Berikut Bagian Tambahan dari seri blog “Jaringan, Kuasa, dan Iman”:
Dari Illuminati ke Algoritma: Siapa yang Mengontrol Siapa di Era Digital?
Kita telah membahas Freemasonry, Illuminati, dan Jesuit — jaringan yang mengusik imajinasi masa lalu. Tapi sekarang, kita hidup dalam jaringan yang lebih nyata, lebih dekat, dan lebih aktif dalam hidup kita: jaringan digital.
Dulu orang khawatir tentang pertemuan rahasia di ruang bawah tanah. Sekarang, kita membuka ponsel dan bertanya-tanya,
“Kenapa iklan ini tahu apa yang aku pikirkan?”
Selamat Datang di Era Algoritma
Di balik aplikasi media sosial, e-commerce, dan bahkan berita yang kita baca, ada sesuatu yang bekerja diam-diam: algoritma.
Algoritma bukan manusia atau organisasi rahasia, tapi rumus matematika yang:
• Memilih konten yang akan kita lihat,
• Menentukan berita mana yang viral,
• Mengatur siapa yang muncul di feed kita.
Dan secara tak sadar, kita menjadi produk dan sekaligus pengguna jaringan ini.
Siapa yang Mengontrol? Kita atau Mereka?
Ini bukan lagi tentang konspirasi rahasia, tapi soal ketergantungan kolektif. Kita memasuki dunia di mana:
• Kebenaran dikalahkan oleh sensasi,
• Perhatian menjadi komoditas,
• Identitas kita dibentuk oleh apa yang “disukai” dan “dibagikan”.
Kita berinteraksi setiap hari dalam jaringan ini, tapi sering tidak sadar bahwa kita sedang diarahkan.
“Mereka bukan menyembunyikan sesuatu, mereka menyibukkanmu dengan segalanya.”
— Adaptasi dari The Circle, Dave Eggers
Apa Tanggapan Iman Kristen?
Sebagai pengikut Kristus, kita tidak bisa netral. Kita dipanggil untuk hidup dalam terang dan memakai jaringan ini dengan hikmat, bukan ditelan olehnya.
1. Ingat Tujuan Hidup
“Hendaklah kamu hidup dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada.” — Kolose 4:5
Apakah media sosial dan algoritma membuat kita lebih dekat kepada Tuhan dan sesama? Atau justru menciptakan kecemasan, iri hati, dan kesepian?
2. Latih Disiplin Digital
“Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh sesuatu.” — 1 Korintus 6:12
Algoritma bisa memperbudak perhatian. Maka perlu detoks digital, jeda, dan batas yang sehat.
3. Gunakan untuk Terang
Gunakan jaringan digital bukan hanya untuk konten viral, tapi untuk:
• Membangun relasi sejati,
• Menyebarkan pengharapan,
• Memberi kesaksian iman.
Kita tidak bisa kembali ke zaman sebelum internet, tapi kita bisa menjadi garam dan terang di dalamnya.
________________________________________
Penutup: Jaringan yang Tak Pernah Putus
Di balik semua jaringan yang manusia bangun — dari Freemason hingga Facebook — ada satu jaringan yang tak terlihat tapi sungguh nyata: jaringan kasih dan pemeliharaan Allah.
Kita bukan sekadar node (titik titik )dalam sistem digital. Kita adalah anak-anak Allah, bagian dari tubuh Kristus yang saling terhubung bukan karena algoritma, tapi karena salib dan kasih.
Hidup kita bukan cuma “titik tanpa makna” di tengah jaringan data atau sosial media.
Kita bukan sekadar akun, statistik, atau bagian dari alur algoritma.
Sebaliknya, kita adalah pribadi yang dikasihi Allah, punya identitas yang utuh, dan peran yang unik dalam tubuh Kristus—bukan sekadar bagian anonim dari sistem buatan manusia.
Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya… Kamu adalah ranting-rantingnya.” — Yohanes 15:1,5