TINGGALKAN KEBEBALAN DAN BERTOBATLAH


TINGGALKAN KEBEBALAN DAN BERTOBATLAH
Yer 27:1-22

Perintah Tuhan kepada Yehuda dan negara-negara tetangganya supaya mereka menyerah kepada Babel merupakan perintah Tuhan yang tentunya membingungkan dan mengecewakan mereka. Mengapa Tuhan memerintahkan mereka untuk menyerah tanpa berjuang? Mengapa mereka dilarang untuk mempertahankan tanah airnya? Bahkan mengapa Yehuda harus berdiam diri ketika bangsa asing menajiskan Bait Allah dengan cara merampok seluruh perabotnya? Padahal bukankah Bait Allah merupakan simbol identitas Yehuda sebagai umat pilihan Allah? Namun bila kita renungkan dengan sungguh-sungguh, perintah itu merupakan perwujudan dari kasih setia Allah yang terus memelihara dan menjaga Yehuda dan bangsa-bangsa lain. Jika mereka tidak takluk kepada Babel mereka akan mengalami kehancuran total (8, 13). Allah telah membangkitkan dan menunjuk Nebukadnezar sebagai alat-Nya untuk menghukum bangsa-bangsa lain khususnya Yehuda yang sudah memberontak kepada-Nya, maka kebangkitan Nebukadnezar tidak mungkin dibendung oleh siapa pun. Membendungnya berarti menghadang Allah. Mereka harus menerima hukuman Allah namun bukan mengalami kehancuran (22). Karena itu perintah Allah melalui Yeremia ini merupakan jalan terbaik dalam situasi yang buruk agar mereka tidak hancur. Perintah Allah itu merupakan bukti bahwa pemeliharaan Allah tetap dapat menghasilkan yang terbaik dari keadaan yang tak berpengharapan.

Bagaimana mengajarkan kebenaran kepada orang yang membutakan hati nuraninya terhadap kebenaran? Firman Tuhan di perikop ini datang pada zaman pemerintahan Zedekia, yaitu ketika Nebukadnezar , raja Babel, sudah menaklukkan Yehuda dan menawan sebagian penduduknya ke Babel (lih. 2Raj. 25:8-17). Telah terbukti bahwa nubuat para nabi yang mengumandangkan bahwa Babel bukan ancaman serius adalah nubuat palsu (Yer. 23:21, 30-33). Namun, Raja Zedekia tetap mendengarkan para nabi palsu tersebut dan terbius oleh firman dusta mereka (27:14-15).

Sikap bebal dan keras kepala Zedekia sama dengan sikap para raja bangsa-bangsa sekitar Yehuda. Mereka juga mendengarkan nubuat bohong dari para nabi penipu mereka (9-10) sehingga mengajak Zedekia bersekongkol melawan Babel. Betapa ironis, umat Tuhan sama tidak pekanya dalam perkara rohani dengan bangsa-bangsa kafir! Lebih celaka lagi, para imam, dan bahkan seluruh rakyat Yehuda juga terbuai janji-janji palsu bahwa kekalahan mereka terhadap Babel hanya bersifat sementara dan Bait Allah akan kembali jaya (16-18). Oleh karena yang para nabi Yehuda beritakan adalah harapan kosong mereka sendiri, bukan berasal dari perintah Allah, mereka sama saja dengan para peramal dan penyihir najis bangsa-bangsa kafir (9).

Bagaimana mengajarkan kebenaran kepada orang-orang bebal ini? Yeremia memakai kuk kayu sebagai peraga kepastian hukuman Tuhan yang berupa kuk Babel (2, 6, 12). Kalau mereka tidak juga mawas diri dan bertobat, mereka akan menerima kuk Tuhan yang jauh lebih dahsyat, yaitu: pedang, kelaparan, sampar (8, 13). Berbagai kejadian dalam hidup perorangan, gereja, atau bangsa tidak kebetulan semata-mata. Jika ada dosa dan kejahatan yang tidak berkenan kepada Allah, itu merupakan peringatan Tuhan agar kita bertobat.
Renungkan: Dalam perjalanan hidup bersama Allah, kita mungkin pernah kecewa atau marah atas apa yang Allah perintahkan untuk kita lakukan. Namun respons yang paling bijak adalah tetap mendengarkan dan tunduk kepada kehendak-Nya sebab perintah Allah walaupun menyakitkan adalah perwujudan kasih setia-Nya yang mendatangkan kebaikan bagi kita. Tinggalkan kebebalan. Tanpa pertobatan akan menuai hukuman yang lebih dahsyat.

Wycliffe: Yer 27:1–29:32
KUK BABEL (27:1-29:32)
Walaupun Zedekia diangkat oleh Nebukadnezar menjadi raja, namun dia bersekongkol untuk menentang Nebukadnezar, dan para raja bangsa-bangsa di sekitarnya berkumpul di Yerusalem untuk menyatukan rencana pemberontakan itu. Tidak diragukan bahwa harapan bangsa itu bangkit. Di sini Yeremia memberikan saran kepada para raja bangsa-bangsa asing tersebut dan Zedekia untuk menghentikan persepakatan itu, karena mereka tidak ada harapan untuk sukses. Barangkali nasihatnya ada hasilnya. Setidak-tidaknya, kelihatan bahwa pemberontakan itu tidak terjadi pada masa ini. Peristiwa-peristiwa dalam Yeremia 27; 28 terjadi pada tahun keempat pemerintahan Zedekia (bdg. tafsiran atas 25:1); sementara peristiwa-peristiwa dalam Yeremia 29 terjadi pada suatu waktu dalam zaman yang sama.

http://alkitab.sabda.org/commentary.php?book=24&chapter=27&verse=1