DIMETERAIKAN TANDA KRISTEN OTENTIK

Dimeteraikan oleh Roh Kudus: Tanda Kristen Otentik dalam Perspektif Kierkegaard

PENDAHULUAN

1.Dalam perjalanan iman seorang Kristen, ada sebuah kebenaran mendalam yang berfungsi sebagai fondasi identitas dan jaminan keselamatan: dimeteraikan oleh Roh Kudus. Rasul Paulus menguraikannya dengan indah dalam Efesus 4:30:

“Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.”1

2.Ayat ini bukan sekadar doktrin abstrak; ia adalah jantung dari pengalaman Kristen yang otentik. Namun, bagaimana kita bisa sungguh-sungguh memahami dan menghidupi kebenaran ini, terutama jika kita melihatnya melalui lensa pemikiran Søren Kierkegaard, seorang filsuf dan teolog Kristen asal Denmark dari abad ke-19 yang dikenal dengan penekanan pada individu dan kekristenan yang sungguh-sungguh?

A.Meterai Ilahi: Janji dan Jaminan

Mari kita telaah sejenak makna dari “dimeteraikan oleh Roh Kudus.” Dalam budaya kuno, meterai adalah tanda kepemilikan, keaslian, keamanan, dan jaminan. Ketika Roh Kudus “memeteraikan” kita, itu berarti beberapa hal penting:

  1. Kepemilikan Allah: Kita menjadi milik Allah. Sama seperti cap atau segel raja pada dokumen penting, meterai Roh Kudus menandakan bahwa kita adalah properti-Nya yang berharga. Ini adalah dasar dari identitas kita—kita bukan lagi milik diri sendiri atau dunia, melainkan milik Allah.
  2. Keaslian (Otentisitas Ilahi): Meterai juga menunjukkan keaslian. Roh Kudus adalah tanda bahwa iman kita adalah asli, bukan palsu atau sekadar peniruan. Ia adalah bukti dari transformasi internal yang telah Allah lakukan dalam diri kita.
  3. Jaminan dan Keamanan: Paulus menyatakan kita dimeteraikan “menjelang hari penyelamatan.” Ini adalah jaminan bahwa keselamatan kita aman dan terjamin hingga hari kedatangan Kristus atau hari kita bertemu dengan-Nya. Roh Kudus adalah “uang muka” atau “jaminan” (Efesus 1:14) dari warisan yang akan datang.

Kebenaran ini seharusnya membawa kedamaian dan kepastian yang luar biasa bagi setiap orang percaya. Kita dimeteraikan! Sebuah identitas ilahi, sebuah jaminan kekal.

B.Tantangan Kierkegaard: Melampaui Meterai Nominal

1.Namun, di sinilah pemikiran Kierkegaard menjadi sangat relevan. Ia akan menanyakan, “Apakah Anda sungguh-sungguh mengalami meterai ini dalam hidup Anda, ataukah itu sekadar doktrin yang Anda yakini secara nominal?”

2.Bagi Kierkegaard, bahaya terbesar bagi kekristenan bukanlah ateisme, melainkan kekristenan nominal—bentuk iman yang nyaman, tanpa gairah, dan tanpa pergumulan sejati. Orang Kristen nominal mungkin mengaku telah dimeteraikan oleh Roh Kudus, tetapi kehidupan mereka mungkin tidak menunjukkan bukti-bukti meterai itu:

  • 2.1.Identitas Tanpa Konsekuensi: Jika kita sungguh-sungguh milik Allah, seharusnya ada perubahan radikal dalam hidup kita. Namun, Kristen nominal mungkin masih hidup seolah-olah mereka milik diri sendiri atau dunia, tanpa menunjukkan buah-buah Roh atau komitmen yang mendalam.
  • 2.2.Keamanan Tanpa Tanggung Jawab: Janji jaminan keselamatan seringkali diubah menjadi alasan untuk berpuas diri atau bahkan berbuat dosa, dengan asumsi bahwa meterai itu akan menutupi segalanya. Kierkegaard akan menekankan bahwa meterai ini justru membawa tanggung jawab yang besar, yaitu untuk tidak mendukakan Roh Kudus.
  • 2.3.Kesenjangan antara Doktrin dan Eksistensi: Bagi Kristen nominal, “dimeteraikan oleh Roh Kudus” bisa jadi hanya sebuah konsep teologis yang diterima secara intelektual, tanpa pengalaman subjektif yang mengubahkan. Mereka mungkin tidak mengalami dorongan Roh, pergumulan batin, atau tuntutan radikal yang datang dari hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus.

C.Dimeteraikan oleh Roh Kudus: Tanda Kristen Otentik

Bagaimana meterai Roh Kudus ini menjadi tanda dari Kristen otentik menurut Kierkegaard? Ini adalah titik di mana janji ilahi bertemu dengan pengalaman manusia yang sesungguhnya:

  1. Kepemilikan yang Disadari dan Dihidupi: Kristen otentik tidak hanya percaya bahwa mereka dimeteraikan oleh Roh Kudus; mereka menghidupi identitas itu. Mereka menyadari bahwa mereka adalah milik Allah, dan pilihan-pilihan hidup mereka mencerminkan kepemilikan ini. Ini berarti mereka berani menjadi berbeda dari dunia, karena mereka tahu bahwa mereka adalah bagian dari “kerajaan lain.”
  2. Sensitivitas terhadap Pimpinan Roh Kudus: Perintah “janganlah kamu mendukakan Roh Kudus” adalah sebuah ujian otentisitas. Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus berdiam di dalam kita dan memimpin kita. Kristen otentik memiliki kepekaan terhadap dorongan dan peringatan Roh Kudus. Mereka berjuang untuk menaati-Nya, mengakui ketika mereka mendukakan-Nya, dan segera bertobat. Pergumulan ini, Angst yang muncul dari kesadaran akan pilihan dan tanggung jawab moral kita, adalah bagian dari perjalanan otentik yang dipimpin Roh.
  3. Kemenangan Melalui Ketergantungan: Meterai Roh Kudus adalah jaminan kekuatan. Ketika kita menghadapi kesulitan hidup—kecemasan akan masa depan, keputusasaan karena kegagalan—Kristen otentik tidak menyerah. Mereka bersandar pada kuasa Roh Kudus yang ada di dalam diri mereka, percaya bahwa Roh yang membangkitkan Kristus dari kematian juga akan menghidupkan dan menguatkan mereka (Roma 8:11). Ini adalah mental pemenang yang sejati, yang bukan bersandar pada kekuatan diri sendiri, melainkan pada kuasa meterai ilahi.
  4. Hidup dalam Tujuan yang Diperbarui: Roh Kudus memeteraikan kita untuk “hari penyelamatan,” tetapi juga untuk “pekerjaan baik” (Efesus 2:10). Kristen otentik yang dimeteraikan oleh Roh Kudus akan digerakkan untuk hidup sesuai dengan tujuan ilahi ini. Mereka akan mencari kehendak Allah dalam setiap langkah dan berani melangkah dalam panggilan mereka, bahkan jika itu berarti meninggalkan zona nyaman atau menghadapi tantangan.

KESIMPULAN

Panggilan untuk Menjadi yang Dimeteraikan Secara Otentik

1.Ayat Efesus 4:30 adalah sebuah ajakan untuk introspeksi yang mendalam. Apakah kita hanya sekadar “dimeteraikan secara nominal,” ataukah kita menghidupi realitas ini dengan gairah dan komitmen? Kierkegaard akan menantang kita untuk melihat meterai Roh Kudus bukan sebagai hak istimewa yang pasif, melainkan sebagai sebuah panggilan untuk hidup otentik—sebuah kehidupan yang terus-menerus merespons pimpinan Roh, yang mengakui kepemilikannya oleh Allah, dan yang hidup dalam jaminan Ilahi dengan penuh tanggung jawab.

2.Ketika kita benar-benar menghayati bahwa kita telah dimeteraikan oleh Roh Kudus, kita akan menemukan dasar yang kuat untuk identitas kita, jaminan yang tak tergoyahkan untuk masa depan kita, dan dorongan yang tak henti-hentinya untuk hidup sebagai pribadi yang otentik dan sepenuhnya milik Kristus, hingga hari penyelamatan tiba.