Pertanyaan: apakah kita berbuat dosa karena di bawah kasih karunia? TIDAK! (Rom 6: 15)
https://www.members.tripod.com/gkri_exodus3/p_roma11.htm
ROMA 6:15
6:15 Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa 10 , karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? x Sekali-kali tidak! 6:16 Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, y baik dalam dosa z yang memimpin kamu kepada kematian 11 , a maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?
Ayat 15. Bagian ini merupakan antisipasi terhadap kesalahpahaman yang mungkin timbul dari cara berpikir Yahudi. Jika orang percaya tidak lagi berada di bawah Taurat (yang dipahami orang Yahudi sebagai satu-satunya pedoman hidup sebelum adanya PB), maka hal ini memberikan kesempatan untuk berbuat dosa. Pertanyaan retorik di sini memiliki banyak kesamaan dengan ayat 1: dimulai dengan Ti, ou=n; isinya berkisar masalah kasih karunia; jawaban tegas mh. ge,noito; diikuti penjelasan panjang di ayat 2-14 dan 16-23.
Konsekuensi dosa: perhambaan dosa menuju pada kematian (ay. 16)
ROMA 6:16
6:16 Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, y baik dalam dosa z yang memimpin kamu kepada kematian 11 , a maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?
Ayat 16. Bagian ini merupakan argumentasi pertama bagi jawaban mh. ge,noito di ayat 15. Paulus memfokuskan pada konsekuensi kesalahpahaman di ayat 15. Frase “tidakkah kamu tahu” (ouvk oi;date) menyiratkan bahwa jemaat di Roma sebenarnya sudah mengetahui apa yang disampaikan di ayat ini. Paulus mungkin merujuk pada kultur perbudakan waktu itu: orang-orang menyerahkan diri sebagai budak dengan pertimbangan finansial. Keputusan ini membawa konsekuensi, yaitu ketaatan mutlak pada yang objek penyerahan dirinya. Kemungkinan lain adalah Paulus sedang memikirkan proses kebalikannya: kebiasaan menaati seseorang menjadikan orang yang menaati tersebut sebagai budak. Struktur kalimat dan konteks ayat 15-23 tampaknya lebih mendukung kemungkinan terakhir.
Alkitab secara konsisten hanya memberi dua pilihan: dosa atau ketaatan. Tidak ada kehidupan manusia yang netral. Orang yang terus-menerus menyerahkan diri (band. bentuk present pari,sthmi) kepada dosa untuk menaatinya adalah hamba dosa. Yoh 8:34 “sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa”. Perhambaan dosa bukan hanya masalah legal, tetapi juga masalah praktek hidup. Orang percaya memang sudah dibebaskan dari perhambaan dosa secara legal dan subjektif melalui persekutuan dengan kematian-kebangkitan Kristus (ay. 1-14), tetapi dalam praktek hidup sehari-hari orang percaya tetap harus bergumul untuk tidak lagi hidup seperti hamba dosa.
Konsekuensi perbuatan dosa bukan hanya pada fakta perhambaan saja (kehilangan kebebasan), tetapi juga pada akibat (lihat dua eivj dalam ayat ini) yang ditimbulkan dari ketaatan tersebut. Orang yang terus berbuat dosa akan mengalami kematian. qa,natoj di sini sangat mungkin merujuk pada kematian kekal. Kematian ini pasti melibatkan kematian spiritual di masa kini dan kematian fisik, tetapi penekanan terletak pada kematian kekal.