AMPUNILAH MEREKA


KITA AKAN MENUNDA SERI KIDUNG AGUNG,DIGANTIKAN DENGAN SERI 7 PERKATAAN YESUS DALAM RANGKA MENYAMBUT PERINGATAN JUM’AT AGUNG.

PERKATAAN PERTAMA
Ampunilah Mereka – Lukas 23:34
https://sinodegmit.or.id/ampunilah-mereka-lukas-2334/
Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya. (Lukas 23:34)
Pernyataan Nelson Mandela yang terkenal, “Ampunilah musuhmu tapi jangan lupakan kesalahan mereka.” Pernyataan ini masuk akal sebab menghindarkan kita dari kemungkinan disakiti kembali sekaligus dapat menjadi bahan pelajaran terus-menerus supaya jangan sampai kita mengalami hal serupa lagi atau jangan kita melakukannya pada orang lain. Akan tetapi pernyataan ini beresiko sebab jangan lupakan kesalahan membuktikan adanya benih dendam yang terus dipelihara. Jangan lupakan kesalahan memungkinkan orang terus mengingat kesalahan lalu balas dendam. Itu artinya pengampunan hanyalah omong kosong.
Tindakan jangan melupakan kesalahan membuka peluang orang terus mengisi hati dengan kepahitan akan masalah dengan orang lain. Sikap terus mengingat kesalahan adalah tindakan terus mengotori hati dengan kemarahan sebab memelihara kebencian.
Saudaraku, Allah tidak saja mengampuni tapi Allah juga melupakan kesalahan. Seperti yang terjadi di kayu salib pada saat Yesus berteriak, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Apa yang dialami Yesus di kayu salib adalah penderitaan yang mengerikan. Ia tidak bersalah untuk apa yang harus Ia tanggung. Ia justru menanggung dosa setiap manusia namun anehnya manusialah yang hendak membunuh-Nya. Sekalipun demikian, Ia mau memberikan pengampunan kepada manusia.
Teriakan ‘Ya Bapa, ampunilah mereka’ adalah teriakan agar Allah tidak lagi mengingat kesalahan manusia dan mau mengampuni sebab Yesus telah menanggung semuanya di salib. Teriakan ini juga adalah teriakan bahwa banyak kali manusia di dalam keberdosaan tidak menyadari diri namun Allah tetap mau menerima kelemahan itu dan memberikan pengampunan.
Teriakan itu menggugah manusia untuk melihat kebaikan dan kasih Yesus. Bagaimana mungkin mereka menyiksa dan membunuh-Nya tapi di dalam penderitaan, Ia mau mengampuni? Hal inilah yang menyebabkan kepala pasukan yang melihat semua itu sejak awal menyadari dan membuat pengakuan, “Sungguh Ia Anak Allah.” Sama hal dengan kita. Kesediaan untuk mengampuni menunjukkan kepada dunia bahwa kita adalah anak-anak Allah. (LM)