NABI DAN GURU PALSU


MENGENALI NABI DAN GURU PALSU
2 PETRUS 2:1-22

1.Richard W. DeHaan menulis bahwa berdasarkan pernyataan-pernyataan kenabian dari Petrus, kita dapat menyimpulkan bahwa penyesat-penyesat ini menyatakan pengakuan imannya tapi tidak sungguh-sungguh bertobat. Mereka bergabung dengan orang-orang percaya yang sejati di dalam gereja lokal, dan sekali mereka menyerobot masuk, mereka mendorong lebih jauh dari kebenaran dan keadilan. Mereka mempengaruhi orang lain untuk mengadopsi pangajaran-pengajaran sesat mereka dan jalan-jalan mereka yang jahat. Petrus menyatakan bahwa mereka bahkan melangkah lebih jauh dengan menggunakan agama demi keuntungan keuangan dengan cara memanfaatkan umat Allah.

2.Kita tidak tahu pasti apa dosa spesifik yang ada dalam jemaat yang dilayani Petrus, namun kita tahu pasti bahwa ajaran palsu dibantu perkembangannya di dalam beberapa gereja mula-mula,yang menghasilkan kehidupan yang tidak bermoral. Bagaimanapun, ketika seseorang menyangkal kebenaran-kebenaran dasar seperti keilahian Kristus, darah penebusan, penghakiman orang berdosa, atau insipirasi Alkitab, seseorang itu adalah bidat, dan melanggar kekudusan Allah yang menjadi dasar bagi semua moralitas.
DeHaan juga menjelaskan bahwa Petrus telah memberikan satu deskripsi yang hidup tentang cara hidup nabi-guru palsu, yaitu cara hidup dengan ‘perilaku yang menghina’ (2 Petrus 2:10-11), ‘menjijikkan/memuakkan’ (2 Petrus 2:13-14), dan ‘memperdayakan’ (2 Petrus 2:14). Satu pandangan kehidupan yang bertentangan dengan kebenaran Allah yang seringkali menghasilkan tata perilaku yang paling rendah.

3.DeHaan menulis bahwa untuk menggambarkan nasib nabi-guru palsu, Petrus kembali melihat kepada sejarah Perjanjian Lama. Ia mengingatkan pembacanya tentang tiga kelompok berbeda yang tidak taat kepada Allah dan dihukum karenanya:
3.1. Malaikat-malaikat yang berdosa (2 Petrus 2:4). Malaikat-malaikat ini dihukum Allah, dan peristiwa kejatuhan mereka digambarkan dalam Yesaya 14 dan Yehezkiel 28. Yesaya 14 memang ditujukan kepada raja Babel, namun penggunaan bahasa yang digunakan juga menunjuk kepada satu mahluk yang melebihi manusia dalam sejarah, tepatnya ditujukan kepada pemimpin kejahatan dari seluruh alam semesta. Yesaya menyatakannya sebagai ‘Lucifer,’ yang disebutnya ‘Putra Fajar’ (Yesaya 14:12). Sedangkan nubuatan Yehezkiel 28, meskipun ditujukan untuk menentang raja Tirus, namun ia juga dengan jalan tertentu ditujukan kepada mahluk malaikat yang satu itu, yang disebut sebagai, ‘kerubim yang diurapi-yang menutupi’ (Yehezkiel 28:14). Baik Yesaya maupun Yehezkiel mencatat bahwa mahluk malaikat ini dibuang dari sorga. DeHaan juga menambahkan bahwa malaikat-malaikat buangan ini telah dikalahkan oleh Kristus melalui peristiwa salib, dan dirantai dalam kegelapan.
3.2. Orang-orang tidak percaya yang musnah karena air bah (2 Petrus 2:5). Generasi setelah Adam telah menjadi begitu berdosa, dan kecenderungan hatinya senantiasa jahat semata-mata. Tuhan menetapkan penghukuman atas seluruh bumi. Nuh memperoleh kasih karunia Tuhan, sehingga Tuhan pun kemudian memerintahkan dia untuk membangun bahtera sebagai perlindungan dari penghukuman Allah. Selama 120 tahun, Nuh dan keluarganya membangun bahtera. Hukuman Allah atas pelaku kejahatan adalah pasti, namun ada pembedaaan dalam penghakimanNya. Mereka yang percaya di dalam Dia akan selamat, sementara mereka yang menolak Dia akan dimusnahkan.
3.3. Warga kota Sodom dan Gomora yang musnah karena penghancuran yang terjadi (2 Petrus 2:6-7). Menurut Yehezkiel, warga Kota Sodom bersalah karena sombong dan imoralitas (Yehezkiel 16:50). Dalam penghakimanNya atas Sodom dan Gomora, lagi-lagi Allah melakukan pembedaan. Ia membedakan antara orang benar dan yang tidak benar.

4.Demikianlah –pada hari-hari ini di tengah-tengah meningkatnya kesesatan– adalah penting untuk mengingat tiga ilustrasi yang Petrus berikan untuk menggambarkan bagaimana Allah menghukum guru-nabi palsu. Peristiwa-peristiwa sejarah yang nyata ini menjadi peringatan akan murka Allah atas ketidaktaatan. Keselamatan, dan bukannya penghukuman, menanti semua mereka yang menaruh kepercayaannya kepada Allah, dan bukan kepada nabi-guru palsu.
(Oleh NT. Prasetyo, S.Sos., untuk memenuhi tugas matakuliah Studi Perjanjian Baru III yang diampu oleh Pdt. Andreas Simeon, M.Th., STTRI, 2004)

Bibliografi
DeHaan, Richard W. Studies in Second Peter. Wheaton, Illionis: Victor Books, 1977.
Kimball, Dan. The Emerging Church,: Vintage Christianity for New Generations. Grand Rapids, Michigan: Zondervan, 2003.
Lloyd-Jones, D.M. Expository Sermons on 2 Peter. Edinburgh/Pennsylvania, The Banner of Truth Trust, 1983.

SUMBER:
https://ntprasetyo.wordpress.com/2013/07/09/nabi-guru-palsu-dalam-2-petrus-21-22/