bagian yang paling menyedihkan dari Kitab Ayub dan bahkan dari seluruh Alkitab. Dengarlah ungkapan-ungkapan Ayub, “Kiranya Allah berkenan meremukkan aku, kiranya Ia melepaskan tangan-Nya dan menghabisi nyawaku!” (ayat 6:9,10; 7:16,20).
Dalam menghadapi penderitaan, kita bisa memilih untuk melakukan kedua hal ini. Pertama, mendekatkan diri kepada Tuhan, atau, kedua, menjauhkan diri dari-Nya. Mendekatkan diri kepada-Nya tidaklah berarti bahwa kita sudah dapat menerima semua penderitaan ini. Mendekatkan diri kepada Tuhan berarti kita membawa semua kepedihan, kebingungan, dan kekecewaan ini kepada-Nya. Dalam ketidakmengertian tentang penderitaan yang dialaminya, Ayub tidak lari dari Tuhan, justru sebaliknya, ia mendekatkan dirinya kepada Tuhan.
Renungkan: Apakah reaksi kita dalam menghadapi penderitaan? Apakah kita lari dari-Nya ataukah kita lari kepada-Nya? Larilah kepada-Nya karena hanya Dialah yang mengerti keberadaan kita dan yang memedulikan kita.

PENDALAMAN AYAT
Wycliffe: Ayb 6:1–7:21
b) Jawaban Ayub kepada Elifas (6:1-7:21).
Kehadiran para ahli filsafat itu telah membuat Ayub menduga-duga nasibnya dan keadaan tersebut membuatnya mempertanyakan hikmat Allah (ps. 3). Hal-hal yang diutarakan Elifas mengenai hubungan antara dosa dengan penderitaan memunculkan tema yang akan membuat Ayub kemudian mempertanyakan keadilan Allah; sikap ini disebabkan karena Ayub tahu bahwa penderitaan luar biasa yang dialami olehnya tidak disebabkan oleh dosa yang luar biasa. Namun, di dalam jawabannya yang pertama ini, Ayub tidak membahas mengenai keadilan Allah secara teologis, namun mengutarakan lagi penderitaan batinnya, akibat rasa terpisah dari Allah yang membuatnya menderita. Itu merupakan aliran keluhan pertama Ayub, dan usaha Elifas ternyata hanya meningkatkan penderitaan batin Ayub. Karena itu, apa yang kini diutarakan Ayub merupakan kelanjutan dari keluhan tersebut dengan beberapa penekanan baru. Berawal dengan sikap defensif, Ayub membenarkan curahan emosinya yang semula (6:1-13). Kemudian, dengan beralih ke sikap ofensif, Ayub mengecam sahabat-sahabatnya atas sikap mereka yang tidak menunjukkan belas kasihan (6:14-30). Akhirnya, berpaling dari sahabat-sahabatnya kepada Allah, Ayub mengulangi lagi ratapannya (7:1-21).

Wycliffe: Ayb 6:1-13 – Hendaklah kiranya kekesalan hatiku ditimbang // tergesa-gesa // Anak panah dari Yang Mahakuasa … kedahsyatan // Aku akan melompat-lompat kegirangan di waktu kepedihan yang tak kenal belas kasihan // tidak pernah menyangkal firman Yang Mahakudus // Apakah masa depanku sehingga aku harus bersabar?
6:1-13. Sebagaimana ditunjukkan oleh berbagai bentuk jamak, apa yang diutarakan di dalam pasal ini diarahkan kepada semua sahabatnya. Karena mereka semua menyetujui pandangan Elifas dan dengan Cara memandang serta sikap jelas mereka mengaminkan uraian Elifas; hal itu akan tampak di dalam uraian-uraian mereka nantinya. Hendaklah kiranya kekesalan hatiku ditimbang (ay. 2a). Ayub mengabaikan sindiran Elifas mengenai penyebab penderitaannya dan membela kejengkelan hatinya yang diungkapkan dalam keluhannya. Bagi Elifas keluhan Ayub terdengar tidak menyenangkan (5:2). Namun, kata Ayub, jika kata-kata yang diucapkan secara tergesa-gesa (6:3b) itu ditimbang, maka ucapannya itu pasti akan jauh lebih ringan dibandingkan penderitaannya yang lebih berat dari pasir di laut. Anak panah dari Yang Mahakuasa … kedahsyatan (ay. 4). Sikap menjauh, kemarahan yang nyaris pahit telah diutarakan Ayub dengan keengganannya untuk menyebutkan Allah bahkan sebagai penyebab penderitaannya sekalipun. Penafsiran Elifas yang sangat teistik terhadap penderitaan Ayub setidak-tidaknya mendorong perubahan yang bermanfaat di dalam hal ini. Ayub sekarang dengan terus terang mengungkapkan perasaannya bahwa Allah sedang menganggap dirinya sebagai musuh dengan menyusun sekumpulan besar teror terhadapnya. Di dalam membela keluhannya lebih lanjut, Ayub mengemukakan bahwa hewan sekalipun tidak mengeluh tanpa alasan (ay. 5). Adalah wajar jika manusia menolak makanan yang hambar dan memuakkan (ay. 6, 7). Kemudian, dengan mengacu kepada penggambaran Elifas tentang kematian makhluk-makhluk fana yang rapuh (4:19-21), Ayub menyatakan bahwa dirinya justru ingin mati (ay. 8, 9). Aku akan melompat-lompat kegirangan di waktu kepedihan yang tak kenal belas kasihan (ay. 10). Jika dirinya harus mati dengan kematian yang menurut Elifas hanya diperuntukkan bagi orang tidak beriman sekalipun, ia akan menyambutnya dengan gembira. Kematian itu pun, dalam hal dirinya, tidak akan merupakan kematian seorang yang tidak beriman, sebab, bertolak belakang dengan sindiran Elifas, Ayub tidak pernah menyangkal firman Yang Mahakudus (ay. 10c). Apakah masa depanku sehingga aku harus bersabar? (ay. 11b). Sumber daya yang dapat dipakai Ayub untuk bertahan sudah habis. Sekalipun Elifas meramalkan masa depan yang indah, masa depan di dunia ini suram adanya.

Rangkaian Dialog Pertama: Kebenaran Allah
(Ayub 3:1-14:22)
1. Ayub Meratapi Hari Kelahirannya
(Ayub 3:1-26)
2. Tanggapan Elifas
(Ayub 4:1-5:27)
3. Tanggapan Balik Ayub
(Ayub 6:1-7:21)
4. Tanggapan Bildad
(Ayub 8:1-22)
5. Tanggapan Balik Ayub
(Ayub 9:1-10:22)
6. Tanggapan Zofar
(Ayub 11:1-20)
7. Tanggapan Balik Ayub
(Ayub 12:1-14:22)

SUMBER:

http://alkitab.sabda.org/commentary.php?book=18&chapter=6&verse=1

http://nnasrawani08101990.blogspot.sg/2016/04/tafsiran-ayub-h-pl-ii.html