TRUMP: REVOLUSI ATAU KONTRA REVOLUSI?

Analisis Tiga Minggu Awal Pemerintahan Donald Trump

Pendahuluan
Pemerintahan Donald Trump dimulai dengan guncangan besar dalam tiga minggu pertamanya. Berbagai kebijakan yang d di implementasikan, mulai dari kebijakan imigrasi yang kontroversial, deregulasi ekonomi, hingga perubahan mendasar dalam kebijakan perdagangan global, mencerminkan tekad Trump untuk mengguncang status quo. Namun, apakah ini dapat disebut sebagai sebuah revolusi atau justru kontra-revolusi kaum konservatif? Dengan meninjau perspektif Fareed Zakaria dan Niall Ferguson, kita dapat memahami perbedaan sudut pandang dalam menganalisis fenomena ini.

Siapa Fareed Zakaria dan Niall Ferguson?
Fareed Zakaria adalah seorang jurnalis, penulis, dan analis politik yang dikenal karena wawasan globalnya dalam isu-isu geopolitik dan ekonomi internasional. Ia merupakan pembawa acara “Fareed Zakaria GPS” di CNN dan sering menulis untuk The Washington Post. Zakaria cenderung mendukung globalisasi, liberalisme ekonomi, dan sistem demokrasi berbasis institusi.

Niall Ferguson adalah seorang sejarawan konservatif asal Inggris yang mengkhususkan diri dalam sejarah ekonomi dan kebijakan geopolitik. Ia dikenal sebagai akademisi yang mendukung pendekatan pasar bebas dan nasionalisme ekonomi. Ferguson sering menulis tentang perlunya mempertahankan nilai-nilai konservatif dalam menghadapi perubahan global.

Perspektif Fareed Zakaria: Ancaman terhadap Tatanan Liberal
Fareed Zakaria melihat kepemimpinan Trump sebagai ancaman terhadap tatanan liberal yang telah menopang Amerika Serikat pasca-Perang Dunia II. Menurutnya, tindakan Trump yang langsung menyerang lembaga-lembaga demokratis, meragukan media sebagai pilar kebebasan informasi, serta memutuskan perjanjian perdagangan internasional seperti Trans-Pacific Partnership (TPP), mencerminkan kecenderungan otoritarian yang berbahaya. Zakaria berpendapat bahwa kebijakan Trump bukanlah revolusi dalam pengertian positif, tetapi lebih sebagai bentuk populisme reaksioner yang mencoba membalikkan pencapaian globalisasi dan liberalisme ekonomi yang telah berlangsung selama beberapa dekade.

Perspektif Niall Ferguson: Kontra-Revolusi yang Diperlukan
Sebaliknya, Niall Ferguson melihat pemerintahan Trump sebagai kontra-revolusi yang diperlukan untuk mengembalikan Amerika ke akar konservatifnya. Ferguson berpendapat bahwa kebijakan Trump, seperti pemotongan pajak korporasi dan penekanan pada kedaulatan nasional dalam perdagangan, merupakan respons terhadap ekses globalisasi yang selama ini menguntungkan elite ekonomi tetapi merugikan kelas pekerja Amerika. Dengan membatalkan regulasi yang membebani bisnis dan menegaskan kepentingan nasional dalam kebijakan luar negeri, Ferguson menilai bahwa Trump sedang mengoreksi arah politik yang telah terlalu lama didominasi oleh ideologi liberal progresif.

Kesimpulan
Dalam tiga minggu pertama, pemerintahan Trump menunjukkan tren kebijakan yang tajam dan terpolarisasi. Pendekatan agresifnya terhadap imigrasi, termasuk larangan perjalanan bagi warga dari beberapa negara mayoritas Muslim, menunjukkan komitmen terhadap janji kampanyenya, tetapi sekaligus memicu resistensi domestik dan internasional. Dari sudut pandang Zakaria, ini adalah bukti kemunduran demokrasi Amerika, sementara Ferguson melihatnya sebagai langkah yang diperlukan untuk menegakkan supremasi hukum dan identitas nasional.
Dari perbedaan ini, dapat disimpulkan bahwa pemerintahan Trump bukanlah revolusi dalam pengertian membentuk sesuatu yang baru, tetapi lebih merupakan kontra-revolusi kaum konservatif untuk mengembalikan Amerika ke tatanan yang mereka anggap benar. Apakah langkah ini membawa Amerika menuju kebangkitan atau keterpurukan masih menjadi perdebatan panjang.