Dalam filsafat Timur, konsep kelekatan sering kali dianggap sebagai sumber penderitaan dan hambatan bagi pencapaian kebijaksanaan dan pencerahan. Beberapa tradisi filsafat Timur yang membahas kelekatan antara lain:
BUDDHISME
1.Dalam ajaran Buddha, kelekatan (atau “tanha” dalam bahasa Pali) adalah salah satu dari empat Kebenaran Mulia. Kelekatan dianggap sebagai akar dari penderitaan manusia. Untuk mencapai Nirvana, seseorang harus melepaskan semua bentuk kelekatan terhadap dunia material dan emosional1.
2.Dalam ajaran Buddha, kelekatan (upādāna) adalah salah satu dari akar penderitaan (dukkha). Buddha mengajarkan bahwa kelekatan terhadap benda-benda materi, orang, dan bahkan ide-ide, adalah penyebab utama penderitaan manusia. Empat jenis kelekatan yang disebutkan dalam Buddhisme adalah:
2.1. **Kāmupādāna**: Kelekatan pada kenikmatan indrawi.
2.2. **Ditthupādāna**: Kelekatan pada pandangan atau keyakinan.
2.3. **Silabbatupādāna**: Kelekatan pada ritual dan upacara.
2.4. **Attavadupādāna**: Kelekatan pada konsep diri atau ego.
3.Menurut ajaran Buddha, untuk mencapai pencerahan (nirvana), seseorang harus melepaskan segala bentuk kelekatan. Proses ini dikenal sebagai praktik jalan tengah (Middle Way), yang mencakup delapan langkah (Eightfold Path) untuk mengatasi keinginan dan kelekatan.
HINDUISME
Dalam Bhagavad Gita, Krishna mengajarkan Arjuna tentang pentingnya menjalani kehidupan tanpa kelekatan. Ini dikenal sebagai “Nishkama Karma,” yaitu bertindak tanpa mengharapkan hasil atau imbalan. Kelekatan pada hasil tindakan dianggap mengikat jiwa dan menghalangi moksha (pembebasan)1.
TAOISME
Taoisme, yang merupakan filosofi Cina kuno, juga mengajarkan pentingnya melepaskan kelekatan. Menurut ajaran Tao, hidup yang selaras dengan Tao (jalan atau prinsip alam semesta) melibatkan melepaskan keinginan dan kelekatan.
Laozi dalam Tao Te Ching mengajarkan tentang “Wu Wei” atau tindakan tanpa usaha. Ini berarti hidup selaras dengan alam dan melepaskan keinginan serta kelekatan yang berlebihan. Kelekatan dianggap mengganggu keseimbangan alami dan harmoni dalam kehidupan1.
Laozi, dalam Tao Te Ching, mengajarkan bahwa seseorang harus hidup dengan kesederhanaan dan tidak mengikatkan diri pada benda-benda materi atau keinginan duniawi.
KONFUSIONISME
Konfusianisme: Meskipun Konfusianisme lebih menekankan pada etika sosial dan moral, ada juga ajaran tentang pentingnya menjaga keseimbangan dan tidak terlalu terikat pada hal-hal duniawi. Kelekatan yang berlebihan dianggap dapat mengganggu hubungan harmonis dengan orang lain dan masyarakat1.
Ajaran Konfusius menekankan pentingnya hidup dengan integritas dan moralitas. Kelekatan pada kekayaan dan status dapat menghalangi seseorang untuk mencapai kebajikan (ren) dan harmoni dalam masyarakat.
****Secara keseluruhan, filsafat Timur mengajarkan bahwa kelekatan menyebabkan penderitaan karena mengikat kita pada hal-hal yang bersifat sementara dan berubah. Untuk mencapai kebahagiaan dan kedamaian sejati, seseorang harus belajar melepaskan kelekatan dan hidup dengan kesadaran penuh akan sifat sementara dari segala sesuatu.