KEJADIAN 7:11- HUJAN LEBAT
Pada hari yang sama ketika Nuh sudah menetap di dalam bahtera, banjir mulai datang.
- Terbukalah tingkap-tingkap di langit, dan air yang ada di atas cakrawala). Hujan, yang biasanya turun rintik-rintik, pada waktu itu turun dalam luapan air yang deras, atau semburan air, sebagaimana orang-orang di daerah-daerah tropis menyebutnya, di mana awan-awan sering kali pecah, menurut ungkapan mereka, ketika hujan yang turun jauh lebih deras daripada hujan paling lebat. Kita membaca (Ayb. 26:8) bahwa Allah membungkus air di dalam awan-Nya, namun awan itu tidak robek. Tetapi sekarang bungkusan itu dibuka, dan awan itu robek, dan hujan pun turun seperti yang belum pernah dilihat sebelumnya atau sesudahnya, dengan begitu derasnya dan tanpa henti. Awan yang tebal itu tidak menjadi lelah, seperti yang biasanya terjadi, karena mencurahkan air (Ayb. 37:11), yaitu, tidak cepat habis dan berhenti. Sebaliknya, awan-awan tetap kembali setelah hujan turun, dan kuasa ilahi terus membawa awan-awan yang baru. Hujan turun, tanpa jeda atau reda, empat puluh hari empat puluh malam lamanya (ay. 12), dan itu berlangsung di seluruh bumi secara serentak. Allah menjadikan dunia dalam enam hari, tetapi Ia mengambil waktu selama empat puluh hari dalam menghancurkannya. Sebab Ia panjang sabar. Namun, meskipun datang secara perlahan-lahan dan bertahap, penghancuran itu berhasil memenuhi tujuannya.
- Dikatakan selanjutnya dalam Kejadian 7:11 Terbelah (bãga) segala mata air samudera raya. Sejumlah besar air disimpan di bawah bumi. Jumlah air yang sangat besar ini disebut tehôm – “samudera raya” (bdg. Kej. 1:2). Air di bawah permukaan yang dibatasi oleh kekuatan kreatif Allah pada hari penciptaan kedua ini, dilepaskan untuk mengalir dalam jumlah besar dan dengan kehebatan yang tidak dapat dilukiskan. Air bah yang terjadi pada waktu itu bukan banjir besar biasa, namun sebuah banjir raksasa yang tiba-tiba melanda penduduk yang terkejut. Bãga menunjuk kepada luapan menyeluruh yang menghancurkan segala sesuatu yang menghalangi. Air bah itu merupakan terlepasnya kekuatan menghancurkan yang tidak tergambarkan. Manusia tidak dapat membayangkan keganasan dan kekuatan penghancur dari air bah tersebut, juga kedahsyatan dari peragaan kekuatan Allah untuk menghancurkan makhluk-makhluk yang berdosa. Kerusakan menyeluruh manusia ketika itu jauh lebih buruk daripada yang dapat kita bayangkan. Penghancuran itu diperlukan.
- Sekarang, pelajarilah dari sini,
3.1. Bahwa semua makhluk berada dalam kuasa Allah, dan bahwa Ia dapat menggunakan mereka untuk tujuan apa pun yang dikehendaki-Nya, baik untuk menjadi pentung bagi isi bumi-Nya maupun untuk menyatakan kasih setia, seperti yang dikatakan Elihu tentang hujan (Ayb. 37:12-13).
3.2. Bahwa tidaklah mungkin untuk menghindar dari penghakiman-penghakiman dari Allah ketika penghakiman-penghakiman itu datang dengan mandat untuk melawan para pendosa. Sebab Allah dapat mempersenjatai langit maupun bumi untuk melawan mereka (lihat Ayb. 20:27). Allah dapat mengelilingi manusia dengan para pembawa pesan murka-Nya, sehingga, jika mereka melihat ke atas, mereka akan merasa ngeri dan bingung, dan jika mereka melihat ke bumi, sesungguhnya, hanya kesesakan dan kegelapan (Yes. 8:21-22). Jadi, siapakah yang mampu berdiri di hadapan Allah apabila Ia murka?
3.3. Dalam penghancuran terhadap dunia lama oleh air ini, Allah memberikan contoh tentang penghancuran terakhir dari dunia yang ada sekarang oleh api kelak. Kita mendapati Rasul Petrus mempertentangkan kedua hal ini satu sama lain (2Ptr. 3:6-7). Sama seperti di bawah bumi ada air, demikian pula Gunung Api Etna, Gunung Api Vesuvius, dan gunung-gunung berapi lain menyatakan kepada dunia bahwa di bawah permukaan bumi ada api juga. Api juga sering kali jatuh dari langit, dan banyak kehancuran diakibatkan oleh petir. Karena itu, ketika waktu yang ditetapkan tiba, di antara dua api ini, bumi dan segala isinya akan terbakar, seperti halnya air bah yang didatangkan ke atas dunia lama dari samudra-samudra raya dan melalui tingkap-tingkap langit.
Untuk Direnungkan: penghakiman masa lalu dengan air bah tidak akan terulang tetapi penghakiman dengan api menanti dimasa mendatang bagi orang orang yang tidak bertobat dan menolak tawaran kesealamtan dalam Yesus Kristus. Tugas kita seperti Nuh dengan tidak mengenal lelah mengajak orang kedalam keselamatan dalam Yesus Kristus agar tidak dihukum dengan api.