Membaca Kembali Syair Gus Mus Berjudul “Ketika Agama Kehilangan Tuhan”
Penulis : BPNB Bali
-February 22, 2018
Membaca Kembali Syair Gus Mus Berjudul “Ketika Agama Kehilangan Tuhan”
Siapa tak mengenal Gus Mus? Di Indonesia, Gus Mus sudah sangat dikenal oleh masyarakat luas sebagai seorang ulama. KH. Ahmad Mustofa Bisri atau lebih sering dipanggil dengan Gus Mus, selain sebagai seorang ulama beliau adalah seorang budayawan, penyair dan penulis kolom yang sangat dikenal di kalangan sastrawan. Banyak yang mengenal beliau karena kepiawaiannya mengolah kata dalam syair puisi. Berikut adalah salah satu syair Gur Mus yang sangat populer . Selamat membaca dan meresapi maknanya sahabat budaya
Ketika Agama Kehilangan Tuhan
Oleh : KH. A.Mustafa Bisri/Gus Mus
Dulu agama menghancur-kan berhala. Kini agama jadi berhala, Tak kenal Tuhannya, yang penting agamanya.
Dulu orang berhenti membunuh karena agama. Sekarang orang saling membunuh karena agama.
Dulu orang saling mengasihi karena beragama. Kini orang saling membenci karena beragama.
Agama tak pernah berubah ajarannya dari dulu. Tuhan pun tak pernah berubah dari dulu. Lalu yang berubah apanya? Manusianya?
Dulu orang belajar agama sebagai modal, untuk mempelajari ilmu lainnya. Sekarang orang malas belajar ilmu lainnya, maunya belajar agama saja.
Dulu pemimpin agama dipilih berdasarkan kepintarannya, yang paling cerdas di antara orang-orang lainnya. Sekarang orang yang paling dungu yang tidak bisa bersaing dengan orang-orang lainnya, dikirim untuk belajar jadi pemimpin agama.
Dulu para siswa diajarkan untuk harus belajar giat dan berdoa untuk bisa menempuh ujian. Sekarang siswa malas belajar, tapi sesaat sebelum ujian berdoa paling kencang, karena diajarkan pemimpin agamanya untuk berdoa supaya lulus.
Dulu agama mempererat hubungan manusia dengan Tuhan. Sekarang manusia jauh dari Tuhan karena terlalu sibuk dengan urusan-urusan agamanya.
Dulu agama ditempuh untuk mencari Wajah Tuhan. Sekarang agama ditempuh untuk cari muka di hadapan Tuhan.
Esensi beragama telah dilupakan. Agama kini hanya komoditi yang menguntungkan pelaku bisnis berbasis agama, karena semua yang berbau agama telah didewa-dewakan, takkan pernah dianggap salah, tak pernah ditolak, dan jadi keperluan pokok melebihi sandang, pangan, papan. Agama jadi hobi, tren, dan bahkan pelarian karena tak tahu lagi mesti mengerjakan apa.
Agama kini diper-Tuhan-kan, sedang Tuhan itu sendiri dikesampingkan. Agama dulu memuja Tuhan, Agama kini menghujat Tuhan. Nama Tuhan dijual dan diperdagangkan, dijaminkan, dijadikan murahan, oleh orang-orang yang merusak, membunuh, sambil meneriakkan nama Tuhan.
Tuhan mana yang mengajarkan ‘tuk membunuh?!
Tuhan mana yang mengajarkan tuk membenci?!
Tapi manusia membunuh, membenci, merusak, mengintimidasi, sambil dengan bangga meneriak-kan nama Tuhan, berpikir bahwa Tuhan sedang disenangkan ketika ia menumpahkan darah manusia lainnya.
Agama dijadikan senjata tuk menghabisi manusia lainnya. Dan tanpa disadari manusia sedang merusak reputasi Tuhan, dan sedang mengubur Tuhan dalam-dalam di balik gundukan ayat-ayat dan aturan agama.
*WN