TINGGALKAN GENGSI GENGSIAN DALAM PELAYANAN
Yoh.13:1-20
1.Zaman Alkitab orang Yahudi umumnya memakai sandal. Setelah berjalan jauh dapat dimengerti kalau kaki mereka berdebu. Jadi dapat dimengerti ada acara pembasuhan kaki kalau mereka diundang ke pesta makan. Pembasuhan kaki akan dilakukan oleh pelayan atau budak si empunya rumah.
2.Tuhan Yesus dan para murid menjelang hari raya Paskah Yahudi mereka mengadakan acara makan. Setelah semua duduk dan sedang makan, ternyata mereka belum dicuci kaki mereka. Para murid tidak ada yang berinisiatif untuk mencuci kaki murid yang lain. Gengsi pikir mereka. Masakan aku harus mencuci kaki kawan murid yang lain. Ini pekerjaan seorang budak.
3.Tuhan Yesus yang adalah guru mereka berinisiatif dan bertindak. Ia menanggalkan jubah luarnya, mengambil kain lenan dan mengikatkannya di pinggangNya, kemudian menuang air kedalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid muridNya dan menyeka dengan kain lenan yang terikat dipinggangNya.
4.Yesus, seorang rabi yang telah mengajarkan Firman Tuhan, telah membuat tanda ajaib, seseorang yang dihormati ditengah masyarakat pada waktu itu, kini mengerjakan pekerjaan seorang budak membasuh kaki murid muridNya.
5.Arti pertama. Keteladanan telah dicontohkan. Panggilannya agar kita jangan main gengsi gengsian dalam pelayanan. Ketika kita datang kegereja,mari tinggalkan segala atribut pangkat perusahaan atau pangkat lainnya, dengan demikian kita dapat saling melayani. Dirrumah tangga ,suami dapat menanggalkan pangkat pemimpin perusahaan yang senantiasa dilayani, sehingga dirumah suami pun dapat ikut mengerjakan pekerjaan rumah tangga dalam konteks tidak ada pembantu rumah tangga.
6.Arti Kedua. Tuhan Yesus memperdalam arti pelayananNya mencuci kaki,menunjuk kepada pengorbanan di kayu salib, darahNya tercurah dan darahNya yang membasuh para murid dan orang percaya sehingga kita menjadi orang orang yang dikuduskan dan bersih serta layak dihadapan hadirat Allah Bapa. Mari kita bersyukur dan memuji Tuhan Yesus untuk kasih pelayananNya yang telah membasuh kita dengan darahNya. Kita yang telah diampuni, terpanggil juga untuk saling mengampuni kesalahan sesame sdr yang bersalah kepada kita.