Seri Blog: “Jaringan, Kuasa, dan Iman”
Freemasonry: Antara Misteri, Sejarah Gereja, dan Jaringan Kuasa
Jika Anda pernah mendengar tentang Freemasonry, mungkin bayangan pertama yang muncul adalah ritual rahasia yang penuh teka-teki. Tapi apa sebenarnya Freemasonry itu? Dan bagaimana pandangan gereja serta pemikir seperti Niall Ferguson memahami jaringan misterius ini?
Apa Itu Freemasonry?
Freemasonry atau “Perkumpulan Bebas Mason” adalah organisasi persaudaraan yang muncul pada akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17 di Eropa. Awalnya merupakan serikat pekerja bangunan, Freemasonry berkembang menjadi jaringan sosial elit yang terdiri dari para filsuf, bangsawan, pengusaha, dan politisi.
Organisasi ini menggunakan simbolisme arsitektur (seperti kompas dan penggaris) untuk menyampaikan nilai-nilai moral seperti kebenaran, persaudaraan, dan amal. Mereka menyebut diri sebagai orang-orang yang “bekerja membangun bait spiritual,” bukan bangunan fisik.
Pandangan Sejarah Gereja: Sikap yang Curiga
Gereja Katolik Roma, khususnya sejak abad ke-18, secara terbuka menentang Freemasonry. Paus Clement XII mengeluarkan bulla In eminenti apostolatus specula (1738) yang mengecam Freemasonry karena bersifat rahasia dan sinkretistik. Alasan utama penolakan:
1. Relativisme Agama – Freemasonry mengizinkan anggotanya dari berbagai latar belakang agama, dan menekankan “iman kepada sang Arsitek Agung” tanpa mengakui Yesus Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan.
2. Rahasia dan Sumpah – Gereja mengkhawatirkan adanya sumpah rahasia yang dapat bertentangan dengan komitmen iman sejati.
3. Pengaruh Politik – Freemasonry dianggap terlibat dalam gerakan anti-monarki dan anti-Gereja, termasuk Revolusi Prancis dan ideologi sekularisme.
Gereja Protestan juga terbagi. Beberapa denominasi seperti Lutheranisme konservatif dan kalangan Reformed menolak Freemasonry karena alasan teologis. Namun ada juga kelompok Protestan (terutama di Amerika) yang lebih toleran.
Niall Ferguson: Jaringan Formal vs Informal
Dalam bukunya The Square and the Tower: Networks and Power, from the Freemasons to Facebook, Niall Ferguson tidak menulis secara khusus untuk menyerang atau membela Freemasonry, tetapi ia melihat organisasi ini sebagai contoh klasik jaringan informal yang berpengaruh besar dalam sejarah.
Ferguson membedakan antara:
• “Menara” (Tower) – lambang struktur kekuasaan formal seperti Gereja, Negara, atau Militer.
• “Alun-Alun” (Square) – lambang jaringan sosial informal seperti Freemasonry, klub ilmiah, atau bahkan media sosial zaman kini.
Freemasonry menurut Ferguson adalah salah satu bentuk awal dari “jaringan kekuasaan horizontal” yang menyaingi struktur kekuasaan vertikal tradisional. Ia menyoroti bagaimana Freemasonry memainkan peran dalam menyebarkan ide-ide Pencerahan, Revolusi Amerika, bahkan dalam pembentukan negara-negara modern.
Refleksi: Apa yang Dapat Dipelajari?
Sebagai orang percaya, mungkin kita bertanya: “Mengapa kita perlu tahu tentang Freemasonry?” Jawabannya mungkin terletak bukan pada tertarik pada rahasia mereka, tapi pada kesadaran akan kekuatan jaringan.
Gereja mula-mula adalah jaringan informal yang penuh kuasa: komunitas kasih, doa, dan pelayanan. Tapi seiring waktu, Gereja sering berubah menjadi menara — struktur formal yang kaku. Buku Ferguson mengajak kita untuk merenung: Apakah gereja kita masih menjadi “jaringan kasih” yang mengubah dunia?
Kita juga diajak untuk waspada terhadap pengaruh kekuasaan yang menyusup melalui relasi rahasia, bahkan dalam dunia modern: organisasi, media, dan teknologi. Tapi yang terutama, kita dipanggil untuk hidup terbuka, jujur, dan setia kepada Kristus, Sang Terang Dunia.
“Karena tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu pun yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan.” — Lukas 8:17