Dari sudut teologi gereja garis utama ajaran SHINCHEONJI yang berasal dari Korea ini dipertanyakan dan dikritik karena menyimpang dari kepercayaan Kristen tradisionil.(terutama karena tokohnya mengaku sebagai penjelmaan Tuhan Yesus yang telah datang kembali walau itu dikatakan secara terselubung).
Pertanyaannya mengapa ada orang orang yang mau percaya dan bergabung dengan kelompok tadi? Untuk menjawab pertanyaan tadi mari kita tinjau masalah tersebut dari sudut Psikllogi Agama.
Dari sudut psikologi agama, gerakan Shincheonji dapat dianalisis melalui beberapa perspektif:
- Kebutuhan Akan Makna: Banyak individu bergabung dengan gerakan agama seperti Shincheonji karena mereka mencari makna dan tujuan dalam hidup mereka. Gerakan ini menawarkan penafsiran yang unik dan meyakinkan tentang realitas spiritual yang dapat memberikan rasa arah bagi pengikutnya.
- Identitas Kelompok: Bergabung dengan Shincheonji dapat memberikan rasa identitas dan komunitas kepada pengikutnya. Dalam psikologi sosial, identitas kelompok dapat meningkatkan rasa kepemilikan dan dukungan sosial, yang penting bagi kesejahteraan psikologis individu.
- Kepatuhan dan Otoritas: Dalam konteks psikologi agama, pengikut sering kali menunjukkan kepatuhan terhadap otoritas agama. Pemimpin seperti Lee Man-hee dapat dilihat sebagai figur otoritas yang memiliki wawasan eksklusif, yang dapat meningkatkan kepatuhan dan loyalitas pengikutnya.
- Konformitas dan Pengaruh Sosial: Anggota Shincheonji mungkin terpengaruh oleh norma-norma dan harapan kelompok, yang dapat menyebabkan konformitas. Dalam situasi di mana ada tekanan sosial, individu cenderung mengikuti norma kelompok untuk menghindari konflik dan mendapatkan penerimaan.
- Pengalaman Spiritual dan Emosional: Pengikut Shincheonji mungkin melaporkan pengalaman spiritual atau emosional yang kuat yang memperkuat keyakinan mereka. Pengalaman-pengalaman ini dapat mencakup perasaan kedamaian, ketenangan, atau koneksi dengan sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri.
- Strategi Koping: Beberapa individu mungkin bergabung dengan gerakan agama sebagai cara untuk mengatasi stres atau tantangan hidup. Keanggotaan dalam kelompok ini dapat memberikan dukungan emosional dan mekanisme koping yang membantu mereka menghadapi masalah sehari-hari.
Analisis psikologi agama ini menunjukkan bahwa gerakan seperti Shincheonji tidak hanya didorong oleh faktor-faktor teologis, tetapi juga oleh kebutuhan psikologis individu.
https://www.youtube.com/watch?v=zrUaUBcDVrQ&t=235s