STEFANUS – DIAKEN
1.Kalau kita membaca iklan Duka atau warta jemaat banyak yang berbunyi :”Telah Meninggal Dunia Dengan Tenang.” Ini telah menjadi rumusan berita duka. Walaupun meninggalnya karena kecelakaan kapal terbang orang dengan latah merumuskannya Telah Meninggal Dengan Tenang. Memang secara jujur hampir semua orang mempunyai “cita cita” meninggal dengan dunia tenang. Artinya meninggal jangan sampai karena kecelakaan , dibunuh, karam kapal, dllnya.
2.Kalau kita bicara Stefanus, dia tidak meninggal dengan “tenang”. Dia mati dirajam, mati dengan dilempari batu. Sadis amat dan sangat menyiksa dan menyakitkan. Dia bukan penjahat atau pelaku kejahatan yang pantas diperlakukan seperti itu. Yesus juga mati disalib. Ada perbedaan eksekusi mati bagi Yesus dilaksanakan oleh pemerintah Romawi, sedangkan eksekusi mati bagi Stefanus dilaksanakan oleh “kelompok Yahudi” sendiri. Kasus Stefanus rupanya merupakan tindakan massa di luar hukum. Barangkali keadaan kenegaraan di daerah Yudea sedang kacau sehingga penghukuman mati dalam pengadilan yang seharusnya dilaksanakan oleh pemerintah legitimate Romawi, kali ini dilaksanakan sendiri oleh kalangan Yahudi.
3.Kematian Stefanus mempunyai dampak nyata. Penganiayaan yg menyusul (Kisah 8:1) mengakibatkan pemberitaan Injil makin meluas (Kisah 8:4; 11:19). Juga dapat dikatakan bahwa kematian Stefanus merupakan faktor yg membawa Saul orang Tarsus kepada Kristus Yesus (Kisah 7:58; 8:1, 3; 22:20). Tapi tidak kalah pentingnya, betapa ucapan Stefanus pada waktu itu adalah awal revolusi teologi dalam gereja mula-mula, sebagai dasar penginjilan universal yg dengan jelas dinyatakan pada pertama kalinya. Lukas mencatatnya panjang lebar, dan ini pasti menandakan pentingnya makna yg terkandung dalamnya.
4.Stefanus bukanlah rasul, tetapi dia hanya orang yang terpilih sebagai diaken dengan tugas untuk menyalurkan bantuan makanan dan santunan kepada warga termiskin Gereja Perdana. Diriwayatkan bahwa rasul-rasul memilih para diaken setelah timbulnya rasa tidak puas di kalangan orang Yahudi Helenistis (orang Yahudi yang berbudaya dan berbahasa Yunani) lantaran janda-janda mereka disepelekan sementara janda-janda Yahudi Ibrani didahulukan dalam pembagian santunan yang bersumber dari dana jemaat. Karena “Stefanos” adalah sebuah nama Yunani, maka diduga Stefanus adalah seorang Yahudi Helenistis. Stefanus diriwayatkan sebagai orang yang penuh iman dan Roh Kudus serta pernah mengadakan mukjizat-mukjizat di tengah-tengah khalayak ramai (Kis 6:5, 8).
5.Karena mengabarkan Injil tentang Yesus Kristus maka dia dibawa kepengadilan agama Yahudi dengan dakwaan mengajarkan ajaran sesat dan menista nama Allah. Didepan pengadilan agama itu pula dalam pembelaannya ia tidak memakai ahli hukum, tetapi membuat pembelaan sendiri.Dalam pembelaannya itu ia berkotbah panjang lebar mulai penyataan Allah melalui Abraham, Musa sampai kepada penyataan terakhir melalui Yesus Kristus. Pembelaannya tidak meringankan perkaranya bahkan menimbulkan kegeraman khlayak sehingga mereka bertindak menghukum Stefanus dengan melempari batu.
Untuk itu hukumannya adalah hukuman mati dengan cara dirajam atau dilempari baru.
6.APLIKASI. Stefanus tidak tinggal dalam tugas pokok melakukan pekerjaan kasih membagikan makanan dan kebutuhan para janda miskin. Lebih dari itu ia lakukan tugas pokok sesuai panggilan Tuhan yaitu mengabarkan injil Yesus Kristus. Apapun pekerjaan kita sehari hari melebihi itu kita juga dipanggil untuk membagikan injil Yesus Kristus bahwa Dia adalah juru selamat manusia dan jalan satu satunya kepada Tuhan Allah.
Hal lain yang dapat kita teladani dari Stefanus ialah kesetiaan sebagai orang Kristen sampai akhir walaupun dianiaya. Biar Roh Kudus saja memberi kita kekuatan seperti itu setia sampai akhir.
BACAAN:
http://www.sarapanpagi.org/stefanus-vt6449.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Stefanus