Angpao adalah amplop merah berisi uang yang diberikan sebagai hadiah, terutama dalam budaya Tionghoa saat perayaan Tahun Baru Imlek, pernikahan, atau acara spesial lainnya. Dalam perspektif budaya dan teologi Kristen, angpao bisa dilihat dari berbagai sudut pandang.
1. Sudut Budaya
Dalam budaya Tionghoa, angpao melambangkan keberkahan, harapan baik, dan keberuntungan. Warna merah dalam angpao melambangkan kebahagiaan dan menangkal roh jahat. Pemberian angpao juga merupakan bentuk penghormatan kepada yang lebih tua serta wujud kasih dan kepedulian terhadap yang lebih muda.
Meskipun tradisi ini berasal dari budaya Tionghoa, banyak komunitas di Asia, termasuk yang non-Tionghoa, juga mengadopsinya sebagai bagian dari perayaan sosial.
2. Sudut Teologi Kristen
Dalam kekristenan, pemberian angpao dapat dimaknai dalam konteks:
• Kasih dan Berkat: Prinsip memberi dalam Alkitab sangat ditekankan. Seperti yang tertulis dalam 2 Korintus 9:7, “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.”
• Berbagi dengan Sesama: Yesus mengajarkan untuk peduli pada sesama, terutama yang membutuhkan. Pemberian angpao dapat menjadi bentuk berbagi berkat bagi yang kurang mampu.
• Bukan Keberuntungan, tetapi Anugerah Tuhan: Dalam iman Kristen, berkat dan rezeki bukan ditentukan oleh keberuntungan (seperti dalam kepercayaan tradisional Tionghoa), melainkan oleh anugerah dan penyertaan Tuhan. Amsal 10:22 mengatakan, “Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.”
Kesimpulan
Angpao dalam perspektif Kristen bukanlah masalah boleh atau tidak boleh, tetapi bagaimana motivasi dan pemaknaannya. Jika diberikan sebagai bentuk kasih dan berkat tanpa keterikatan pada kepercayaan tradisional tentang keberuntungan, maka hal itu dapat selaras dengan prinsip kekristenan. Yang terpenting adalah sikap hati dalam memberi, yaitu dengan sukacita dan kasih, sesuai dengan ajaran Kristus.