Kajian Tekstual atas Perumpamaan Anak yang Hilang sebagai Metafora Perjalanan (2)
5.Tahap kedua dari perjalanannya adalah peris-tiwa yang terjadi setelah ia tiba di negeri yang ditujunya. Dalam tahap kedua ini, terlihat be-berapa hal yang ditekankan oleh penulis, se-bagai berikut. Pada awalnya si bungsu hidup bersama teman-temannya sesuai yang diingin-kannya. Kemudian ia mengalami disrupsi de-ngan hadirnya bencana kelaparan. Dalam situ-asi bencana itu, ia mengalami kehabisan harta. Ia berupaya mencari solusi. Namun, ia menda-pati bahwa solusinya tidak memberikan hasil yang diinginkan karena ia tetap mengalami kelaparan.
6.Beberapa hal yang tersembunyi dari ranah konkret tahap kedua perjalanan ini adalahsebagai berikut. Si bungsu mengalami kondisiyang mengenaskan sebagai seorang budak penjaga babi. Menurut kebiasaan orang Yahu-di di masa itu, penjaga babi adalah pekerjaan yang dipandang rendah, hampir seperti peker-jaan dan status seorang budak. Biasanya, pen-jaga babi juga tidak diperbolehkan menge-nakan sepatu.45 Meskipun demikian, ia terlihat berusaha untuk tangguh di dalam menanggung konsekuensi pilihannya yang keliru dengan cara bertahan hidup dalam kondisi melarat.
7/Tahap ketiga dari perjalanannya adalah saat dimana ia menjadi penjaga babi. Dalam tahap ketiga ini terjadilah beberapa peristiwa. Ia mengevaluasi diri dan keadaannya serta meng-ingat rumah ayahnya. Dari kata-kata di pikir-annya, tersirat bahwa ia mengenali penyim-pangan yang sudah dilakukannya. Kemudian ia membuat kalkulasi bahwa menjadi hamba di rumah ayahnya masih lebih baik daripada menjadi penjaga babi di rantau.
8.Akhirnya, ia mengambil keputusan dan bertekad kembali untuk mengaku salah. Ia menyadari resiko perjalanan jauh tidak pasti membawa hal baik berupa penerimaan dari ayahnya. Namun, ia bertekad akan membereskan hubungannya dengan ayahnya, serta mengakui sikapnya yang mementingkan diri sendiri.
9.Hal yang tersembunyi dalam tahap ketiga ini adalah sebagai berikut. Perjalanan pulangnya akan merupakan proses yang penuh kesusahan karena ia harus berjalan kaki dengan me-nanggung rasa lapar, tanpa sepatu, dan tanpa bekal. Ia juga akan ditonton serta dicemooholeh orang-orang yang mengenal latar bela-kangnya.
SUMBER:
Perjalanan Spiritual Homo Viator: Studi Komparatif Serat Jatimurti dengan Perumpamaan tentang Anak yang Hilang (Luk. 15:11–32)
https://ojs.seabs.ac.id/index.php/Veritas/article/view/465/400
Robby Igusti Chandra Sekolah Tinggi Teologi Cipanas,
Korespondensi: Robbycha@yahoo.com