1.Kisah nyata seorang prajurit Amerika dalam Perang Dunia II yang menolak untuk memegang senjata karena imannya. Ia menolak untuk membunuh musuh karena dirinya adalah seorang pacifist. Kendati tidak memegang senjata, ia tetap ikut perang dan malah tidak dibunuh musuh dan menjadi pahlawan bagi kawannya. Namun, apakah keputusan seperti itu dapat selalu mungkin dilakukan?
2.Di sisi lain ada pula “aplikasi” just war theory yang dilakukan oleh teolog abad pertengahan seperti Perang Salib yang perangnya dibenarkan oleh Gereja. Adapula contoh yang lebih sederhana, yaitu ketika kita menyaksikan atau mengalami kekerasan, apakah kita hanya tinggal diam saja atau beraksi entah itu dengan melakukan perlawanan atau sebagainya? Tentunya perihal seperti ini membingungkan karena di satu sisi orang Kristen sama sekali menolak kekerasan, tetapi di sisi yang lain perang harus ada.
Kedua teori yang terlihat bertentangan yaitu Golongan Pasifis dan Golongan Just War (perang yang adil) tetapi jika kita teliti lebih dalam penyebabnya, akan kita jumpai bahwa kedua paham ini tidak saling bertentangan, hanya saja beda sudut pandang dalam pemahaman Kitab Suci dan mereka sama-sama berusaha untuk menaati Kitab Suci.
Bersambung