Teologi apofatis – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
1.Teologi apofatis, atau dikenal juga sebagai teologi negatif, via negativa atau via negationis, adalah suatu teologi yang berusaha menjelaskan Tuhan Yang Maha Baik dengan hanya berbincang mengenai apa yang tidak mungkin dikatakan mengenai kebaikan sempurna, yaitu Tuhan.
2.Singkatnya, teologi negatif adalah sebuah usaha untuk menjelaskan pengalaman relijius dan bahasa mengenai Yang Maha Baik melalui pemisahan, dan dengan demikian mengetahui Tuhan bukanlah apa dan tidak Tuhan adalah apa. Tradisi apofatis sering kali, meskipun tidak selalu, dihubungkan dengan pendekatan mistisisme, yang menekankan pada pengalaman spontan atau terpelajari seorang individual untuk menggapai realita surgawi hingga melampaui batas-batas persepsi biasa. Pengalaman demikian sering kali tidak dibantu oleh struktur agama terorganisir tradisional atau permainan peran terkondisikan dan sikap defensif dari pihak lain.
Deskripsi Tuhan secara apofatik
1.Teologi negatif berpandangan bahwa pengalaman ilahiah itu tak terlukiskan; suatu pengalaman mengenai kesucian yang hanya dapat dikenali atau diingat secara abstrak. Lebih jelasnya, manusia tidak dapat menjelaskan esensi kebaikan sempurna yang berbeda-beda bagi tiap individu dengan kata-kata. Manusia juga tidak mampu mendefinisikan kompleksitas besar Ilahi dalam hubungannya terhadap seluruh bidang realita. Sebagai hasilnya, seluruh penjelasan akan menjadi tidak sahih dan konseptualisasi harus dihindari. Pada akhirnya yang dihasilkan adalah adalah sebuah kondisi di mana pengalaman ilahiah tidak terdefinisikan berdasarkan definisinya sendiri.
2.Baik keberadaan maupun ketiadaan sebagaimana dimengerti dalam jagad fisik tidak berlaku pada Tuhan. Sang Ilahi itu abstrak bagi sang individu, melampaui ada maupun tiada, dan melampaui konseptualisasi mengenai itu semua (tidak dapat dikatakan bahwa Tuhan ada, dalam penginderaan biasa untuk kata “ada”; tidak dapat dikatakan pula bahwa Tuhan tiada).
3.Tuhan itu terhitung secara ilahiah (tidak dapat diklaim bahwa Tuhan itu satu, dua, atau jenis keberadaan lainnya.)
4.Tuhan tidak bodoh (tidak dapat dikatakan bahwa Tuhan bijaksana, karena kata tersebut mengimplikasikan bahwa manusia mengetahui apa arti kebijaksanaan dalam bentuk ilahiah; manusia hanya mengetahui apa yang dipercayai sebagai kebijaksanaan dalam konteks budayanya yang terbatas).
5.Tuhan tidak jahat (mengatakan bahwa Tuhan dapat dideskripsikan dengan kata “baik” membatasi Tuhan pada apa yang dianggap sebagai kelakuan baik oleh individu maupun kelompok manusia.)
6.Tuhan bukanlah sebuah ciptaan (tapi lebih jauh daripada itu manusia tidak dapat menjelaskan bagaimana Tuhan itu ada atau beroperasi dengan hubungannya pada seluruh kemanusiaan.)
7.Tuhan tidak dijelaskan dengan ruang dan lokasi.
8.Tuhan tidak terbatas secara konseptual kepada asumsi-asumsi mengenai waktu.