KEBAKTIAN DENGAN RASA IBADAH TRADISI YAHUDI 1
ANALISA KRITIS DARI PERSPEKTIF GEREJA PENTAKOSTA TRADISIONAL
FENOMENA YANG DITEMUI
1..Ada gereja dengan Gaya Ibadah(Liturgi) bercorak kharismatik dengan rasa ibadah tradisi Yahudi Perjanjian Lama dengan memasukkan elemen ada penari, bawa bendera, alat musik.
Bendera dan Tarian: Dalam Perjanjian Lama, bendera dan tarian sering digunakan untuk menyatakan sukacita dalam penyembahan (Mazmur 149:3; Mazmur 20:5). Beberapa gereja Kristen mengadopsi elemen ini sebagai bagian dari ekspresi ibadah mereka, seperti gereja kharismatik.
Shofar (Terompet Domba): Digunakan dalam tradisi Yahudi untuk memanggil umat untuk berdoa atau merayakan perayaan tertentu. Dalam beberapa konteks Kristen, shofar ditiup untuk menandakan panggilan rohani atau kebangkitan iman
Pada waktu tertentu merayakan hari raya Yahudi antara lain Rosh Hassanah yaitu tahun baru dalam tradisi Yahudi.
2.Ajaran. Dalam kotbah kotbahnya Gereja tersebut memberitakan nubuat nubuat yang intinya tidak beda dengan ramalan berisi Nasib baik untuk anggotnya dengan janji diberkati dengan materi, diberkati hati dengan kesenangan. Bertolak dari sana jiwanya sama dengan Teologia Kemakmuran.
3.SEmua yang disebutkan diatas dapat disaksikan di siaran youtube dengan banyak macam dan variasinya.
ANALISA DAN EVALUASI KRITIS
Berikut adalah analisa dan evaluasi kritis terhadap liturgi bercorak kharismatik dan ajaran nubuat yang berfokus pada kemakmuran berdasarkan ajaran gereja Pentakosta tradisional:
________________________________________
1. Gaya Ibadah (Liturgi) dengan memasukkan unsur perayaan Yahudi:
• Unsur Perayaan Yahudi: Memasukkan elemen perayaan Yahudi (seperti Rosh Hashanah) tidak sepenuhnya umum dalam tradisi Pentakosta. Namun, beberapa gereja Pentakosta menerima elemen ini sebagai bagian dari pengayaan iman, selama itu dimengerti dalam terang penggenapan Kristus. Unsur ini dilihat sebagai pengingat simbolis, bukan kewajiban yang bersifat legalistik.
Evaluasi Kritis:
• Potensi Penyimpangan: Walaupun ibadah yang ekspresif adalah bagian integral dari tradisi Pentakosta, memasukkan elemen Perjanjian Lama secara berlebihan (seperti tarian ritual atau hari raya Yahudi) dapat berisiko mengalihkan fokus jemaat dari inti ibadah, yaitu Kristus dan pekerjaan Roh Kudus. Pentakosta tradisional menekankan bahwa ibadah harus ditujukan untuk memuliakan Allah, bukan sekadar aktivitas simbolik.
• Kesederhanaan Ibadah: Dalam Pentakosta tradisional, liturgi tidak terlalu terikat pada simbol-simbol seremonial, tetapi lebih pada kebebasan pimpinan Roh Kudus. Oleh karena itu, pengayaan liturgi dengan unsur Yahudi tidak boleh menggeser pengajaran tentang penggenapan Kristus sebagai pusat ibadah (Ibrani 9:11-12).
• Kristosentrisitas: Tradisi Pentakosta tradisional setuju bahwa semua ibadah harus berpusat pada pekerjaan Kristus, bukan kembali ke pola ibadah yang merupakan bayangan dari Perjanjian Lama.
________________________________________
2. Ajaran Nubuat yang Fokus pada Kemakmuran
Analisis:
• Posisi Nubuat dalam Pentakosta Tradisional: Gereja Pentakosta tradisional sangat menghargai karunia nubuat sebagai pekerjaan Roh Kudus (1 Korintus 12:10). Nubuat dilihat sebagai penyampaian kehendak Allah untuk membangun, menegur, dan menghibur jemaat (1 Korintus 14:3). Namun, nubuat yang otentik harus sesuai dengan Firman Allah dan tidak bertentangan dengan Injil.
• Fokus pada Kemakmuran: Pengajaran yang mengaitkan keberkatan dengan materi tidak sepenuhnya selaras dengan Pentakosta tradisional. Walaupun Pentakosta percaya pada kuasa Allah untuk memberkati umat-Nya secara fisik, mereka juga menekankan pentingnya kekayaan rohani, ketaatan, dan hidup kudus. Pentakosta tradisional mengajarkan bahwa berkat Allah tidak selalu diukur dalam bentuk materi atau kesenangan duniawi (Matius 6:33; Yakobus 1:2-4).
Evaluasi Kritis:
• Bahaya Fokus Duniawi: Nubuat yang hanya berisi janji kemakmuran duniawi dapat menyebabkan jemaat salah memahami tujuan iman. Dalam ajaran Pentakosta tradisional, kemakmuran sejati adalah pengenalan akan Kristus, kuasa Roh Kudus, dan hidup dalam kekudusan, bukan hanya kekayaan materi.
• Kontras dengan Pengajaran Salib: Pentakosta tradisional mengajarkan bahwa orang percaya harus siap menanggung penderitaan sebagai bagian dari mengikut Kristus (Matius 16:24). Mengajarkan bahwa iman selalu menghasilkan berkat materi dapat menyesatkan dan menurunkan nilai pengajaran tentang salib.
• Ujian Nubuat: Dalam Pentakosta tradisional, nubuat harus diuji berdasarkan Firman Allah (1 Tesalonika 5:20-21). Nubuat yang hanya berfokus pada keberkahan materi tanpa memperhatikan pertumbuhan rohani dianggap tidak otentik dan berisiko menciptakan penyimpangan.
________________________________________
Kesimpulan dan Rekomendasi
1. Gaya Ibadah: Liturgi yang melibatkan elemen Perjanjian Lama dapat diterima sejauh itu digunakan sebagai simbol sukacita dalam Tuhan dan pengingat akan penggenapan Kristus. Namun, Pentakosta tradisional tetap mendorong agar ibadah dipimpin oleh Roh Kudus dengan fokus utama pada penyembahan Kristosentris.
2. Ajaran Nubuat: Gereja Pentakosta tradisional menekankan bahwa nubuat harus membangun iman dan berpusat pada kebenaran Firman Allah, bukan sekadar menjanjikan keberkahan materi. Kemakmuran sejati adalah hidup dalam persekutuan dengan Allah dan menaati kehendak-Nya.
3. Pendekatan Pastoral: Jemaat perlu diajarkan untuk memahami bahwa berkat Allah meliputi segala aspek hidup (rohani dan jasmani), tetapi fokus utama iman adalah kekudusan dan pengenalan akan Allah, bukan hanya kesejahteraan duniawi.
Tradisi Pentakosta tradisional pada intinya menekankan keseimbangan antara ekspresi ibadah yang bebas dalam Roh Kudus dan pengajaran yang sesuai dengan Firman Allah, dengan penekanan utama pada pengenalan akan Kristus sebagai pusat iman dan ibadah.