Dongeng atau Mitos: Yesus Pernah ke India?
Apakah Yesus pernah ke India? Pertanyaan ini bukan sekadar imajinasi liar atau bahan film dokumenter alternatif. Selama lebih dari satu abad, sebagian orang percaya bahwa Yesus, di masa mudanya—antara usia 12 hingga 30 tahun—mengembara ke Timur, termasuk India, untuk belajar agama dan filsafat. Namun, benarkah demikian? Apakah ini bagian dari sejarah tersembunyi atau hanya sekadar dongeng?
“Tahun-tahun yang Hilang” dari Kehidupan Yesus
1.Kitab-kitab Injil mencatat secara cukup rinci masa kelahiran Yesus, serta pelayanan-Nya yang dimulai di usia sekitar 30 tahun. Namun, ada satu rentang waktu yang nyaris tak disebutkan: antara usia 12 hingga 30 tahun. Kekosongan catatan ini dikenal oleh para sejarawan sebagai “the lost years of Jesus.”
2.Kekosongan ini menjadi celah bagi berbagai spekulasi dan teori. Salah satunya menyebutkan bahwa Yesus melakukan perjalanan ke India, belajar agama Buddha atau Hindu, dan membawa ajaran kasih dan spiritualitas dari Timur ke Tanah Israel. Teori ini memikat, terutama karena ada kemiripan nilai moral antara ajaran Yesus dan beberapa nilai dalam agama-agama Timur: kasih, belas kasihan, pengampunan, dan pelepasan dari keduniawian.
Asal-Usul Mitos Yesus ke India
1.Cerita ini mendapat perhatian luas lewat tulisan seorang petualang Rusia bernama Nicolas Notovitch pada akhir abad ke-19. Dalam bukunya The Unknown Life of Jesus Christ (1894), Notovitch mengklaim bahwa ia menemukan naskah kuno di sebuah biara di Ladakh (India utara), yang mencatat bahwa seorang guru spiritual bernama “Issa”—yang diyakini sebagai Yesus—pernah tinggal di India dan belajar di antara para Brahmana dan Buddha.
2.Namun, kisah Notovitch dengan cepat dibantah. Beberapa peneliti dan misionaris pergi ke lokasi yang disebutkan Notovitch, termasuk sejarawan Katolik J. Archibald Douglas, dan menyimpulkan bahwa cerita itu tidak berdasar. Tidak ada naskah seperti yang diklaim, dan para biksu di sana membantah pernah menunjukkan dokumen tersebut kepada Notovitch.
3.Meski terbantahkan secara ilmiah, kisah ini terus hidup dalam budaya populer dan spiritualitas New Age. Beberapa tokoh modern bahkan mengadopsi ide bahwa Yesus adalah “guru universal” yang belajar dari Timur dan menyatukan kebijaksanaan dunia dalam ajaran-Nya.
Apa Kata Alkitab dan Sejarah Gereja?
1.Alkitab tidak mencatat bahwa Yesus pernah keluar dari kawasan Palestina. Lukas 2:52 hanya menyebut bahwa Yesus “makin bertambah besar hikmat-Nya dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.” Kisah pelayanan-Nya sepenuhnya terjadi di daerah Galilea, Yudea, dan sekitarnya.
2.Teolog dan apologet William Lane Craig menegaskan bahwa “dalam studi akademis sejarah Yesus, tidak ada satu pun bukti kuat bahwa Yesus pernah pergi ke India. Semua sumber historis yang dapat diandalkan menunjuk pada kehidupan Yesus yang terkonsentrasi di wilayah Palestina.” (Craig, Reasonable Faith)
3.Demikian pula, N. T. Wright, seorang sejarawan dan teolog Perjanjian Baru, menyatakan bahwa teori Yesus ke India mencerminkan “hasrat modern untuk memproyeksikan Yesus sesuai dengan selera spiritual kita saat ini,” tetapi hal itu mengabaikan bukti sejarah yang sebenarnya kuat dan konsisten tentang Yesus sebagai nabi Yahudi yang hidup dan melayani di tanah Israel. (Simply Jesus, 2011)
4.Bapa-bapa Gereja mula-mula seperti Irenaeus, Tertulianus, dan Origenes juga tidak pernah menyebutkan bahwa Yesus pernah melakukan perjalanan ke India. Justru yang terkenal adalah bahwa para murid-Nyalah yang kemudian menyebar ke berbagai tempat, termasuk Thomas yang menurut tradisi gereja pergi ke India setelah kenaikan Yesus ke surga.
Mengapa Dongeng Ini Menarik Banyak Orang?
1.Kisah Yesus ke India seringkali bukan tentang sejarah, tetapi tentang keinginan manusia untuk menjembatani Timur dan Barat, antara agama-agama besar dunia. Kisah ini memberi gambaran bahwa kebenaran bisa ditemukan di mana saja, dan bahwa tokoh agung seperti Yesus bisa menjadi milik semua orang, melampaui batas budaya dan agama.
2.Namun, di sinilah kita perlu bijak membedakan antara inspirasi dan fakta. Dongeng bisa membangkitkan rasa ingin tahu, tetapi tidak bisa menggantikan kesaksian sejarah dan wahyu yang terpelihara dalam Kitab Suci.
Penutup: Iman Lebih Dari Sekadar Spekulasi
1.Iman Kristen berdiri di atas dasar yang kokoh: kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus seperti yang dicatat oleh para saksi mata dan diteruskan oleh para rasul. Meskipun menarik membayangkan Yesus berjalan di pegunungan Himalaya atau duduk berdiskusi dengan guru-guru Timur, namun kekuatan Injil justru terletak pada kesederhanaan dan kejelasan-Nya: Allah menjadi manusia, hidup di antara kita, dan memberikan hidup-Nya bagi dunia.
2.Seperti kata N. T. Wright, “Kita tidak perlu mengimpor kebijaksanaan asing untuk membuat Yesus relevan; justru Yesus sendiri menantang dan menata ulang cara kita memahami kebenaran, baik di Barat maupun di Timur.”
Mungkin kita tidak tahu secara rinci semua tahun dalam hidup Yesus. Tapi kita tahu cukup banyak untuk percaya, mengasihi, dan mengikuti-Nya.