ORANG YANG BERBAHAGIA


ORANG YANG BERBAHAGIA
Mzm 1:1-3

1. Orang yang saleh, agar dapat menghindari kejahatan, meninggalkan sepenuhnya pergaulan dengan para pembuat kejahatan, dan tidak mau dipimpin oleh mereka (ay. 1): Ia tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, dst. Bagian dari sifat orang saleh ini ditampilkan pertama-tama, karena orang yang hendak memegang perintah-perintah Allah mereka haruslah berkata kepada para pembuat kejahatan, “menjauhlah dari pada kami”( 119:115), dan menjauh dari kejahatan merupakan permulaan hikmat.

2.Ia melihat para pembuat kejahatan di sekelilingnya. Dunia penuh dengan mereka, mereka berjalan di segala sisi. Di sini mereka digambarkan dengan tiga sifat, orang fasik, orang berdosa, dan pencemooh. Lihatlah langkah-langkah apa yang dilewati manusia untuk sampai pada puncak ketidaksalehan. Tidak ada orang yang dengan begitu saja mencapai puncak kejahatan sekaligus. Pertama-tama mereka fasik, membuang rasa takut akan Allah dan hidup dengan mengabaikan kewajiban mereka terhadap-Nya: tetapi mereka tidak berhenti sampai di situ. Ketika ibadah-ibadah agama dikesampingkan, mereka pun menjadi orang berdosa, maksudnya, dengan terang-terangan mereka memberontak melawan Allah dan melayani kepentingan dosa dan Iblis. Dengan meniadakan sesuatu, maka terbukalah jalan untuk berbuat sesuatu yang lain. Dengan demikian hati mereka menjadi begitu mengeras sehingga pada akhirnya mereka menjadi pencemooh. Maksudnya, dengan terang-terangan mereka menantang apa yang suci, mengolok-olok agama, dan menjadikan dosa sebagai bahan tertawaan.

3. Orang benar ini selalu menghindari mereka di mana pun ia melihat mereka. Ia tidak melakukan apa yang mereka perbuat. Supaya jangan sampai ia berbuat demikian, ia tidak bergaul akrab dengan mereka.
Ia tidak berdiri di jalan orang berdosa. Ia menghindar berbuat apa yang mereka perbuat. Jalan mereka tidak akan menjadi jalannya.
Ia tidak duduk dalam kumpulan pencemooh. Ia tidak berkawan dengan orang-orang yang duduk di balik bilik tertutup untuk mencari-cari cara dan sarana untuk mendukung dan memajukan kerajaan Iblis. Ia juga tidak duduk bersama mereka yang secara terang-terangan menghakimi dan mengutuk angkatan orang benar. Kumpulan para peminum adalah kumpulan pencemooh (69:13). Berbahagialah orang yang tidak pernah duduk di antara perkumpulan semacam itu (Hos. 7:5).

4. Orang saleh, agar bisa melakukan apa yang baik dan tetap melekat padanya, berserah pada bimbingan firman Allah dan mengakrabkan diri dengan firman tersebut (ay. 2). Inilah yang menghindarkannya dari jalan orang fasik dan menguatkannya saat melawan godaan-godaan mereka.
Kesukaannya ialah Taurat TUHAN. Semua orang yang sungguh senang dengan adanya Allah pasti sangat senang dengan adanya Alkitab, sebuah pewahyuan akan Allah, akan kehendak-Nya, dan akan satu-satunya jalan menuju kebahagiaan di dalam Dia. Pengenalan akrab akan firman Allah yang tetap dijaga oleh orang baik: Ia merenungkan Taurat itu siang dan malam. Dengan ini tampak bahwa ia bersuka di dalamnya, sebab apa yang kita sukai, pasti suka kita memikir-mikirkannya (119:97).

5. Jaminan kebahagiaan yang diberikan kepada orang saleh, dan kepastian ini seharusnya mendorong diri kita untuk berusaha memiliki sifat orang saleh itu. Kebahagiaannya di sini digambarkan melalui sebuah perumpamaan (ay. 3): Ia seperti pohon, berbuah dan tumbuh subur.
Bahwa kesejahteraan akan menyertainya ke mana saja ia pergi, kesejahteraan rohani. Apa saja yang diperbuatnya, yang sesuai dengan hukum itu, akan mendatangkan kesejahteraan dan berhasil sesuai dengan apa yang dipikirkannya, dan malah melampaui apa yang diharapkannya.