PENGORBANAN KRISTUS

Dalam teologi Kristen, persembahan kurban dalam Perjanjian Lama dipahami sebagai bayangan dari pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib. Seluruh sistem korban yang digambarkan dalam kitab Imamat diringkas dan disempurnakan melalui satu pengorbanan Kristus sebagai Anak Domba Allah. Berikut ini adalah uraian sistematis mengenai pemahaman ini:  

 

### **1. Sistem Kurban dalam Kitab Imamat**
Dalam Perjanjian Lama, kurban dipandang sebagai sarana umat Israel untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, mengatasi dosa, dan menyatakan rasa syukur. Beberapa jenis utama korban meliputi:
– **Kurban Bakaran**: Melambangkan penyerahan sepenuhnya kepada Tuhan.
– **Kurban Sajian**: Ungkapan syukur atas pemeliharaan Tuhan.
– **Kurban Keselamatan**: Simbol persekutuan dan hubungan damai dengan Tuhan.
– **Kurban Dosa**: Memohon pengampunan atas dosa-dosa yang dilakukan.
– **Kurban Penebus Salah**: Mengatasi pelanggaran khusus terhadap hukum Tuhan atau sesama.

Kurban-kurban ini melibatkan pengorbanan hewan yang tidak bercacat sebagai simbol pengganti dosa manusia. 

 

### **2. Yesus Kristus Sebagai Penggenapan Sistem Kurban**
Dalam Perjanjian Baru, pengorbanan Yesus dipahami sebagai penggenapan sempurna dari seluruh sistem kurban dalam Perjanjian Lama. Pemahaman ini dapat dijelaskan dalam beberapa poin berikut:
#### **a. Yesus Sebagai Anak Domba Allah**
Yesus sering disebut sebagai Anak Domba Allah (Yohanes 1:29), yang menggantikan semua kurban hewan. Seperti hewan korban dalam Imamat yang harus tanpa cacat, Yesus yang tanpa dosa menjadi persembahan yang sempurna (1 Petrus 1:19).

#### **b. Pengorbanan Sekali untuk Selamanya**
Tidak seperti kurban dalam Imamat yang harus dilakukan secara berulang-ulang, pengorbanan Yesus hanya perlu dilakukan satu kali untuk menebus dosa seluruh dunia (Ibrani 10:10-12). Pengorbanan ini bersifat final dan cukup untuk semua manusia.

#### **c. Penghapusan Dosa**
Yesus mengambil tempat manusia yang berdosa, seperti kurban dalam Imamat yang bertindak sebagai substitusi. Darah-Nya dicurahkan untuk membersihkan dosa manusia dan mendamaikan mereka dengan Tuhan (Ibrani 9:22).

**d. Pengganti Hubungan Simbolik dengan Realitas Spiritual**
Sistem kurban dalam Imamat hanya bersifat simbolik, menunjuk pada kebutuhan akan pengampunan dosa. Dalam Kristus, pengampunan dosa menjadi kenyataan spiritual yang sepenuhnya diwujudkan. 

 

**3. Akses kepada Allah melalui Iman kepada Kristus**
Setelah pengorbanan Kristus, umat Kristen tidak lagi mempersembahkan kurban seperti yang dilakukan dalam Perjanjian Lama. Sebagai gantinya:
– **Iman sebagai Kurban Rohani**: Ketika umat Kristen datang kepada Allah, mereka membawa “kurban rohani” berupa iman kepada Kristus dan syukur atas kasih karunia-Nya (1 Petrus 2:5).
– **Kristus Sebagai Perantara**: Yesus, yang disebut Imam Besar Agung (Ibrani 4:14-16), menjadi perantara antara manusia dengan Allah. Dengan iman kepada-Nya, umat Kristen dapat langsung mendekati Allah yang Maha Kudus tanpa takut dihukum.
– **Penghidupan Prinsip Kurban dalam Kehidupan Sehari-hari**: Umat Kristen diajarkan untuk “mempersembahkan tubuh mereka sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah” (Roma 12:1), yang mencerminkan penyerahan diri sepenuhnya seperti dalam kurban bakaran. 

 

### **4. Kesimpulan**
Pengorbanan Yesus di kayu salib diringkas sebagai penyempurnaan dari seluruh sistem kurban dalam kitab Imamat. Dalam Yesus, semua jenis kurban—penghapusan dosa, perdamaian, syukur, dan penyerahan diri—ditunaikan secara penuh dan sempurna. Oleh karena itu, umat Kristen percaya bahwa mereka tidak perlu membawa hewan atau persembahan fisik lagi, melainkan datang kepada Allah melalui iman kepada Kristus sebagai kurban yang sempurna.