Banyak orang berkata, “Saya tidak takut mati, tetapi saya takut menjalani proses mati.” Hal ini cukup dapat dimengerti, karena kematian sering kali berarti penyakit, rasa sakit, ketergantungan, dan kesepian.
Ketakutan akan proses kematian bukanlah hal yang memalukan. Ini adalah ketakutan manusia yang paling manusiawi. Yesus sendiri masuk ke dalam ketakutan itu. Dalam penderitaannya “keringat jatuh ke tanah seperti titik-titik darah” (Lukas 22:44). Bagaimana kita harus menghadapi ketakutan kita akan proses kematian? Seperti Yesus kita harus berdoa agar kita dapat menerima kekuatan khusus untuk membuat perjalanan besar menuju kehidupan baru. Kemudian kita dapat percaya bahwa Allah akan mengirimkan seorang malaikat untuk menghibur kita, sebagaimana Ia mengirim seorang malaikat kepada Yesus.
“Kamu akhirnya percaya!” Yesus menjawab. “Tetapi waktunya akan datang, dan telah tiba, ketika kamu akan dicerai beraikan, masing-masing ke rumah mereka sendiri. Kamu akan meninggalkan aku sendirian. Namun aku tidak sendirian, karena Bapaku ada bersamaku.” Setelah Yesus mengatakan ini, dia melihat ke langit dan berdoa, “Bapa, waktunya telah tiba. Muliakan Putramu, agar Putramu memuliakanmu.” – Yohanes 16: 31-32; 17:1 (NIV)