Tulisan dibawah ini adalah refleksi mengenai Jokowi menjelang akhir masa jabatannya sebagai Presiden. Tulisan ini dibuka dengan topik pertama: Pengkultusan Manusia. Topik kedua: Dari Pemuja Menjadi Pembenci.Topik ketiga: Rakyat Jelata Tetap Mencintai Jokowi. Topik keempat : Member vs Challenger. Topik Kelima Istilah yang lebih Netral. Topik Keenam : Mengapa Jokowi Dikritik? Topik Ketujuh: Opososi dan Pendukung Jokowi
MEMBER DAN CHALLENGER
Istilah “Member” dan “Challenger” sering digunakan dalam konteks politik untuk menggambarkan dua jenis kandidat atau partai dalam pemilihan umum:
- Member: Ini merujuk pada kandidat atau partai yang saat ini memegang kekuasaan atau posisi tertentu. Mereka adalah petahana yang berusaha mempertahankan posisi mereka dalam pemilihan berikutnya. Misalnya, seorang presiden yang sedang menjabat dan mencalonkan diri kembali adalah seorang “Member”.
- Challenger: Ini merujuk pada kandidat atau partai yang berusaha menggantikan atau mengalahkan petahana. Mereka adalah penantang yang mencoba memenangkan posisi yang saat ini dipegang oleh “Member”.
Populernya Istilah
Istilah ini menjadi populer terutama dalam konteks pemilihan umum di negara-negara dengan sistem demokrasi, termasuk Indonesia. Popularitasnya meningkat seiring dengan meningkatnya perhatian media dan publik terhadap proses pemilihan dan dinamika politik.
Media yang Digunakan untuk Mempopulerkan
Media yang digunakan untuk mempopulerkan istilah ini meliputi:
- Media Massa: Surat kabar, televisi, dan radio sering menggunakan istilah ini dalam laporan berita dan analisis politik.
- Media Sosial: Platform seperti Twitter, Facebook, dan Instagram juga memainkan peran besar dalam menyebarkan istilah ini, terutama di kalangan pemilih muda.
- Debat Publik dan Kampanye: Istilah ini sering muncul dalam debat kandidat dan kampanye politik, di mana para kandidat saling berhadapan dan berusaha menarik dukungan pemilih.
Aplikasi dalam Situasi Politik Indonesia Masa Kini
Dalam konteks politik Indonesia saat ini, istilah “Member” dan “Challenger” sangat relevan, terutama menjelang Pemilu 2024. Berikut adalah beberapa contoh aplikasinya:
- Pemilihan Presiden: Kandidat seperti Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto dapat dikategorikan sebagai “Challenger” jika mereka berusaha menggantikan petahana atau sebagai “Member” jika mereka adalah petahana yang mencalonkan diri kembali1.
- Pemilihan Legislatif: Partai-partai politik yang saat ini memegang kursi di DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) adalah “Member”, sementara partai-partai baru atau yang tidak memiliki kursi adalah “Challenger”.
- Dinasti Politik: Isu dinasti politik, seperti yang melibatkan Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden Joko Widodo, juga dapat dilihat melalui lensa “Member” dan “Challenger”, di mana anggota keluarga petahana mencoba mempertahankan atau memperluas kekuasaan mereka1.
Istilah ini membantu pemilih memahami dinamika kekuasaan dan persaingan dalam politik, serta memberikan kerangka kerja untuk menganalisis strategi dan taktik yang digunakan oleh kandidat dan partai politik.