Rrealitas yang tak terelakkan: suatu hari kita akan berpulang.“No party that never ends,” tidak ada pesta yang tidak akan berakhir. Semua orang akan meninggal dunia.
PERJALANAN MENUJU KEMATIAN
Dengan mengetahui kematian menanti di ujung hayat, kita dapat belajar memandang kematian sebagai pengingat kehidupan. Jika hari ini kematian belum tiba, berarti kita masih memiliki waktu. Kita memiliki kesempatan atas hidup kita, atas tindakan kita, dan arah yang ingin kita tuju. Setiap hari adalah kesempatan lain untuk mengambil sikap dalam hidup kita dan berjalan di dalam kebajikan. Seneca, filsuf Romawi yang hidup sezaman dengan Yesus Sang Filsuf dari Nasaret, percaya bahwa hidup sejatinya adalah perjalanan menuju kematian, maka setiap orang perlu berlatih mempersiapkan kematian sepanjang hidupnya. “Perlu seumur hidup untuk belajar bagaimana menjelang ajal,” ujarnya. Seneca benar dalam hal ini. Waktu kita memang terbatas. Sehebat dan sekuat apa pun tubuh kita saat ini, suatu hari akan sakit juga, melemah, tak berdaya, lalu mati.
DIRINGKAS DARI TULISAN:
Bukan Filsafat Kematian
Oleh Dhimas Anugrah
Pendiri Lingkar Filsafat (Circles) Indonesia, sebuah komunitas pembelajar di bidang budaya, filsafat, dan sains. Studi di Oxford Center for Religion and Public Life, Inggris.