Tulisan dibawah ini adalah refleksi mengenai Jokowi menjelang akhir masa jabatannya sebagai Presiden. Tulisan ini dibuka dengan topik pertama: Pengkultusan Manusia. Topik kedua: Dari Pemuja Menjadi Pembenci.Topik ketiga: Rakyat Jelata Tetap Mencintai Jokowi. Topik keempat : Member vs Challenger. Topik Kelima Istilah yang lebih Netral. Topik Keenam : Mengapa Jokowi Dikritik? Topik Ketujuh: Opososi dan Pendukung Jokowi
PENGKULTUSAN MANUSIA
Fenomena mengkultuskan seseorang, atau “cult of personality,” terjadi ketika individu tertentu, seperti pemimpin politik, figur rohani, atau pemenang dalam berbagai bidang, dipuja secara berlebihan, sering kali melampaui apa yang wajar atau proporsional. Dalam konteks ini, *cult* tidak merujuk kepada aliran keagamaan tertentu, melainkan kepada pengagungan berlebihan terhadap seseorang sehingga mereka dianggap lebih tinggi, sempurna, atau tidak bisa salah.
**Alasan Mengapa Orang Mengkultuskan Seseorang:**
- **Kebutuhan Akan Pahlawan dan Panutan:**
Orang seringkali merasa butuh akan figur yang kuat, berkarisma, dan tampak sempurna untuk memberikan arah dan harapan. Ini bisa menjadi refleksi dari rasa ketidakpastian atau ketakutan akan kekacauan. Dalam kasus pemimpin politik atau rohani, pengikut mengharapkan mereka menjadi penyelamat yang mampu mengatasi krisis atau masalah pribadi.
- **Keinginan Mendapatkan Perlindungan dan Rasa Aman:**
Banyak orang yang merasa nyaman ketika memiliki figur otoritas yang dianggap dapat memberi perlindungan dan jaminan. Figur tersebut, seperti pastor, pemenang, atau pemimpin, dianggap sebagai perwakilan dari kekuatan yang lebih besar yang mampu mengatasi ketakutan dan kegagalan.
- **Pengaruh Karisma dan Kharisma:**
Beberapa orang memiliki karisma yang kuat, membuat orang-orang di sekitarnya tertarik secara emosional dan cenderung mengidolakan mereka. Karisma ini bisa membuat orang buta terhadap kekurangan atau kesalahan figur tersebut.
- **Kebutuhan Akan Identitas dan Kepemilikan:**
Mengikuti atau mengidolakan seorang figur memberikan rasa keterikatan dan identitas kelompok. Orang merasa memiliki tempat dalam dunia yang kompleks, dan keanggotaan dalam komunitas pengagum memberikan rasa makna.
PANDANGAN KRISTEN
****Dalam pandangan Kristen, pengkultusan manusia adalah bukti dari dosa manusia yang merusak hubungan yang seharusnya hanya ditujukan kepada Tuhan. Ada beberapa hal yang dapat kita renungkan dari sudut pandang teologis:
- **Pelanggaran Terhadap Pengagungan Tuhan:**
Kitab Suci dengan jelas menunjukkan bahwa hanya Tuhan yang layak disembah dan diagungkan. Dalam Injil Matius 4:10, Yesus berkata, “Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti.” Ketika seseorang mengkultuskan manusia, itu merupakan pelanggaran terhadap perintah pertama: “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku” (Keluaran 20:3).
- **Sifat Dasar Dosa:**
Dosa memalingkan hati manusia dari Tuhan kepada penciptaan, termasuk manusia lainnya. Pengidolaan ini menunjukkan kecenderungan hati manusia yang jatuh, yang mencari objek penyembahan lain selain Tuhan. Rasul Paulus dalam Roma 1:25 menyebutkan bahwa manusia seringkali “menyembah makhluk ciptaan dan bukan Pencipta.”
- **Keinginan Akan Kontrol dan Kekuasaan:**
Ketika seseorang dipuja secara berlebihan, ada elemen dominasi dan kekuasaan yang dimainkan. Pengikut memberikan kontrol atas hidup mereka kepada figur tersebut. Ini mencerminkan pemberontakan terhadap Tuhan yang seharusnya menjadi satu-satunya otoritas tertinggi dalam hidup manusia.
- **Ketidakpercayaan dan Ketidaksetiaan kepada Tuhan:**
Mengkultuskan seseorang adalah tanda dari ketidakpercayaan kepada Tuhan yang seharusnya menjadi satu-satunya sumber kebaikan, kasih, dan keselamatan. Ketika manusia mencari keselamatan dan jaminan dari sesama manusia, itu menandakan kurangnya pengakuan bahwa hanya Tuhan yang benar-benar berkuasa atas hidup mereka.
**KESIMPULAN **
Mengkultuskan seseorang adalah bukti dari natur berdosa manusia yang mengabaikan penyembahan kepada Tuhan dan malah mencari ilah-ilah lain dalam bentuk manusia. Dalam kekristenan, pengidolaan semacam ini adalah bukti bahwa manusia sering lebih terfokus pada yang terlihat (manusia) daripada yang tidak terlihat (Tuhan). Tantangan bagi orang percaya adalah untuk terus memusatkan hidup kepada Tuhan dan menjauhkan diri dari segala bentuk pengkultusan manusia.