MAZMUR 30

MAZMUR 30

https://alkitab.sabda.org/commentary.php?book=19&chapter=30&verse=1

TAFISRAN MATTHEW HENRY

Ucapan Syukur dan Pujian (30:1-6)

Ada sebuah kebiasaan terpuji yang sering kali dilakukan oleh orang-orang Yahudi yang saleh, yang meskipun tidak secara tegas diperintahkan, namun tetap diizinkan dan diterima, yaitu ketika selesai membangun rumah baru, mereka mengadakan upacara peresmiannya (di hadapan Allah) (Ul. 20:5, bis). Daud juga melakukan hal yang sama saat istananya baru dibangun, sebelum ia menempati istana itu (2 Sam. 5:11), sebab istana bangsawan juga memerlukan perlindungan Allah dan terikat untuk melayani-Nya, sebagaimana rumah-rumah biasa lainnya. Perhatikanlah, rumah yang kita diami haruslah ditahbiskan dan dipersembahkan terlebih dahulu kepada Allah pada saat kita menginjaknya untuk pertama kali, sebagai sebuah tempat kudus. Kita harus sungguh-sungguh menyerahkan diri kita sendiri, keluarga kita, dan perkara keluarga kita ke dalam pemeliharaan dan bimbingan Allah. Kita harus berdoa meminta hadirat dan berkat-Nya, harus mengabdikan diri kita dan segala milik kita bagi kemuliaan-Nya, dan harus bertekad untuk menjauhkan segala pelanggaran dari kemah kediaman kita. Kita dan segenap isi rumah kita harus melayani Tuhan baik di dalam semua kewajiban untuk menjalankan ibadah keluarga maupun untuk menaati Injil dalam segala hal. Sebagian orang berpendapat bahwa mazmur ini dinyanyikan pada saat pentahbisan ulang istana Daud setelah dia terusir dari sana oleh Absalom, yang telah mencemari tempat itu dengan persetubuhan sedarah. Dan petahbisan itu merupakan ucapan syukur atas dihancurkannya pemberontakan yang membahayakan itu. Di dalam ayat-ayat di atas,

  1. Daud sendiri memanjatkan ucapan syukurnya kepada Allah atas keselamatan besar yang telah Ia kerjakan baginya (ay. 2): “Aku akan memuji Engkau, ya TUHAN! Aku akan meninggikan nama-Mu, memuji-Mu sebagai yang mahamulia dan ditinggikan, aku akan melakukan apa saja semampuku untuk memajukan kepentingan kerajaan-Mu di antara umat manusia. Aku akan memuji-Mu, sebab Engkau telah mengangkat aku, bukan saja dari lobang kubur yang hampir membuatku terbenam, tetapi juga bahkan mengangkatku ke takhta Israel.” Dia menegakkan orang yang hina dari dalam debu. Oleh karena hal-hal menakjubkan yang telah diperbuat Allah untuk meninggikan kita, baik melalui pemeliharaan-Nya maupun melalui anugerah-Nya, kita wajib, sebagai tanda syukur, untuk melakukan segala yang kita bisa supaya nama-Nya ditinggikan, sekalipun yang kita bisa perbuat itu kecil saja artinya. Ada tiga hal yang membuat keselamatan Daud begitu hebat:
  2. Keselamatan itu merupakan kekalahan bagi musuh-musuhnya. Mereka tidak diizinkan untuk bersorak-sorai atasnya, seperti yang mereka akan lakukan (sekalipun itu sungguh kejam), jika dia sampai mati karena penyakitnya atau binasa dalam kesesakannya ( 41:12).
  3. Keselamatan itu merupakan jawaban bagi doa-doanya (ay. 3): Kepada-Mu aku berteriak minta tolong. Segala ungkapan perasaan mengenai kesukaran kita haruslah diarahkan kepada Allah, dan setiap jeritan harus diteriakkan kepada-Nya. Berserah dalam kedukaan kita dengan cara seperti ini akan meringankan roh kita yang terbeban. “Kepada-Mu aku berteriak, dan Engkau bukan saja telah mendengarkan aku, tetapi juga telah menyembuhkan aku, menyembuhkan tubuhku yang terganggu, menyembuhkan pikiranku yang resah dan gelisah, memulihkan perkara dalam kerajaanku yang telah teracak-acak.” Di dalam inilah Allah bermegah, Aku TUHANlah yang menyembuhkan engkau (Kel. 15:26). Dan kita pun harus mengembalikan kemuliaan itu kepada-Nya.
  4. Bahwa keselamatan itu menyelamatkan nyawanya. Dia mengalami keadaan yang terburuk, terjatuh dan hampir turun ke liang kubur, tetapi diselamatkan dan tetap hidup (ay. 3). Semakin besar marabahaya yang kita hadapi, semakin hebat pulalah keselamatan yang kita terima, dan hal ini semakin menguatkan diri kita dan semakin menggambarkan bukti mengenai kuasa dan kebaikan Allah. Kehidupan yang dibangkitkan dari kematian haruslah dipakai untuk meninggikan Allah yang berkuasa atas hidup kita.
  5. Dia memanggil orang lain untuk bergabung bersamanya dalam menaikkan puji-pujian, bukan saja atas semua kebaikan istimewa yang telah dikaruniakan Allah kepadanya, melainkan juga atas tanda-tanda kehendak baik Allah yang dikaruniakan-Nya kepada semua orang kudus-Nya (ay. 5): Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya! Semua orang yang benar-benar kudus diakui Allah sebagai milik-Nya. Masih ada umat sisa yang demikian di dunia ini, dan dari merekalah diharapkan terdengar nyanyian pujian bagi Allah, sebab mereka diciptakan dan dikuduskan, dijadikan orang kudus supaya mereka menjadi kenamaan dan pujian bagi-Nya. Jika orang-orang kudus-Nya di sorga bernyanyi bagi Dia, lalu mengapa orang-orang kudus-Nya di bumi juga tidak melakukan pekerjaan yang sama dengan mereka, sedapat mungkin, selaras dengan para kudus di sorga itu?
  6. Mereka mempercayai-Nya sebagai Allah yang memiliki kekudusan tanpa cela. Karena itulah mereka bernyanyi bagi-Nya: “Biarlah mereka mempersembahkan syukur kepada nama-Nya yang kudus! Biarlah mereka memuji nama-Nya yang kudus, sebab kekudusan-Nya itulah yang dikenang di segala angkatan.” Allah adalah Allah yang kudus. Kekudusan-Nya adalah kemuliaan-Nya. Itulah sifat-Nya yang paling dipuji-puji selalu oleh para malaikat yang kudus di sorga (Yes. 6:3Why. 4:8). Kita harus selalu membicarakan dan mengingat-ingat kekudusan Allah. Bahwa Allah adalah Allah yang kudus, itulah yang menyukakan para kudus, sebab dengan begitu mereka dapat berharap bahwa Ia akan menjadikan mereka kudus, semakin ­kudus. Tidak ada satu pun dari kesempurnaan Allah yang begitu menggentarkan orang jahat dan begitu menghiburkan orang saleh selain kekudusan-Nya itu. Jika kita bersukacita sepenuh hati dan mengucapkan syukur setiap kali mengingat kekudusan Allah, itu berarti dalam kadar tertentu kita telah mengambil bagian dalam kekudusan-Nya itu.
  7. Mereka telah merasakan sendiri bahwa Dia adalah Allah yang penuh dengan anugerah dan belas kasihan. Karena itu, biarlah mereka bernyanyi memuji nama-Nya.

(1) Kita mendapati bahwa amarah-Nya berlangsung sebentar saja. Meskipun kita layak menerima murka yang kekal dan Ia layak merasa murka terhadap kita sampai kita dilalap habis dan tidak dapat diperdamaikan lagi, tetapi hanya sesaat saja Ia murka (ay. 6). Saat kita durhaka kepada-Nya Dia menjadi marah. Akan tetapi, oleh karena Dia panjang sabar dan tidak lekas naik darah, kemarahan-Nya cepat melunak saat kita bertobat dan merendahkan diri, lalu Dia pun berkenan untuk berdamai kembali dengan kita. Jika Dia menyembunyikan wajah-Nya dari anak-anak-Nya sendiri dan menahan-nahan kebaikan-Nya, semua itu dilakukan-Nya dalam kehangatan murka, dan hanya berlangsung sesaat lamanya. Segera Dia akan mengambil mereka kembali dalam kasih setia abadi(Yes. 54:7-8). Jika sepanjang malam ada tangisan dan malam itu jadi begitu melelahkan, namun, seperti pastinya cahaya fajar kembali menyingsing setelah kegelapan malam, begitu pula sukacita dan penghiburan akan segera menghampiri umat Allah pada waktu yang tepat. Sebab, kovenan anugerah itu sepasti datangnya hari. Perkataan ini sering kali tergenapi dengan begitu saksama bagi kita. Tangisan telah berlangsung sepanjang malam, tetapi dukacita akan segera berakhir dan kesedihan pun lenyap. Perhatikanlah, selama murka Allah berlangsung, akan terus ada tangisan para orang kudus. Akan tetapi, bila murka dan tangisan itu hanya berlangsung sesaat saja, maka derita itu pun hanya untuk sementara saja. Saat cahaya wajah Allah kembali bersinar, kesusahan pun menjadi ringan dan segera hilang.

(2) Kita telah menyaksikan manisnya senyuman-Nya. Seumur hidup Ia murah hati, maksudnya, Ia selalu baik. Kembalinya kebaikan-Nya kepada jiwa yang merana ibarat hidup dari kematian. Tidak ada lagi yang lebih menggairahkan selain itu. Kebahagiaan kita ditentukan oleh kebaikan Allah. Jika kita memiliki kebaikan Allah, maka itu saja sudah cukup, sekalipun kita kekurangan yang lain. Kebaikan Allah itu merupakan kehidupan jiwa, kehidupan rohani, jaminan bagi kehidupan yang kekal

 

Mazmur 30:1-5

Nyanyian syukur karena selamat dari bahaya

30:1 Mazmur. Nyanyian untuk pentahbisan Bait Suci. Dari Daud. (30-2) Aku akan memuji w  Engkau, ya TUHAN, sebab Engkau telah menarik aku ke atas, x  dan tidak memberi musuh-musuhku bersukacita atas aku. y

30:2 (30-3) TUHAN, Allahku, kepada-Mu aku berteriak minta tolong, z  dan Engkau telah menyembuhkan aku. a

30:3 (30-4) TUHAN, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, b  Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur. c

30:4 (30-5) Nyanyikanlah d  mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, e  dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya f  yang kudus!

30:5 (30-6) Sebab sesaat g  saja Ia murka, h  tetapi seumur hidup i  Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, j  menjelang pagi k  terdengar sorak-sorai.

 

TANYA JAWAB MAZMUR 30

https://www.muslimhope.com/Indonesian/BibleAnswers_Indonesian/PsalmsQA_Indonesian.html

P: Dalam Mzm 30:1, bagaimana bisa ayat ini menjadi sebuah lagu untuk pentahbisan pada bait suci, karena ditulis oleh Daud? Bukankah Daud meninggal sebelum adanya pentahbisan terhadap bait suci itu?
J: Terdapat dua jawaban yang berbeda, dan kita tidak tahu pasti yang mana yang benar.
1. Kata dalam bahasa Ibrani untuk bait suci disini berarti “istana”. Itu mungkin dipersembahkan untuk istana Daud, ketika Daud sedang menggambarkan akan kekayaannya.
2. Itu mungkin merupakan lagu yang sangat indah yang digunakan dalam persembahan untuk istana Salomo setelah Daud meninggal.

P: Dalam Mzm 30:1, bagaimana bisa ayat ini merupakan persembahan untuk bait Allah, karena merupakan pengalaman pribadi milik Daud?
J: Terdapat dua jawaban pertama yang sepertinya tidak mungkin, dan selanjutnya adalah jawaban yang banyak kemungkinan itu yang sebenarnya.
Tidak dibuat oleh Daud: Setiap bagian atas dari mazmur merupakan tulisan massoretik, dan bukan bagian salinan yang asli seperti yang dikatakan oleh Encyclopedia of Bible Difficulties hal.243 dan When Critics Ask hal.234-235,236. Bagian atas mungkin tidak benar jika itu ditulis oleh Daud.
Pendahuluan untuk Mazmur sebelumnya: Pendahuluan, ditambahkan kemudian, mungkin dimaksudkan untuk mazmur sebelumnya. Namun, terdapat banyak contoh dari pendahuluan seperti ini yang sebenarnya hanya tambahan saja.
Tidak untuk Bait suci: Pendahuluan itu mungkin tidak benar ketika dikatakan dipersembahkan untuk bait suci.

Jawabannya: Mazmur 30 kebanyakan ditulis benar oleh Daud (seperti dalam Mazmur 1-41), dan Daud menulis itu untuk persembahan pada bait suci di masa depan. Sementara Daud mengumpulkan banyak benda-benda untuk bait suci untuk anaknya Salomo, Daud tentunya akan berhenti untuk memperhatikan keindahan bait suci di masa depan yang akan ada.

P: Dalam Mzm 30:2-3, penyembuhan seperti apa yang diterima Daud?
J: Injil tidak mengatakannya, tapi itu terdengar seperti sebuah tata bahasa saja, penyembuhan fisik dari penyakit.

P: Dalam Mzm 30:5, bagaimana kemarahan Tuhan dapat hanya terjadi sesaat saja, padahal itu mungkin merupakan saat yang lama dirasakan bagi manusia yaitu ketika berada di Neraka?
J: Daud, penulis dari Mazmur 30 ini, berbicara hubungan Tuhan dengan dia, dan juga sebagai sebuah hubungan Tuhan dengan para percayawan lainnya. Kemarahan Tuhan yang ditunjukan pada Daud terjadi sangat singkat jika dibandingkan dengan kehidupan kekal. Keseluruhan ayat ini mengatakan, “Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai” (NASB) Daud tidak berbicara mengenai orang-orang yang fasik, hanya bagi Daud sendiri yang menganggap bahwa hukuman itu akan berlangsung untuk selamanya. Barangsiapa yang menolak Tuhan mereka tidak hanya tidak dapat melihat kemarahan Tuhan yang sesaat, tapi mereka juga tidak akan melihat kemurahan hati Tuhan untuk selama-lamanya. Bagi orang-orang yang telah memilih Tuhan, kemarahan Tuhan, pengikutNya hanya mengalami hal itu sangat singkat sekali dibandingkan dengan kehidupan kekal yang akan dialami mereka.

P: Dalam Mzm 30:6-7, setelah Daud merasa bersuka, mengapa Tuhan menghentikan kesenangan Daud?
J: Mungkin jawabannya dapat ditemukan di Mazmur 30:7. Daud mengatakan bahwa Tuhan menempatkan “aku” diatas gunung yang kokoh. Ketika kita telah memiliki kesenangan tanpa adanya masalah, kita tidak hanya sering tidak bertumbuh dengan baik, tapi kita cenderung berhenti untuk bersandar pada Tuhan.

P: Dalam Mzm 30:8-9, apakah Daud mencoba untuk menawar-nawar dengan Tuhan, mengatakan untuk tidak membiarkan Daud mati atau nantinya Kau akan kehilangan satu penyembahMu?
J: Tidak perlu. Daud menyadari bahwa Tuhan telah memiliki banyak raja-raja yang lebih baik yang Ia inginkan, tapi Tuhan terutama hanya menganggap Daud bukan sebagai raja tetapi seorang pemuja.