S A B T U S U N Y I
https://yohanesbm.com/makna-dan-refleksi-sabtu-sunyi/
1.Keheningan berdoa dan merefleksikan karya keselamatan Allah yang terjadi dalam kematian Kristus pada Sabtu Sunyi paralel dengan perintah Allah kepada umat Israel untuk menguduskan hari Sabat (Kel. 20:8-11). Melalui kematian Kristus, Allah mengingatkan kita akan karya penciptaan yang baru, yaitu melalui penebusan-Nya di atas kayu salib; dan melalui Firman keempat, Allah mengingatkan manusia akan karya penciptaan-Nya yang telah terjadi selama enam hari lamanya. Keduanya merupakan tema yang hakiki dalam sejarah kehidupan umat manusia. Allah telah berkarya dan menciptakan kehidupan namun telah dirusak oleh dosa, dan di dalam Kristus Allah kembali menciptakan kebaruan sehingga manusia hidup dalam anugerah-Nya. Perenungan pada Sabtu Sunyi merupakan tindakan retreat agar umat menemukan kembali sumber dan kekayaan rohaninya yang bersumber pada karya keselamatan Allah di dalam inkarnasi dan penebusan Kristus.
2.Merayakan Sabtu Sunyi merupakan bagian dari perayaan Triduum (Tri Hari Suci), yaitu: Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Sunyi, dan Paskah. Perayaan Triduum merupakan perayaan gerejawi yang menjadi jantung keselamatan iman Kristen, karena melalui peristiwa-peristiwa Kristus tersebut karya keselamatan Allah mencapai puncaknya. Karya keselamatan Allah tersebut merupakan kebutuhan dan harapan manusia yang paling utama. Karena itu perayaan Triduum bukanlah suatu perayaan gerejawi yang terlepas dari konteks riil kehidupan umat. Kita hidup di tengah-tengah budaya kematian yang menyebarkan sengat maut dalam berbagai manifestasinya. Karena itu melalui perenungan iman (refleksi teologis) tentang kematian Kristus dan kebangkitan-Nya, kita akan memeroleh kekuatan rohani sehingga memampukan kita untuk memaknai realita hidup dengan perspektif harapan iman kepada Kristus yang telah bangkit.