Sejak Yesus Masuk ke dalam Hatiku – Buletin Pillar
1.Pertama-tama kita akan meninjau pemakaian istilah ‘hati’ dalam ungkapan ‘Tuhan masuk ke dalam hati’. David Steinberg dalam artikel “Where is Your Heart? Some Body Part Metaphors and Euphemisms in Biblical Hebrew”[1] mengatakan bahwa ‘hati’ (Ibrani: hati ) tidaklah mengacu kepada organ fisik, entah itu ‘hati’ maupun ‘ginjal’, atau apa pun, melainkan harus dipahami sebagai suatu metafora. Di dalam Perjanjian Lama hati dipakai dalam pengertian:
Total kepribadian seseorang. Khususnya bagian dalam dari diri – yaitu arti dari menjadi seorang manusia – personalitas/inklinasi (orientasi).Intelek, pemikiran rasional (atau secara metaforis ‘otak’),
ingatan, perasaan, gairah, keinginan, determinasi, keberanian/nyali.
2.Jadi ‘hati’ di dalam Alkitab tidak hanya menyangkut ‘perasaan’ – seperti yang kita kesankan ketika kita memakainya dalam ungkapan seperti: “Khotbahnya bukan hanya membesarkan kepala dengan berbagai teori yang muluk, tetapi juga menggerakkan ‘hati’” – tetapi mencakup keseluruhan dari kepribadian seseorang, termasuk juga intelek, ingatan, keberanian, dan lain-lain. Jadi ketika kita mengatakan bahwa ‘Yesus masuk ke dalam hatiku’ di dalam penggunaan istilah ‘hati’ sebagaimana dipakai di dalam Alkitab, kita seharusnya memaksudkan bahwa Yesus Kristus secara aktif kita taati sebagai Tuan atas segala sesuatu yang menjadikan kita suatu pribadi yang unik: intelektualitas, ingatan, perasaan, gairah, keberanian, dan saya harus tegaskan – juga tubuh, dan seterusnya.