TAKUT DAN HARAPAN
Manusia pada masa kini hidup dengan dikuasai oleh rasa takut.
1.Pertama, rasa takut kini menjadi pengalaman dasar dari manusia. Ia bukan lagi perkecualian, misalnya rasa takut di hadapan bahaya, tetapi sudah menjadi pengalaman rutin sehari-hari. “Rasa takut”, demikian tulis Bude, “menunjukkan dengan jelas kepada kita, apa yang sesungguhnya terjadi pada kita.”
2.Dua, di dalam masyarakat modern, rasa takut adalah tema untuk semua. Ia tidak mengenal batas. Justru, keberadaan rasa takutlah yang memberi getar dunia modern. Peradaban modern lahir dari dan untuk mengolah rasa takut yang dialami manusia. Angst als Erklärungsprinzip (Rasa takut sebagai prinsip penjelas), begitu kata Bude.
3.Tiga, rasa takut kini adalah gejala sosial. Ia bukan lagi gejala kejiwaan seseorang. Rasa takut merupakan konsep yang bergerak di tingkat sosial, politik dan ekonomi. Ia adalah sebuah kategori politis.
Pola serupa ditemukan di tingkat global. Dunia bergerak dengan rasa takut. Semua kebijakan dibuat tidak lagi dengan nalar sehat dan nurani yang jernih, tetapi dengan rasa takut. Timeo ergo sum, aku takut maka aku ada, kiranya tak berlebihan.
4.Empat, sebagai gejala global, rasa takut juga menguat, karena hancurnya stabilitas sosial dan ekonomi kelas menengah di berbagai negara. Kesenjangan antara si kaya dan si miskin semakin besar. Bude menulis, sebelum pandemi COVID 19 terjadi. Di 2021, analisis ini semakin menemukan kenyataannya.
Keempat hal ini jelas terjadi, karena kegagalan tata kelola politik dan ekonomi di berbagai negara. Dari segi ekonomi, dunia bergerak ke arah kanan, yakni semakin konservatif. Hak-hak pekerja disikat. Para pengusaha bermodal raksasa, yang bermain korupsi dengan pejabat negara, semakin menjadi istimewa.
5.Di dalam sebuah wawancara oleh Deutsche Welle, Televisi Nasional Jerman, Heinz Bude, pemikir Jerman, diajukan pertanyaan yang singkat namun tajam. Apa lawan dari rasa takut? Jawabnya: Harapan. Mengapa?
Harapan, kata Bude, berpijak pada pemahaman, bahwa keadaan saat ini bukanlah keadaan terakhir. Perubahan ke arah yang lebih baik masih mungkin terjadi. Saat ini, yang mungkin merupakan saat yang menyakitkan, masih bisa dilampaui. Harapan adalah musuh terbesar dari rasa takut, begitu tegas Bude.
6.Banyak orang Kristen yang senang mengucapkan kalimat, “Tuhan tidak pernah terlambat, DIA selalu menolong saya di batas akhir kekuatan saya.”
Pernahkah Anda bertanya-tanya, kenapa TUHAN seolah menolong di batas akhir kekuatan kita? Karena kebanyakan dari kita baru mencari pertolongan TUHAN di batas akhir kekuatannya. Setelah tidak berhasil mencoba berbagai cara, kekuatan, dan pemikirannya sendiri, barulah mereka berlutut dan mencari TUHAN.
Seandainya, di awal masalah kita langsung mencari cara, kekuatan, dan pemikiran TUHAN, maka TUHAN pasti datang di batas awal kekuatan kita.
Teman, kita semua tahu bahwa kita seharusnya berharap kepada TUHAN, tapi pertanyaannya, apakah kita benar-benar berharap hanya kepada TUHAN? Anda bisa buktikan ini di dalam kehidupan Anda sendiri, jika Anda menyelesaikan pergumulan atau masalah di dalam hidup Anda menggunakan cara, kekuatan, dan pemikiran TUHAN, berarti Anda benar berharap kepada TUHAN.
Roma 15:13 Semoga Allah, SUMBER PENGHARAPAN, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan.
SUMBER:
1.https://rumahfilsafat.com/2021/07/31/timeo-ergo-sum-aku-takut-maka-aku-ada/
2.https://hagahtoday.com/2016/10/05/pengharapan-bagian-03-kepada-siapa-kita-seharusnya-berharap/