Dalam seminar nasional yang diadakan pada 15 Juli 2024, Dr. Yonatan Purnomo membahas isu kontroversi ajaran Tritunggal dalam Kekristenan. Mengapa ia mendapat banyak kritik? Karena ia mengkritik rumusan Trinitas dari Tertulianus dimana istilah latin 3 persona diganti dengan istilah yang ia lebih sukai yaitu hipostasis sesuai dengan konsili Kalsedon .
RUMUSAN TRINITAS: TERTULIANUS DAN KALSEDON
Rumusan Trinitas yang digunakan oleh Konsili Kalsedon dan Tertulianus memiliki perbedaan terminologis dan kontekstual yang penting. Berikut adalah perbandingan antara keduanya:
### Rumusan Tertulianus
Tertulianus, seorang teolog Latin dari abad ke-3, dikenal sebagai salah satu yang pertama menggunakan istilah “Trinitas” (Trinitas) dan “persona” dalam teologi Kristen. Dalam karyanya “Adversus Praxeas,” Tertulianus merumuskan doktrin Trinitas sebagai berikut:
– **Satu Substansi, Tiga Persona**: Tertulianus menyatakan bahwa Allah adalah satu substansi (substantia) yang terdiri dari tiga persona (persona). Istilah “persona” digunakan untuk menggambarkan ketiga pribadi dalam Allah: Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
### Rumusan KONSILI KALSEDON
Konsili Kalsedon, yang diadakan pada tahun 451, lebih dikenal karena pernyataan Kristologinya, tetapi juga memberikan kontribusi penting terhadap pemahaman Trinitas. Konsili ini menggunakan terminologi yang lebih sesuai dengan tradisi Yunani, yang berbeda dengan terminologi Latin yang digunakan oleh Tertulianus.
– **Satu Substansi, Tiga Hipostasis**: Konsili Kalsedon menegaskan bahwa Allah adalah satu substansi (ousia) yang terdiri dari tiga hipostasis (hypostasis). Dalam konteks ini, “hipostasis” digunakan untuk menggambarkan keberadaan nyata atau individu yang berbeda dalam kesatuan substansi Allah.
### PERBEDAAN UTAMA
- **Terminologi**:
– Tertulianus menggunakan istilah Latin “persona” untuk menggambarkan tiga pribadi dalam Trinitas.
– Konsili Kalsedon menggunakan istilah Yunani “hypostasis” yang sering diterjemahkan sebagai “pribadi” dalam konteks modern, tetapi memiliki nuansa berbeda dalam teologi.
- **Konteks Budaya dan Teologis**:
– Tertulianus menulis dalam konteks Latin Barat, di mana terminologi dan konsep yang digunakan berbeda dari konteks Yunani Timur.
– Konsili Kalsedon mewakili upaya untuk menyatukan pemahaman teologis dari tradisi Yunani dan Latin, menghasilkan rumusan yang lebih diterima secara luas oleh Gereja Timur dan Barat.
- **Pengaruh Sejarah**:
– Rumusan Tertulianus mempengaruhi teologi Barat dan memberikan dasar bagi pengembangan lebih lanjut dari doktrin Trinitas dalam tradisi Latin.
– Rumusan Konsili Kalsedon menjadi penentu dalam teologi ortodoks dan diakui oleh banyak tradisi Kristen sebagai pernyataan definitif tentang natur Kristus dan Trinitas.
Dengan demikian, meskipun inti ajaran Trinitas tetap sama—bahwa Allah adalah satu dalam substansi dan tiga dalam pribadi—perbedaan terminologis ini mencerminkan perkembangan dan penyesuaian teologis dalam konteks sejarah dan budaya yang berbeda.
Ref.: Seminar Nasional: KAJIAN BIBLIKA TENTANG ISU KONTROVERSI AJARAN TRI TUNGGAL DALAM KEKRISTENAN