Kasih Allah yang Transenden, Imanen, dan Relasional: Melampaui Batasan dalam Roma 8:31-39
Kasih adalah inti dari keberadaan Allah, dan Alkitab berulang kali mengungkapkannya dalam berbagai dimensinya. Dalam surat Roma pasal 8, khususnya ayat 31-39, Rasul Paulus menyajikan sebuah gambaran kasih Allah yang luar biasa—kasih yang transenden, imanen, dan relasional. Ketiga aspek ini tidak berdiri sendiri, melainkan terjalin erat, memberikan kepastian dan kekuatan yang tak tergoyahkan bagi setiap orang percaya.
Kasih yang Melampaui Batasan (Transenden)
Kasih Allah yang Transenden berarti kasih-Nya melampaui segala sesuatu yang terbatas di dunia ini. Ia bukan kasih yang terikat oleh waktu, ruang, atau bahkan hukum fisika. Roma 8:38-39 dengan jelas menggambarkan sifat transenden ini ketika Paulus menyatakan bahwa “baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain mana pun juga, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah.” Daftar ini mencakup segala dimensi keberadaan—dari yang eksistensial hingga supranatural, dari masa lalu hingga masa depan, dari kedalaman hingga ketinggian. Ini menunjukkan bahwa kasih Allah berada di atas dan di luar segala sesuatu yang dapat kita bayangkan atau alami. Ia tidak terpengaruh oleh kondisi duniawi, kelemahan manusia, atau bahkan kekuatan gelap. Kasih-Nya adalah realitas yang mutlak dan tak terbatas, jauh melampaui pemahaman kita, dan karena itu, tak tergoyahkan.
Kasih yang Hadir di Tengah Kita (Imanen)
Di sisi lain, kasih Allah juga bersifat imanen, artinya Ia hadir secara aktif dan pribadi di dalam kehidupan kita. Meskipun kasih-Nya melampaui segalanya, Ia tidaklah jauh atau acuh tak acuh. Justru, Roma 8:31-32 menegaskan kehadiran kasih-Nya yang sangat intim: “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama1 dengan Dia?” Ayat ini menunjukkan bahwa Allah tidak hanya peduli, tetapi Ia secara radikal terlibat dalam nasib kita. Penyerahan Yesus Kristus adalah bukti paling nyata dari kasih imanen ini—Allah datang dan berkorban di tengah-tengah kita, merasakan penderitaan kita, dan memberikan jalan keluar. Kehadiran Roh Kudus yang menopang kita (disebutkan di awal Roma 8) adalah manifestasi lain dari kasih imanen ini, yaitu Allah yang berdiam di dalam kita, menuntun dan menguatkan setiap langkah.
Kasih yang Membangun Hubungan (Relasional)
Terakhir, kasih Allah adalah relasional. Kasih ini tidak hanya transenden dan imanen, tetapi juga bertujuan untuk membangun hubungan yang mendalam dan abadi dengan umat-Nya. Konteks Roma 8:31-39 dimulai dengan “Jika Allah di pihak kita…” yang menyiratkan sebuah ikatan dan posisi. Kita adalah “orang-orang pilihan Allah” (ayat 33), dan Kristus Yesus adalah “Pembela bagi kita” (ayat 34). Puncak dari bagian ini, “kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (ayat 39), menekankan bahwa kasih ini adalah kasih personal yang ditemukan melalui hubungan dengan Kristus. Ini bukan sekadar kasih yang universal dan abstrak, melainkan kasih yang mengundang kita ke dalam persekutuan yang tak terputus. Kasih ini menjamin bahwa kita tidak dibiarkan sendiri dalam penderitaan dan bahwa identitas kita aman di dalam Dia, yang membuat kita “lebih dari pada orang-orang penakluk” (ayat 37). Hubungan ini bersifat dua arah: Allah mengasihi kita, dan kita merespons kasih itu dengan hidup yang percaya dan taat.
Kesimpulan
Singkatnya, Roma 8:31-39 melukiskan potret kasih Allah yang kaya dan multi-dimensi. Kasih-Nya transenden karena melampaui segala batasan dunia dan kuasa; imanen karena Ia hadir secara pribadi dan aktif di tengah-tengah kita melalui pengorbanan Kristus dan Roh Kudus; dan relasional karena Ia membangun ikatan yang kekal dengan kita, menjadikan kita “lebih dari penakluk.” Di tengah dunia yang penuh kehilangan dan ketidakpastian, pemahaman akan kasih Allah yang utuh ini adalah jangkar jiwa yang tak tergoyahkan, memberikan kepastian abadi dalam Kristus.