SPIRITUALITAS KRISTEN 2

1.Bagi Peter C. Phan, spiritualitas Kristen adalah sebuah cara berelasi dengan Allah Tritunggal. Cara relasi ini memiliki tiga elemen: pneumatologis (digerakkan oleh Roh Kudus), kristologis (diperantarai dan diteladankan oleh Yesus Kristus), dan eklesial (direalisasikan di dalam gereja).6 Ketika ketiga elemen ini direfleksikan dalam konteks Asia, Phan percaya bahwa ketiganya membentuk spiritualitas yang mengintegrasikan dialog dengan tradisi atau agama lain, perjumpaan dengan orang-orang terpinggirkan, serta pergumulan untuk menyatakan nilai-nilai Kerajaan Allah yang penuh dengan kasih, keadilan, dan kedamaian dalam konteks lokal.7

Catatan Kaki:

6 Peter C. Phan, “Asian Christian Spirituality: Context and Contour,” Spiritus: A Journal of Christian Spirituality, Vol. 6, No. 2 (2006): 221, DOI: 10.1353/scs.2006.0068. 7 Ibid., 222, 224-25.

2,Simon Rachmadi menelusuri kembali warisan spiritualitas Reformed dalam konteks lokal di Gereja Kristen Jawa (GKJ).9 Spiritualitas Reformed berakar dari penekanan John Calvin terhadap kesalehan (piety) dalam kehidupan kristiani. Kesalehan ini, yang bukan hanya menjadi pengejaran kepuasan diri, juga adalah usaha untuk menghidupi iman Kristen di tengah tantangan realitas sosial.10 Semangat untuk mereformasi struktur sosial, yang umumnya ditemui dalam gereja-gereja Reformed di Belanda, juga diwarisi oleh gereja-gereja Reformed yang didirikan lewat penginjilan di Jawa, termasuk GKJ. Spiritualitas ini beresonansi dengan semangat lokal orang-orang Jawa yang kemudian banyak menghasilkan tokoh serta gerakan Kristen yang memperjuangkan hak dan kesetaraan sampai era kemerdekaan Indonesia.11

Catatan kaki

8 J. B. Banawiratma dan Hendri M. Sendjaja, eds., Spiritualitas dari Berbagai Tradisi (Yogyakarta: Kanisius, 2017).

9 Rachmadi, “Reformed Spirituality in Java,” 17.

10 Ibid., 34. 11 Ibid., 143

3.Dengan berfokus pada inter-spiritualitas, Stefanus C. Haryono mempertemukan dua tokoh mistik dari tradisi Kristen dan Kejawen, Ibu Teresa dan Ki Ageng Suryomentaram.12 Dari dua tokoh ini, spiritualitas tidak sedang berbicara soal doktrin, tetapi mengenai transendensi diri (self-transcendence), yakni sebuah keterbukaan radikal terhadap keseluruhan diri dan realitas yang dihidupi bersama. Dalam konteks Indonesia yang majemuk sekaligus rawan konflik, inter-spiritualitas dapat mendorong kehidupan bersama yang melampaui identitas, sekaligus yang digerakkan oleh ekspresi cinta terhadap kehidupan. Semboyan Bhinneka Tunggal lka, walau berbeda-beda tetapi satu jua, dapat menjadi landasan bagi inter-spiritualitas ini.13

Catatan Kaki:

12 Haryono, “The Interspirituality of Mother Teresa and Ki Ageng Suryomentaram,” i. 13 Haryono, 343-44.

4.Firdaus Salim menemukan ruang bagi pengalaman mistis dalam tradisi Reformed di era pascakebenaran. Pascakebenaran menitikberatkan pada pudarnya peran dominan rasio, logika, ataupun fakta dalam proses menentukan kebenaran, baik dalam individu ataupun masyarakat. Namun, di sisi yang lain, era ini justru membuka potensi yang besar bagi emosi dan pengalaman mistis untuk membentuk kehidupan seseorang. Salim melihat bahwa teologi Yohanes Calvin sendiri, yang seringkali dianggap hanya mengedepankan rasionalitas, justru banyak dipengaruhi oleh para mistik. Salim kemudian mengusulkan bahwa ruang bagi pengalaman mistis dalam teologi Calvin ini bisa diperkaya lewat doa mistik Karl Rahner, seorang teolog Katolik di abad ke-20. Oleh karena manusia adalah makhluk mistis, tandas Rahner, maka mengalami Allah menjadi fondasi eksistensi manusia. Salim menyimpulkan bahwa titik temu antara Calvin dan Rahner ini dapat memberikan ruang yang lebih besar bagi pengalaman pribadi dalam tradisi Reformed.

Dikutip dari kumpulan tulisan di:

Minne Spirituality Young Scholar Awards yang digelar oleh Indonesian Journal of Theology pada tahun 2020

Disarikan dari Sumber:

Indonesian Journal of Theology
Vol. 9, No. 2 (Desember 2021): 132-149
E-ISSN: 2339-0751
DOI: https://doi.org/10.46567/ijt.v9i2.231
SEBUAH ILMU MENGHASRAT:
Topografi Studi Spiritualitas di Indonesia
Nindyo Sasongko
Fordham University
nindyosasongko@gmail.com
Febrianto
Gereja Kristus Yesus
febriantotayoto@gmail.com