TEODISI
II.TINJAUAN SEJARAH GEREJA
02.TEODISI AGUSTINUS
SIAPA AGUSTINUS?
Agustinus dari Hippo (dalam bahasa Latin: Aurelius Augustinus Hipponensis, lahir 13 November 354 – meninggal 28 Agustus 430 pada umur 75 tahun), juga dikenal sebagai Santo Agustinus, atau Saint Augustine , adalah seorang filsuf dan teolog Kristen awal yang tulisannya mempengaruhi perkembangan Kekristenan Barat dan filsafat Barat. Ia adalah uskup Hippo Regius(sekarang Annaba, Aljazair), yang terletak di Numidia(provinsi Romawi di Afrika). Ia dipandang sebagai salah seorang Bapa Gereja terpenting dalam Kekristenan Barat karena tulisan-tulisannya pada Era Patristik. Di antara karya-karyanya yang terpenting misalnya Kota Allah dan Pengakuan-Pengakuan.
TEODISI AGUSTINUS
1.Teodisi Agustinus (bahasa Inggris: Augustinian theodicy) adalah suatu bentuk teodisi Kristen yang membahas masalah kejahatan. Pertama kali dibedakan sebagai suatu bentuk teodisi oleh John Hick dalam Evil and the God of Love, yang ditulis pada tahun 1966, dimana ia menggolongkan teodisi Agustinus dan perkembangan selanjutnya sebagai “Augustinian”.
2.Hick membedakan antara teodisi Agustinus, yang mencoba membebaskan Allah dari segala tanggung jawab kejahatan, berdasarkan kebebasan kehendak (Free Will), dengan Teodisi Ireneus, yang menggambarkan Allah bertanggung jawab atas kejahatan tetapi dibenarkan karena bermanfaat untuk perkembangan manusia (pembentukan jiwa).
3.Teodisi ini muncul sebagai respons terhadap persoalan yang berkaitan dengan adanya kejahatan,[2] yang menimbulkan pertanyaan jika Allah itu Mahakuasa dan Maha Pemurah, pasti tidak ada kejahatan di dunia. Bukti adanya kejahatan mempertanyakan hakikat Allah atau keberadaan-Nya – bahwa Allah itu mungkin tidak Mahakuasa, tidak Maha Pemurah, atau tidak ada.[3] Teodisi merupakan suatu upaya untuk menyelaraskan keberadaan dan hakikat Allah dengan adanya kejahatan di dunia dengan memberi penjelasan yang valid mengenai kejadiannya.
4.Teodisi Agustinus menyatakan bahwa Allah menciptakan dunia ex nihilo (dari nol; dari kehampaan), tetapi Allah tidak menciptakan kejahatan dan tidak bertanggung jawab atas kemunculannya. Kejahatan tidak dianggap muncul dengan sendirinya, melainkan sebagai “kehilangan” kebaikan – yaitu rusaknya ciptaan Allah.
5.Teodisi Agustinus ini mendukung pandangan dosa asal. Semua versi teodisi ini menerima tafsiran harfiah dari kisah penciptaan pada Kitab Kejadian, termasuk keyakinan bahwa Allah menciptakan manusia, laki-laki dan perempuan, tanpa dosa maupun tanpa penderitaan. Kejahatan diyakini merupakan hukuman yang adil untuk kejatuhan manusia ke dalam dosa: ketika Adam dan Hawa pertama kali melanggar perintah Allah dan diusir keluar dari Taman Eden.
6.Kebebasan kehendak (Free Will) umat manusia oleh Teodisi Agustinus dianggap merupakan alasan berkelanjutan untuk kejahatan moral: orang melakukan perbuatan amoral atau bejat ketika kehendak mereka itu jahat. Sifat manusia yang jahat disebabkan oleh dosa asal; para teolog Agustinian berpendapat bahwa dosa Adam dan Hawa merusak kehendak umat manusia, dan mempertahankan bahwa Allah tidak bersalah dan Allah itu baik, dan Ia tidak bertanggung jawab atas adanya kejahatan.
SUMBER:
https://id.wikipedia.org/wiki/Agustinus_dari_Hippo
https://id.wikipedia.org/wiki/Teodisi_Agustinus
Note:
Theodicy (bhs Inggris) ada yang menerjemahkan dengan Teodisi, Teodise atau Teodisae, dalam bahasan istilah Teodisi lebih banyak yang memakainya .
Teodisi Kristen adalah ilmu yang mencoba menjelaskan relasi antara Allah yang mahakuasa, berdaulat, adil dan maha baik dengan kenyataan adanya penderitaan dan kejahatan didunia ini.