JANGAN BIARKAN KEMENANGANMU DIGAGALKAN !
Kol 2:6-19
Penempatan tradisi agama dan budaya berdampingan dengan iman kristen seringkali menjadi perdebatan seru karena masing-masing pihak tidak memiliki standar yang sama, manakah yang seharusnya ditempatkan lebih tinggi: tradisi budaya ataukah iman kristen? Demi kebaikan bersama seringkali dihalalkan segala cara kompromi dengan meniadakan standar kebenaran dan sebaliknya mengatakan: “asalkan semua pihak merasa puas dan senang karena tidak satu pihak pun merasa dinomorduakan”. Apakah ini dapat dibenarkan?
Paulus rupanya melihat masalah ini dalam jemaat Kolose. Kota Kolose adalah tempat bertemunya berbagai tradisi dan kebudayaan, sehingga berpeluang melahirkan berbagai ajaran yang dapat mempengaruhi kekristenan di Kolose. Nampaknya di tengah-tengah jemaat, berkembang berbagai ajaran yang bertentangan bahkan meremehkan ajaran Kristus dan menggoyahkan kepastian iman. Mereka tetap diikat dengan larangan- larangan tertentu yang menyesatkan (ayat 14, 16, 18). Oleh karena itulah Paulus memberikan peringatan yang tegas dan keras (ayat 8) kepada jemaat yang telah mengenal dan hidup dalam Kristus (ayat 6-7) agar mereka tidak terbawa arus. Kata-kata kerja yang dipakai Paulus (ayat 6-7) menunjukkan bahwa status mereka yang baru harus dihidupi dengan mempertahankan kemenangan iman dalam segala aspek kehidupan, bukan dengan kekuatan sendiri tetapi hidup dalam anugerah-Nya. Hidup dalam Dia berarti dimampukan hidup kudus, benar, dan tidak bercela, karena seluruh kepenuhan Allah yang ada di dalam Dia (ayat 9-10). Semua peristiwa yang dialami-Nya sebagai Manusia telah menghidupkan kita di dalam penebusan-Nya (ayat 11- 14). Inilah iman kita bahwa di dalam Dia kita telah menyalibkan kehidupan lama dan dibangkitkan sebagai manusia baru yang telah diperbaharui di dalam Dia.
Renungkan: Berbagai tradisi dan kebiasaan keluarga turun-temurun seringkali masih menjadi pengikat bagi Kristen zaman kini, sehingga menjadikan Kristen sebagai terdakwa bila tidak melakukan kebiasaan agama ataupun keluarga yang tidak sesuai dengan firman Tuhan. Bukan tradisi tetapi firman Tuhan yang seharusnya menjadi tolok ukur kehidupan kristen yang bertumbuh. Milikilah pola hidup: “Aku tidak membiarkan kemenanganku digagalkan oleh siapa pun”.
Kemuliaan Cara Hidup Kristiani (2:4-12)
Rasul Paulus memperingatkan jemaat di Kolose terhadap para penipu (ay. 4): Hal ini kukatakan, supaya jangan ada yang memperdayakan kamu dengan kata-kata yang indah. Dan dalam ayat 8, supaya jangan ada yang menawan kamu. Ia begitu menekankan kesempurnaan Kristus dan pewahyuan Injil untuk menjaga mereka dari segala tipu daya yang menjerat dari orang-orang yang mau merusak asas-asas hidup mereka
Obat penawar yang mujarab untuk melawan para penggoda (ay. 6-7): Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia, berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, dst.
Kelakuan bangsa Yahudi maupun bangsa-bangsa bukan Yahudi ini mengasingkan pikiran mereka dari Kristus. Siapa yang menggantungkan iman pada orang lain, dan hidup mengikuti cara-cara dunia, maka ia sudah berpaling dari Kristus dan tidak lagi mengikuti-Nya. Para penipu itu terutama pengajar-pengajar Yahudi, yang berusaha membuat hukum Musa bersanding dengan Injil Kristus, padahal sebenarnya bersaing melawannya dan menentangnya. Sekarang di sini Rasul Paulus menunjukkan,
Bahwa di dalam Kristus kita menemukan inti dari semua hukum upacara yang merupakan bayang-bayang. Misalnya,
1.Bukankah pada bangsa Yahudi ada Shekinah, atau hadirat Allah secara istimewa, yang disebut kemuliaan, dari tandanya yang kelihatan? Demikian pula sekarang kita memilikinya di dalam Yesus Kristus (ay. 9): Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan. Di bawah hukum Taurat, hadirat Allah berdiam di antara dua kerub, dalam awan yang menutupi tutup pendamaian. Tetapi sekarang hadirat Allah berdiam dalam pribadi Juruselamat kita, yang turut mengambil kodrat manusia seperti kita, dan merupakan tulang dari tulang kita dan daging dari daging kita, dan yang sudah menyatakan Bapa secara lebih jelas kepada kita. Hadirat Allah berdiam di dalam Dia secara jasmaniah. Bukan seperti tubuh sebagai lawan dari roh, melainkan tubuh sebagai lawan dari bayang-bayang. Kepenuhan ke-Allahan berdiam dalam diri Kristus secara nyata, dan bukan secara kiasan. Sebab Dia adalah Allah sekaligus manusia.
2. Bukankah pada bangsa Yahudi ada sunat, yang merupakan meterai perjanjian? Di dalam Kristus kita juga disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia (ay. 11), melainkan oleh karya pembaharuan di dalam diri kita, yang merupakan sunat rohani atau sunat Kristen. Sunat itu tidak dilakukan oleh manusia, bukan oleh kekuatan makhluk apa pun, melainkan oleh kuasa Roh Allah. Kita dilahirkan dari Roh (Yoh. 3:5). Sunat kristiani itu merupakan permandian kelahiran kembali dan pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus (Tit. 3:5). Sunat kristiani itu terdiri atas tindakan yang berupa penanggalan akan tubuh yang berdosa, dalam meninggalkan dosa dan memperbaharui hidup kita, dan bukan hanya dalam upacara-upacara lahiriah. Sunat kristiani itu bukan membersihkan kenajisan jasmani, melainkan memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah (1Ptr. 3:21). Dan tidak cukup hanya dengan meninggalkan satu dosa tertentu saja, tetapi kita juga harus menanggalkan seluruh tubuh dosa. Manusia lama harus turut disalibkan, supaya tubuh dosa hilang kuasanya (Rm. 6:6). Dan lagi, orang-orang Yahudi menyangka bahwa mereka menjadi lengkap atau dipenuhi dalam hukum keupacaraan, tetapi kita dipenuhi di dalam Kristus (ay. 10). Hukum keupacaraan tidak sempurna dan berkekurangan, di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang. Tetapi segala kekurangan hukum Taurat dilengkapi di dalam Injil Kristus, dengan korban Kristus yang sempurna untuk pengampunan dosa.
SUMBER :
http://alkitab.sabda.org/commentary.php?book=51&chapter=2&verse=6