KRISTUS DAN KEBUDAYAAN 3

2.KRISTUS DARI KEBUDAYAAN (CHRIST OF CULTURE)

1.Justin Martyr dan kemudian Clement dari Alexandria merekomendasikan kekristenan pada orang-orang tidak percaya sebagai penggenapan filsafat Yunani. Mereka berpendapat, bahwa berdasarkan pertuturan yang rasional, Plato hidup berdasarkan logos; dan logos di Yohanes 1:1-14 adalah Yesus Kristus. Justin mengatakan bahwa Socrates dan Plato adalah orang Kristen.

2.Sebagaimana PL mempersiapkan orang Yahudi untuk menerima Kristus, maka demikian pula filsafat Yunani mempersiapkan orang Yunani untuk menerima Kristus. Yesus adalah penggenapan dari semua yang tertinggi dan yang terbaik dari filsafat-filsafat manusia. Orang-orang Yunani tidak akan sulit untuk menerima Kristus, karena sebenarnya mereka telah menjadi orang Kristen.

PENILAIAN:

3.Hikmat Yesus jauh lebih besar dari apa yang pernah diimpikan oleh semua filsuf-filsuf Yunani atau para moralis modern. Sebenarnya Ia jauh melebihi seorang filsuf dan seorang moralis. Tidak ada guru moral dapat menyelamatkan kita dari dosa, karena kita sendiri tidak memiliki kekuatan untuk berperilaku secara moral. Tetapi Yesus mati untuk memuaskan murka Allah, sehingga kita dapat hidup kekal dan memperkenankan Allah. Khotbah tentang kabar baik ini membuat hikmat manusia menjadi suatu kebodohan.

4.Lebih lanjut, posisi “Kristus dari kebudayaan” cenderung untuk mengabaikan doktrin dosa yang alkitabiah. Posisi ini mengidentifikasikan Kristus dengan kebudayaan, karena posisi ini tidak melihat sejauh mana buruknya kebudayaan itu bisa terpuruk, di bawah pengaruh kejatuhan dan kutuk dosa.

SUMBER:

VERITAS 6/1 (April 2005) 1-27

KEKRISTENAN DAN KEBUDAYAAN (Bagian 1 )

* JOHN M. FRAME