HOMO VIATOR 16

Implikasi bagi Pemberitaan Kabar Baik

1.Dari  penelusuran  ini  dapat  disimpulkan  bah-wa,  kesamaan-kesamaan  metafora  atau  per-umpamaan tentang perjalanan nyata dapat di-gunakan oleh kalangan Kristiani sebagai jalan masuk  dalam  proses  membagikan  injil  pada  penganut kepercayaan lokal. Karena kalangan Kejawen  meyakini  bahwa  Sang  Pencipta  atau  Kahanan Jati sebagai suatu hal yang kompleks dan  melebihi  kapasitas  manusia  memahami-Nya, maka penyampaian Injil sepatutnya tidak dilakukan  dengan  pendekatan  mendeklarasi-kan atau menjelaskan keyakinan Kristiani ter-lalu dini.

2.Secara  praktis,  penyampaian  Injil  ini  dilaku-kan  melalui  beberapa  tahap.

2.1.Pertama,  siapa  yang membagikan Injil perlu terlebih dulu ber-ada dan hidup di dekat mereka. Hal ini mirip seperti  apa  yang  dilakukan  oleh  Filipus  yang  duduk  di  samping  sida-sida  Etiopia,  menjadi rekan perjalanannya (Kis. 8:31).

2.2. Kedua,  setelah  mereka  merasa  nyaman  dan  terbiasa dengan kehadiran sang pengikut Kris-tus, maka proses komunikasi lisan dapat dimu-lai.  Dalam  tahap  ini  perlu  disampaikan  kesa-maan paham bahwa ada perjalanan spiritual di dalam hidup manusia. Hal ini patut diungkap-kan dengan menggunakan baik bahasa sehari-hari  yang  sederhana,  maupun  dengan  meta-fora atau narasi yang mereka biasa gunakan.Sepintas lalu dapat disampaikan juga pada me-re  ka  mengenai  hal  yang  sama-sama  diyakini,  misalnya  bahwa  sama  seperti  kalangan  Keja-wen, pengajaran Kristen juga memiliki banyak metafora dan perumpamaan yang sebenarnya menunjukkan  keterbatasan  kata  dan  bahasa  manusia  untuk  mengungkapkan  tentang  diri  Allah apalagi perjalanan spiritual manusia se-penuhnya.

2.3.Ketiga,  setelah  mereka  merasa  keyakinannya  dihargai serta hadirnya relasi yang baik karena kesamaan-kesamaan  yang  dikenali,  beberapa  pertanyaan  dapat  diajukan  kepada  mereka,  khususnya tentang hal-hal yang diakui oleh ka-langan  Kejawen  sebagai  hal  yang  tidak  dipa-hami  mengenai  Allah.  Kepada  mereka  dibu-kakan  pemahaman  mengenai  Allah  di  dalam Kristus sebagai Pribadi yang berbelas kasihan kepada umat manusia yang berdosa dan yang telah menebus mereka.Mereka  diajak  mengenali  konsep  dosa  dan  konse  kuensinya. Seraya mengajak mereka me-mikirkan  dalam  perenungan  mengenai  kedua  hal  tersebut,  seorang  Kristen yang  menyam-paikan  Injil  kepada  mereka  dapat  membagi-kan  perjalanan  spiritual  pribadinya  serta  ba-gaimana  anugerah  Allah  di dalam  Kristus  te-lah dialaminya.

2.4. Pada  tahap  keempat  sebagai klimaks, di momen yang Tuhan sediakan, me-reka dapat diperkenalkan kepada  Tuhan  Ye-sus dan karya penebusan-Nya di kayu salib.

 

KESIMPULAN

Kajian komparatif   terhadap   Serat  Jatimurtidan  perumpamaan  tentang  anak  yang  hilang  dengan  menggunakan  analisis  linguistik kog-nitif telah  memperlihatkan  ranah  konkret  se-ca  ra eksplisit maupun ranah abstrak secara im-plisit. Dari  ranah  konkret  maupun  ranah  ab-strak yang diperlihatkan oleh tiap karya sastra tersebut, tampak kesamaan metafora perjalan-an  spiritual  yang  terdiri  dari  titik  berangkat,  proses perjalanan dan destinasi akhir  menuju  kepada Allah. Namun demikian, terdapat per-bedaan-perbedaan signifikan di antara kedua-nya.Serat   Jatimurti   memperlihatkan   figur   Allah yang penuh misteri dan abstrak, semen-tara perumpamaan  tentang  anak  yang  hilangmenyingkapkan  sosok  Allah  sebagai  pribadi  yang secara  nyata  menunjukkan  belas  kasih-Nya  kepada  manusia  berdosa  dengan  datang  ke  dunia  di  dalam  diri  Yesus  Kristus  untuk  menghampiri,   mencari   dan   menyelamatkan   mereka  yang  terhilang  dan  bertobat  kembali  kepada-Nya.Serat  Jatimurti  tidak  mengenal  konsep dosa dan anugerah, sebaliknya perum-pamaan  anak  yang  hilang  menekankan pen-tingnya  pengakuan  dosa  di  dalam  pemulihan  relasi  dengan  Allah  yang  mau  menyatakan  anugerah-Nya  kepada  mereka  yang  bertobat.  Kesamaan-kesamaan   yang   ada   antara   dua   karya  sastra  tersebut  dapat  menjadi  common ground  untuk  membangun  komunikasi  yang  efektif   bagi   kesaksian   Kristen,   sementaraperbedaan-perbedaan yang ada dapat menjadi daya  tarik  untuk  memperlihatkan  keunikan  Injil di dalam Kristus Yesus.

SUMBER:

Perjalanan Spiritual Homo Viator: Studi Komparatif Serat Jatimurti dengan Perumpamaan tentang Anak yang Hilang (Luk. 15:11–32)

https://ojs.seabs.ac.id/index.php/Veritas/article/view/465/400

Robby Igusti Chandra Sekolah Tinggi Teologi Cipanas,

Korespondensi: Robbycha@yahoo.com