SERI KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN
BAGIAN 5
ORANG MATI TIDAK DAPAT BERJUMPA DENGAN ORANG HIDUP
Roh manusia yang sudah mati tidak mungkin dapat bertemu dengan
manusia yang hidup. Ketika orang meninggal dunia, rohnya langsung
dikuasai oleh Allah pencipta, karena itu roh tersebut tidak mungkin
dapat bepergian semaunya seperti ketika hidup dalam dunia fana ini,
seperti yang ditulis oleh Salomo, “Dan debu kembali menjadi tanah
seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya”
(Pkh. 12:7).
Pada kasus orang kaya dan Lazarus, ada sedikit tersirat bahwa roh
manusia yang telah mati tidak mungkin dapat berpindah tempat, ia
sudah merasakan kebahagiaan atau kesakitan (Luk. 16:19-31). Jadi,
manusia tidak dapat berubah menjadi setan, juga tidak dapat
menjumpai sanak familinya yang masih hidup dalam dunia fana.
Pengalaman banyak orang yang bertemu dengan roh sanak familinya
yang sudah meninggal adalah pengalaman yang memang bisa terjadi.
Namun, bukan berarti yang menjumpai manusia yang hidup adalah benar-
benar sanak famili mereka. Itu adalah wujud setan yang hendak
menipu manusia yang pada akhirnya tidak akan membawa manusia untuk
dekat dengan Allah.
Catatan Alkitab bahwa roh orang mati tidak dapat bertemu dengan
orang hidup seharusnya membuat keluarga-keluarga yang saudaranya
meninggal dunia tidak perlu lagi menyembahyangi orang yang telah
meninggal tersebut, memberi sesuatu, bahkan merasa ketakutan akan
diganggu oleh roh orang yang sudah meninggal. Memang, dalam
kebudayaan tertentu ada yang berkeyakinan bahwa setelah orang mati,
rohnya tidak langsung pergi ke tempat yang jauh. Sebagai contoh,
jika seseorang mati/meninggal dunia, selama tiga hari pertama masih
berdiam di dalam rumah, karena itu acara “slametan/syukuran” wajib
diselenggarakan. Kemudian ada acara serupa untuk tujuh hari atau
umumnya empat puluh hari. Karena sampai genap waktu empat puluh
hari roh orang mati tersebut masih ada di sekitar rumah dan
halaman/kampung. Setelah itu, ada peringatan seratus hari karena
roh orang itu masih di sekitar kota di mana sebelumnya ia tinggal.
Terakhir, ada acara seribu hari untuk melepaskan orang yang mati
itu untuk pergi selama-lamanya karena selama waktu itu ia masih
bergentayangan di bumi ini. Jikalau keluarga tidak mengadakan
slametan, syukuran, atau bahkan dilegalisir secara Kristen, tidak
mengadakan doa, dikhawatirkan roh orang mati tersebut akan marah
dan dapat mengganggu, atau juga tidak akan tenang di alam “sana”.
Iman Kristen berkeyakinan bahwa roh orang mati tidak dapat bertemu
dengan orang hidup.
SUMBER:
http://sabda.org/publikasi/e-reformed/cetak/?tahun=2006&edisi=77