Peserta Itu Mantan Pembunuh
https://www.pemudakristen.com/artikel/peserta_mantan_pembunuh.php
* * * Setiap orang Kristen yang berumur di atas enam puluh tahun mungkin ingat akan perjalanan misi lima utusan Injil Amerika pada tahun 1956. Mereka adalah Peter, Ed, Roger, Nate dan Jim. Baru saja mereka menapakkan kaki setelah tiba di pantainya, sejumlah orang dari suku yang liar itu menyerbu mereka. Dengan beringas, orang-orang ganas itu menghujamkan tombaknya yang keras dan tajam, sehingga menancap di tubuh ke 5 pemuda lugu itu. Mereka meradang dan terjerembab jatuh dengan bersimbah darah merah. Tewas seketika. Itulah kenyataannya. Mereka baru saja mendarat dan belum sempat melakukan apa-apa. Kejadian ini lebih terasa makin tragis karena berita ini dengan cepat tersebar luas oleh ulah seorang tukang foto dan penulis Majalah Life yang mengungkapkan kisah tersebut secara luar biasa. Peredaran Majalah Life ini sangat luas, sehingga tragedi itu tersebar luas pula ke seluruh dunia. Salah satu alasan mengapa kisah ini begitu menyentuh banyak hati orang yang membacanya adalah karena ke lima utusan Injil ini semuanya sudah berkeluarga, bahkan beberapa dari mereka sudah mempunyai anak. Di antara pembaca berita di seluruh dunia tersebut ada seorang pemuda bernama James Hefley. Ia juga salah seorang di antara jutaan pembaca Kristen yang kaget dan bingung dengan peristiwa ini. Apakah ini kegagalan dalam misi kekristenan? Apakah 5 pemuda itu telah keliru? Dua puluh lima tahun setelah pembunuhan itu, James Hefley sendiri dan isterinya mengunjungi janda-janda para utusan Injil yang dibunuh oleh orang-orang Indian Auca. * * * Olive Fleming, istri Peter, mengatakan kepadanya, “Beberapa kali Peter menulis bahwa ia bersedia memberikan nyawanya demi orang-orang Auca Cukuplah bagi saya untuk mengetahui bahwa Allah bisa memakai pengalaman ini demi kemuliaan-Nya di dunia.” Setelah kematian Peter, Olive menikah dengan Walter Liefeld, seorang profesor di Trinity Evangelical Divinity School di Deerfield, Illinois, dan mereka mempunyai tiga orang anak. Allah memeliharanya . Marilou McCully, istri Ed, berkata atas nama semua janda,”Kami ingin mengerti apa yang Allah lakukan melalui peristiwa itu…. Kematian ke lima orang itu merupakan cara Allah …. Barbara Yoderian, istri Roger dan ibu dari dua anak, selama ini tinggal di Ekuador. Ia mengurus perumahan tamu bagi The Gospel Missionary Union di Quito. Ia berkata, “Aku sungguh-sungguh tidak merasa menyesal tentang kejadian yang disebut orang operasi Auca. Marge Saint, istri Nate, seorang pilot misi, ditinggalkan bersama tiga anak. Ia Janda yang kelima, mungkin yang paling terkenal di antara kelima janda itu, Elisabeth Elliot, istri Jim. Ia menulis Through Gates of Splendor And Shadow of the Almighty, sebuah buku tentang pembunuhan tersebut. Ia berkata, “Saya selalu percaya dan saya tetap percaya bahwa Allah mengetahui dengan tepat apa yang sedang Ia lakukan di Ekuador. Allah berkuasa sebagaimana dikatakan dalam kitab Roma 8:28 Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan. Seandainya Allah tidak pernah menyelamatkan seorang Auca, dan tidak pernah memanggil seorang pun ke ladang misi karena kematian orang-orang ini, saya tetap tidak meragukan bahwa kematian mereka adalah bagian dari pekerjaan-Nya untuk mendatangkan kebaikan. Itulah batu dasar kepercayaanku.” Allah memeliharanya . * * * Mrs Elliot ternyata bertekad bulat menyelesaikan misi suaminya. Ia mengikuti jejak suaminya untuk menerobos Ekuador dengan kekuatan seadanya sebagai seorang janda wanita. Ia mau membuktikan bahwa kekuatan Kasih Kristus lebih dahsyat daripada kekuatan tombak yang paling ganas milik siapapun. Siapa yang bisa tidak menahan nafas menghayati tekadnya yang Karena pelayanan Mrs Elliot tersebut, kini para pembunuh, yaitu lima orang Indian Auca bengis pemakai tombak, semuanya kemudian menjadi Kristen dan memimpin gereja suku Indian Auca! Pada hari saya bertemu dengan pria mantan pembunuh itu 6 Agustus 2000 – sungguh membuat saya terharu. (Ia duduk di dekatku dan kami berfoto bersama). Ia memperkenalkan namanya, Menna Minkai. Ia menyebutkannya sambil tersenyum ramah. Saya masih mengingat ucapannya melalui penerjemah) ketika dia diminta bicara di panggung sehari sebelumnya: “Saya dulu dibesarkan dalam suasana kebencian dan kebiasaan membunuh. Saya tidak tahu bagaimana hidup yang lebih baik. Tapi kini saya telah dibasuh oleh darah Kristus. Hidup saya telah menjadi baru, demikian pula Anda sekalian yang di sini.” Aku sekali lagi kagum pada kuasa Injil yang mengubahkan hidupnya. Aku kagum pada kasih sayang Bapa yang telah menggerakkan isteri Jim , Mrs. Elliot – untuk menggarap pelayanan di Equador. Kini anaknya yang telah dewasa juga berada di sana bersamanya. Sekali lagi aku disentuh dan dihangatkan oleh kekaguman pada karya Allah dan Injil Kristus, pada kematian dan kebangkitan Kristus yang mengubahkan hidup manusia. Ini momentum baru dalam hidupku. * * * Penelitian dan wawancara James Heffley akhirnya menyimpulkan pula, bahwa peristiwa Equador tersebut ternyata telah menyebabkan ratusan pemuda dan pemudi di berbagai tempat di dunia tertantang untuk setia mengabdi pada Tuhan. Mereka mengubah arah hidup dan menyerahkan diri mereka bagi pelayanan di ladang misi. Siapakah yang menduga hal baik akan terjadi akibat tragedi di tahun 1956? Tuhan sungguh bijaksana, dan rencana Tuhan yang melampaui pikiran kita patut dipuji selamanya. Pieters K. Pindardhi |