SIMUL JUSTUS ET PECCATOR
Simul Justus et Peccator adalah frasa Latin yang berarti “secara bersamaan baik dan berdosa.” Konsep ini berasal dari Martin Luther, tokoh Reformasi Protestan, dan memiliki implikasi penting dalam teologi Kristen. Mari kita jelajahi lebih lanjut:
- Asal Usul:
- Martin Luther menggunakan frasa ini untuk menggambarkan kondisi seorang Kristen.
- Dalam arti hukum dan posisional, kita dianggap benar setelah dibenarkan, karena ketika Allah melihat kita, Dia melihat kebenaran sempurna Kristus.
- Namun, kebenaran ini bukan sesuatu yang ada dalam diri kita atau hasil perbuatan kita. Ini adalah kebenaran yang dinyatakan.
- Dalam arti eksistensial, kita masih berdosa, berjuang untuk mengalahkan dosa. Meskipun kita tidak lagi terkena hukuman atas dosa kita secara hukum, dosa masih ada dalam kita hingga kita dimuliakan1.
- Penggunaan oleh Karl Barth:
- Karl Barth, seorang teolog Protestan, juga memahami konsep ini.
- Dia menekankan bahwa kita hanya dapat mengungkapkan Allah melalui anugerah Kristus. Kita dibenarkan oleh kebenaran yang asing dan terpisah dari kita secara pribadi2.
- John Calvin dan Simul Justus et Peccator:
- John Calvin, seorang Reformator lainnya, memiliki pandangan serupa.
- Meskipun tidak menggunakan frasa ini secara langsung, dia juga mengakui bahwa kita tetap berdosa meskipun dibenarkan oleh iman3.
Jadi, konsep ini mengajarkan bahwa kita bersamaan baik dan berdosa, tetapi dibenarkan oleh iman dalam Kristus. Ini adalah bagian penting dari pesan Injil: kebenaran Kristus dinyatakan kepada kita melalui imputasi, sementara dosa kita dikenakan atau ditanggungkan kepada Kristus yang telah membayar gantinya di salib4.