HIDUP OTENTK SEJATI DALAM TUHAN

Dalam serangkaian esai ini, kita akan menyelami konsep mendalam “hidup otentik”, sebuah perjalanan yang melampaui sekadar keberadaan dan merangkul inti sejati diri kita.

1.Esai Pertama: Hidup Otentik Sejati dalam Tuhan

2.Esai Kedua: Filsafat Kierkegaard: Kecemasan dan Keputusasaan

3.Esai Ketiga: Dua Lensa Melihat Kegelisahan Manusia

ESAI 1

Hidup Otentik: Perjalanan Menjadi Diri Sejati dalam Kristus

PENDAHULUAN

Ketika kita berbicara tentang hidup otentik, seringkali kita mengasosiasikannya dengan sesuatu yang “sejati” atau “asli.” Namun, otentisitas adalah sebuah konsep yang jauh melampaui sekadar keselarasan superfisial dengan diri sendiri. Ini adalah sebuah perjalanan berkelanjutan untuk menjadi diri sendiri secara radikal, bahkan ketika itu tidak nyaman atau tidak populer. Hidup otentik menuntut kita untuk menghadapi kenyataan eksistensi, menerima kebebasan dan tanggung jawab yang menyertainya, serta membuat pilihan yang selaras dengan nilai-nilai terdalam kita—bukan sekadar meniru atau mengikuti orang lain. Ini melibatkan kejujuran yang mendalam tentang siapa kita, apa yang kita rasakan, dan apa yang kita yakini, kemudian bertindak berdasarkan kejujuran itu.

 

I.Perspektif Filosofis: Otentisitas Menurut Kierkegaard

1.Søren Kierkegaard, seorang filsuf eksistensialis Kristen, sangat menekankan konsep hidup otentik. Baginya, kehidupan otentik muncul dari pergumulan individu dalam menghadapi kecemasan dan keputusasaan yang tak terhindarkan dalam eksistensi manusia. Ia berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan untuk memilih, dan pilihan-pilihan inilah yang membentuk diri kita.

2.Kierkegaard membedakan tiga tahap eksistensi yang mengarah pada otentisitas:

  • 2.1.Tahap Estetis: Hidup yang didorong oleh kesenangan, sensasi, dan pengalaman. Individu estetis menghindari komitmen dan tanggung jawab, mencari pelarian dari kebosanan, namun pada akhirnya merasa hampa.
  • 2.2.Tahap Etis: Individu mulai membuat pilihan yang bertanggung jawab dan berkomitmen pada nilai-nilai moral universal. Mereka berusaha hidup sesuai dengan aturan dan harapan masyarakat, menemukan makna dalam peran dan tugas mereka. Namun, ini masih bisa menyebabkan keputusasaan jika individualitas tercekik oleh universalitas.
  • 2.3.Tahap Religius: Ini adalah tahap tertinggi dan jalan menuju hidup otentik sejati bagi Kierkegaard. Individu melakukan “lompatan iman” radikal, meninggalkan keamanan norma-norma etis dan sosial untuk menghadapi Tuhan secara pribadi. Ini adalah keputusan yang sangat individual, seringkali melibatkan kesediaan untuk melampaui rasio demi hubungan pribadi dengan yang ilahi. Hidup otentik, dalam pandangan Kierkegaard, adalah hidup yang sepenuhnya dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan, di mana individu menemukan kebebasan sejati melalui penyerahan diri dan iman.

 

II.Hidup Otentik dalam Terang Alkitab dan Teologi Kristen

Dalam konteks Alkitab dan teologi Kristen, hidup otentik memiliki dimensi yang kaya dan mendalam, berakar pada identitas kita sebagai ciptaan Tuhan dan panggilan kita untuk mengikut Kristus.

  • 1.Diciptakan Menurut Gambar Allah: Kita diciptakan menurut gambar Allah (Kejadian 1:27), dianugerahi kemampuan untuk berefleksi, berakal budi, dan menjalin hubungan. Hidup otentik, dalam pandangan Kristen, adalah hidup yang mencerminkan kembali gambar ini, di mana kita menjadi semakin serupa dengan Kristus dalam karakter dan tindakan.
  • 2.Mengenali dan Mengakui Dosa: Otentisitas Kristen dimulai dengan pengakuan jujur akan dosa dan kebutuhan kita akan Juruselamat. Ini bukan sekadar hidup “baik,” tetapi menyadari bahwa kita tidak dapat mencapai kesalehan sejati dengan kekuatan sendiri, dan kemudian merendahkan diri untuk menerima anugerah Tuhan.
  • 3.Hidup dalam Kebenaran Kristus: Yesus berkata, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup” (Yohanes 14:6). Hidup otentik bagi orang Kristen berarti mengakar pada kebenaran Injil. Identitas kita ditemukan di dalam Dia, bukan pada apa yang kita lakukan atau apa yang orang lain pikirkan tentang kita.
  • 4.Buah Roh: Galatia 5:22-23 berbicara tentang buah Roh: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Ini adalah manifestasi nyata dari hidup yang diisi dan dipimpin oleh Roh Kudus, tanda otentisitas rohani yang dihasilkan dari transformasi batiniah.

 

III.Hidup Otentik: Proses yang Berkelanjutan Menuju Keserupaan Kristus

A.Penting sekali untuk menegaskan bahwa hidup otentik bukanlah tujuan yang bisa dicapai secara instan atau sebuah status yang sekali dan selesai. Sebaliknya, hidup otentik adalah sebuah proses yang dinamis, berkelanjutan, dan seumur hidup. Ini adalah sebuah perjalanan pertumbuhan yang melibatkan:

  • 1.Pembelajaran Berkelanjutan: Kita terus belajar tentang diri sendiri, tentang Tuhan, dan tentang dunia. Setiap pengalaman, baik yang baik maupun yang sulit, membentuk kita.
  • 2.Penyesuaian dan Evolusi: Diri kita tidak statis. Hidup otentik berarti bersedia untuk menyesuaikan diri dan berevolusi seiring waktu, sambil tetap berpegang pada inti nilai-nilai kita.
  • 3.Jatuh dan Bangkit Kembali: Akan ada saat-saat kita gagal. Bagian dari proses otentik adalah memiliki kerendahan hati untuk mengakui kegagalan, bertobat, dan bangkit kembali dengan tekad yang lebih kuat.
  • 4.Pergumulan Internal: Proses otentisitas seringkali melibatkan pergumulan internal—pertarungan antara keinginan kita yang sesungguhnya dengan tekanan eksternal. Mengatasi pergumulan ini adalah bagian integral dari menjadi otentik.

 

B.Dalam terminologi Alkitab, konsep hidup otentik sangat erat kaitannya dengan gagasan “hidup baru” atau “manusia baru.” Ini adalah inti dari pengalaman pertobatan dan kelahiran kembali dalam iman Kristen. Ketika seseorang menerima Kristus, Alkitab berbicara tentang “segala yang lama sudah berlalu; sesungguhnya, yang baru sudah datang” (2 Korintus 5:17). Ini adalah titik awal dari perjalanan otentik seorang Kristen, yang terus berproses menuju keserupaan dengan Kristus. Paulus menulis dalam Roma 8:29 bahwa Tuhan “telah menentukan dari semula mereka yang dipilih-Nya untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya.” Ini adalah tujuan akhir dari proses otentikasi rohani kita, yang melibatkan:

  • 1.Meninggalkan Kehidupan “Lama”: Secara progresif menanggalkan kebiasaan, pikiran, dan motivasi yang tidak selaras dengan karakter Kristus.
  • 2.Mengenakan “Manusia Baru”: Secara aktif dan sengaja “mengenakan” sifat-sifat Kristus, seperti kasih, kelemahlembutan, kesabaran, dan pengampunan (Kolose 3:12-14).
  • 3.Bertumbuh dalam Roh Kudus: Membiarkan Roh Kudus memurnikan, menguatkan, dan membimbing kita melalui doa, firman, dan persekutuan.

 

IV.Aplikasi Praktis untuk Hidup Kristen Sehari-hari

Bagaimana kita dapat menjalani hidup otentik dalam kehidupan Kristen sehari-hari?

  1. Refleksi Diri yang Jujur dan Doa: Luangkan waktu untuk secara teratur merenungkan motivasi, ketakutan, dan keinginan Anda. Berdoalah dengan jujur di hadapan Tuhan, mengungkapkan pikiran dan perasaan terdalam tanpa filter.
  2. Ketaatan yang Radikal: Hidup otentik berarti hidup dalam ketaatan kepada firman Tuhan, bahkan ketika itu tidak mudah atau tidak populer.
  3. Membangun Komunitas yang Otentik: Carilah komunitas Kristen di mana Anda dapat menjadi diri sendiri, berbagi perjuangan, dan menerima dukungan serta akuntabilitas.
  4. Hidup Berdasarkan Nilai, Bukan Harapan Orang Lain: Kenali nilai-nilai Kristen yang Anda pegang dan buatlah keputusan yang mencerminkan nilai-nilai tersebut.
  5. Menerima Kerentanan: Otentisitas membutuhkan keberanian untuk menjadi rentan, mengakui kelemahan, dan meminta bantuan.
  6. Pelayanan yang Tulus: Melayani orang lain dengan motivasi yang murni, bukan untuk pujian atau pengakuan.
  7. Keberanian Menghadapi Ketidaknyamanan: Bersedia keluar dari zona nyaman dan menghadapi ketidakpastian atau kritik saat memilih untuk hidup sesuai kebenaran.
  8. Tanggung Jawab atas Pilihan: Bertanggung jawab penuh atas setiap pilihan, mengakui konsekuensinya, dan belajar dari kesalahan.

 

V.Elemen Lain dari Hidup Otentik

Selain poin-poin di atas, ada beberapa elemen penting lainnya yang melengkapi gambaran hidup otentik:

  • 1.Penerimaan Diri: Merangkul siapa diri Anda sepenuhnya, termasuk kelemahan dan ketidaksempurnaan, sebagai titik awal untuk pertumbuhan sejati.
  • 2.Keberanian untuk Menjadi Berbeda: Tidak mengikuti keramaian, berani berpikir di luar kotak, dan hidup sesuai dengan keyakinan Anda, bahkan ketika orang lain tidak memahaminya.
  • 3.Integritas: Keselarasan antara apa yang Anda katakan, apa yang Anda pikirkan, dan apa yang Anda lakukan.
  • 4.Kesadaran Diri yang Berkelanjutan: Hidup otentik adalah sebuah perjalanan penemuan diri yang berkelanjutan, melibatkan refleksi, pembelajaran, dan pertumbuhan.
  • 5.Memberi Arti pada Kehidupan: Secara aktif mencari dan menciptakan makna dalam kehidupan melalui hubungan, pekerjaan, pelayanan, atau upaya kreatif yang bersifat pribadi.
  • 6.Kesadaran akan Keterbatasan: Pengakuan jujur akan kerapuhan kita sebagai manusia dan bahwa kita membutuhkan anugerah serta bantuan.

 

PENUTUP

Hidup otentik adalah sebuah panggilan yang menantang namun sangat memuaskan. Ini adalah perjalanan yang membutuhkan keberanian, kejujuran, dan komitmen yang teguh untuk menjadi diri Anda yang sejati di hadapan Tuhan dan sesama, terus-menerus dibentuk