BERSATU ATAU BERPISAH ??

BERSATU ATAU BERPISAH ??

 

1.Ada pepatah lama yang mengatakan : “BERSATU TEGUH, BERCERAI RUNTUH” . Kita tahu arti peribahasa itu menekankan pentingnya persatuan demi keutuhan  dan kemajuan sebuah keluarga, organisasi dan bangsa. SEbaliknya kalau bercerai, akan menjadi titik permulaan bubarnya sebuah keluarga, organisasi dan bangsa.

Dalam hidup bergereja hal persatuan juga ditekankan dimana rasul Paulus memberi gambaran Tubuh Kristus. Dalam persatuan anggota tubuh Kristus ada kepelbagaian anggota tubuh yang masing masing berfungsi dalam kesatuan tubuh dengan Krsitus sebagai kepala.

2.Hadirnya virus  Covid 19 membuat segala sesuatu berubah termasuk aturan persatuan tadi. Acara kebaktian minggu untuk sementara diliburkan, artinya persatuan atau perkumpulan umat untuk sementara diliburkan demi kselamatan dan keamanan masing masing anggota.  Agenda rutin kantor pun berubah, staf kantor tidak berkumpul lagi tiap hari dikantor, tetapi diwajibkan bekerja masing masing dirumah sendiri sendiri.

3..Ketika penyebaran Virus  Covid 19 terlebih ketika sedang mengganas  maka Bersatu (kumpul kumpul)  berarti membawa kematian , tetapi Bercerai atau Berpisah seketika membawa selamat.  Ada gereja gereja yang nekad mempertahankan kesatuan secara fisik dalam ibadah minggu, lalu terdengarlah bahwa gereja itu menjadi pusat penyebaran virus covid 19 dan banyak anggotanya  yang meninggal dunia.

4.Demi keselamatan diri sendiri dan keselamatan orang lain maka mari kita  Berpisah (sementara) untuk selamat karena Bersatu (kumpul kumpul) bisa membawa kematian.

Selama Covid 19 belum tuntas lenyap (apakah mungkin?) dan sebelum vaksin yang benar benar terpercaya beredar ditengah masyarakat, baiklah kita masing masing  terlebih yang termasuk golongan rentan, biarlah dengan bijak menjaga diri dengan seminim mungkin mengunjungi  kerumunan orang banyak ( pergi ke mall, dllnya), tidak melakukan cipika cipiki, sering cuci tangan, menjaga jarak sosial, dllnya.

5.Selamat menjaga diri.  Hati Hati, Bersatu (kumpul kumpul)  berarti membawa kematian , tetapi Bercerai atau Berpisah untuk  seketika membawa selamat.

Bacaan rekomendasi :

Pandemi, Jaga Jarak, dan Filsafat Manusia

https://news.detik.com/kolom/d-5011309/pandemi-jaga-jarak-dan-filsafat-manusia

Manusia itu singular sekaligus plural. Aku yang ada sekarang adalah aku yang unik dan tidak ada duanya. Tapi aku yang ada sekarang serentak merupakan buah dari ‘pemberian’ begitu banyak orang. Dalam kehidupan sosial, aku memberi arti pada yang lain. Serentak yang lain memberi arti pada aku.

Maka akhir-akhir ini di tengah situasi pandemi Covid-19, sikap tidak peduli dan sikap abai pada imbauan jarak bisa jadi ‘bencana’ bagi orang lain. Demikian juga sikap abai orang lain bisa menjadi ‘bencana’ bagi saya.

Pada titik inilah, imbauan jaga jarak dan PSBB menemukan maknanya. Kita diimbau jangan dulu berkumpul, menghindari kerumunan, tinggal di rumah, jangan dulu bepergian, dan jangan mudik. Agar kita tak jadi aku yang jadi penyebar Covid-19. Pun agar kita tak jadi aku yang tertular Covid-19. Satu hal yang mesti dipahami bahwa kelalaian, sikap acuh tak acuh tidak saja buruk bagi diri sendiri. Namun memiliki implikasi sosial. Apa yang kita lakukan berdampak bagi orang lain.