Krisis hidup Lewis yang kemudian dituangkan oleh Cootsona dalam buku ini adalah krisis tentang iman kekristenan yang berfokus kepada keunikan Yesus dan otoritas Alkitab. Sebagai seorang sastrawan, Lewis diperhadapkan dengan banyak kitab suci dan kisah mitos tentang dewa yang mengorbankan diri yang eksis di dalam agama-agama di dunia. Dalam perjalanan hidupnya melewati krisis iman tentang keunikan Kristus (hlm. 83), Lewis akhirnya mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan (Lord), bukan pembohong (liar) dan bukan Tinjauan Buku 171 orang gila (lunatic); Yesus berbeda dengan dewa-dewa lain karena kisah Yesus adalah “true myth … it really happened” (hlm. 81). Begitu pula dengan krisis iman tentang otoritas Alkitab, khususnya dalam menghadapi sebuah kenyataan bahwa Alkitab memiliki banyak kecacatan (flaws). Dalam krisis iman ini, akhirnya – dengan argumentasi yang dimilikinya – Lewis beriman bahwa “It (Bible) carries the Word of God” (hlm. 98), sebuah pandangan yang lebih dekat dengan pandangan neo-orthodoks Karl Barth.
SUMBER:
Cootsona, Gregory S. C. S. Lewis and the Crisis of a Christian. (Louisville:John Knox, 2014), 169 halaman.
https://ojs.sttaa.ac.id › JAA › article › download