HUMANISME DALAM PERSPEKTIF IMAN KRISTIANI
Oleh: MARSELIUS SAMPE TONDOK NIM : 92124036 NIRM : 920052010301220036
PROGRAM STUDI TEOLOGI SISTEMATIK JURUSAN TEOLOGI FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 1998
ABSTRAK
Istilah ”humanisme” memiliki sejumlah kesemuanya kurang-lebih menunjuk pada suatu arti yang pandangan dunia yang sangat terpusatkan pada manusia daripada yang suprahuman atau yang abstrak. Dalam arti dasarnya, humanisme secara sederhana berarti pandangan-tentangmanusia, yakni penaruhan segenap perhatian pada umat manusia, di manapun mereka berada dan apa pun statusnya.
Dalam arti sempit, kata “humanisme” menunjuk pada gerakan filsafat dan kesusastraan yang berawal di Italia pada abad ke-14 hingga sekitar abad ke-17 dan tersebar ke seluruh negara Eropa dan merupakan bagian dasariah dari gerakan Renaissance.
Konsep Kristiani tentang manus~a lahir dengan latar-belakang filosofis dan historis tertentu. Pelbagai pandangan tentang manusia senantiasa menantang dan menuntut pengambilan sikap umat Kristiani sepanjang masa. Dewasa Ini ada begitu banyak pemikir Kristiani yang berkompeten berusaha untuk membuat sintesis pribadi tanpa pertentangan dengan prinsip-prinsip kepercayaan dan humanisme Kristiani.
Dewasa ini, dalam dunia dan masyarakat modern, umat beriman pada umumnya dan umat Kristiani pada khususnya mendap~t tantangan dari humanisme ‘sekular’ non-Kristiani, khususnya humanisme agnostik dan ateistik modern. Kedua bentuk humanisme tersebut menjadi partner dialog kontemporer umat Kristiani. Sebagai agama yang manusiawi dan sungguh memanusiakan manusia, agama Kristen sangat berkaitan dengan humanisme. Humanisme Kristiani tidak hanya mengacu pada konsep tertentu tentang manusia, tetapi juga dan terutama mengacu pada prinsip utamanya yaitu inkarnasi. Gereja menandaskan bahwa misteri tentang manusia hanya dapat dipahami dalam misteri inkarnasi. Tentu saja iman Kristiani tidak mutlak bertentangan dengan semua bentuk humanisme. Akan tetapi, • umat Kristiani tidak menerima humanisme yang menghendaki agar manusia terpisahkan dari Allah dan menjadikan kodratnya sebagai tujuan dalam dirinya sendiri. Melalui dialog para humanis dan umat Kristiani dapat dan harus belajar dari yang lain dan juga tentang diri mereka sendiri guna meningkatkan situasi hidup manusia .